KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bergerak positif pada perdagangan pekan depan. Kondisi ini bisa terjadi karena indeks bakal diselimuti beberapa sentimen positif.
Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana mengatakan IHSG masih cukup rawan menghadapi profