KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, dengan kenaikan signifikan sebesar 61,45 poin atau 0,88 persen ke posisi 7.005,37.
Sepanjang sesi, indeks bergerak dalam rentang 6.955,46 hingga 7.013,63, setelah dibuka pada level 6.968,80.
Total volume perdagangan di seluruh pasar mencapai 195,91 juta lot dengan nilai transaksi sebesar Rp12,91 triliun dari 1,28 juta kali transaksi. Di pasar reguler, investor membukukan transaksi sebesar 171 juta lot dengan nilai Rp11,06 triliun.
Aktivitas asing mencatat net sell sebesar Rp383 miliar, dengan foreign buy sebesar Rp2,9 triliun dan foreign sell Rp3,28 triliun. Komposisi investor masih didominasi domestik sebesar 65,46 persen, sedangkan investor asing tercatat 34,54 persen.
Dari 11 sektor, delapan sektor mencatatkan penguatan, dipimpin oleh sektor keuangan yang naik 1,86 persen. Sektor infrastruktur turut menguat 1,84 persen, diikuti sektor energi yang naik 1,64 persen.
Sektor transportasi menguat 1,08 persen, disusul teknologi 0,54 persen, industri dasar 0,45 persen, industri 0,27 persen, dan properti 0,31 persen. Sektor non-siklikal mencatat kenaikan tipis 0,07 persen.
Sebaliknya, sektor siklikal terkoreksi 0,76 persen dan sektor kesehatan melemah tipis 0,02 persen.
Saham-saham yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam dua pekan terakhir kembali menjadi sorotan utama dengan mencetak lonjakan harga tertinggi hari ini. PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), yang bergerak di bidang kripto teknologi blockchain dan aset digital, mencatat kenaikan 34,81 persen ke level Rp182.
PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF), emiten distribusi bahan pangan yang tergolong dalam sektor non-siklikal, naik 34,48 persen ke harga Rp117. PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), yang berfokus pada bioteknologi dan kesehatan, menguat 34,38 persen ke Rp172.
Kenaikan serupa juga dicatatkan oleh PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), yang menawarkan solusi pelatihan motivasi dan edukasi digital berbasis teknologi, dengan harga penutupan di Rp172. Perusahaan ini baru saja IPO hari ini Kamis, 10 Juli 2025.
Sementara itu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), yang baru melantai kemarin 9 Juli 2025 dan bergerak di sektor infrastruktur dan pengembangan kawasan, melonjak 25 persen ke Rp320.
Kenaikan luar biasa dari emiten-emiten IPO ini mencerminkan sentimen pasar yang positif terhadap prospek bisnis model baru, khususnya di bidang teknologi dan edukasi. Beberapa saham tercatat mengalami akumulasi kuat dari investor ritel.
Di sisi lain, tekanan jual cukup dalam dialami beberapa saham, termasuk PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) dari sektor industri yang anjlok 15 persen ke Rp119.
Penurunan serupa juga dialami oleh PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), emiten baru yang melantai hari ini dari sektor perdagangan dan konsultasi manajemen, yang turun ke Rp153.
PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dari sektor keuangan melemah 14,83 persen ke Rp1.665. Saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) dari sektor energi terkoreksi 12,17 persen ke Rp505, dan PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) dari sektor transportasi dan logistik turun 11,03 persen ke Rp129.
Secara teknikal, penutupan di atas level 7.000 menjadi sinyal positif menjelang pertengahan Juli. Kuatnya sektor keuangan dan infrastruktur memberikan dukungan bagi kelanjutan tren penguatan, dengan pasar masih akan mencermati sentimen global seperti arah kebijakan The Fed serta data neraca dagang dan inflasi domestik dalam beberapa hari ke depan.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyampaikan bahwa investor perlu mencermati sektor-sektor yang memiliki fundamental kuat, terutama komoditas dan energi, di tengah arah pasar yang masih ditentukan oleh perkembangan global.
IHSG Bergerak Dalam Kisaran Support
IHSG diproyeksikan bergerak dalam kisaran support di 6815 dan resistance di 6970 pada 7 sampai 11 Juli 2025 ini , setelah pada pekan lalu mengalami koreksi tipis sebesar 0,47 persen dengan tekanan jual asing mencapai Rp2 triliun.
"Pasar saat ini berada di persimpangan. Ada potensi meredanya ketegangan dagang, tapi juga risiko dari kebijakan fiskal dan suku bunga AS," ujar Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi Senin, 7 Juli 2025.
Ia menilai bahwa ketidakpastian global justru dapat menciptakan peluang bagi investor yang fokus pada sektor berpotensi dan tahan banting. Penurunan kinerja IHSG disebut Imam dipengaruhi kombinasi sentimen eksternal dan domestik, salah satunya perkembangan data PMI manufaktur dari China, AS, dan Indonesia.
Menurut dia China menunjukkan perbaikan kinerja manufaktur berdasarkan data NBS Manufacturing PMI yang naik dari 47,5 menjadi 49,7 pada Juni 2025.
Peningkatan didorong oleh kenaikan pesanan baru ke zona ekspansi di 50,2 dan output yang meningkat ke 51. Aktivitas pembelian juga membaik untuk pertama kalinya sejak Maret. Meskipun mayoritas indikator masih berada di area kontraksi, tren pemulihan ini dinilai menjadi dampak positif dari pertemuan dagang sebelumnya di London.
Sementara itu, data ISM Manufacturing PMI AS juga menunjukkan perbaikan. Produksi naik signifikan ke 50,3 dari 45,4, dan inventori meningkat ke 49,2 dari sebelumnya 46,7. Hal ini mengindikasikan potensi peningkatan impor barang dari China. Namun, permintaan domestik AS masih melemah, terlihat dari kontraksi pesanan baru yang turun ke 46,4.
Berbeda dengan dua negara tersebut, PMI manufaktur Indonesia justru menurun ke 46,9 dari 47,4 pada Mei. Penurunan tajam permintaan domestik menyebabkan pelemahan pada output, pembelian bahan baku, hingga penurunan ketenagakerjaan yang disebut Imam sebagai yang terdalam dalam hampir empat tahun terakhir.
Para pelaku usaha dinilai masih menunggu kepastian dari arah kebijakan dagang AS sebelum mengambil keputusan ekspansi atau efisiensi.
Dari sisi domestik, peningkatan inflasi menjadi salah satu indikator membaiknya daya beli masyarakat. Inflasi tahunan pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87 persen, naik dari 1,6 persen pada Mei dan berada di atas konsensus 1,83 persen.
Kontributor utama inflasi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama karena kenaikan harga emas perhiasan yang menyumbang andil 0,59 persen terhadap inflasi bulan lalu.
Meski demikian, pasar tetap mencermati risiko kebijakan fiskal AS setelah Senat menyetujui rancangan undang-undang pajak dan belanja yang diusulkan Donald Trump. RUU tersebut mencakup efisiensi program sosial, perpanjangan pemotongan pajak, serta peningkatan anggaran militer dan imigrasi.
Tambahan utang nasional sebesar 3,3 triliun dolar AS atau setara Rp53.000 triliun berpotensi meningkatkan penerbitan surat utang AS dan mendorong kenaikan yield US Treasury. Imam menilai hal ini bisa mendorong investor global menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Indonesia untuk dialihkan ke aset berisiko rendah.
Selain itu, data tenaga kerja AS tetap menunjukkan ketangguhan. Tingkat pengangguran menurun ke 4,1 persen dari 4,2 persen, dan Non-Farm Payrolls meningkat 147 ribu, lebih tinggi dari konsensus 110 ribu.
Kuatnya data pasar tenaga kerja turut menekan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed. Probabilitas penurunan suku bunga pada Juli 2025 kini menyusut drastis ke 4,7 persen dari sebelumnya 18,6 persen pada akhir Juni.(*)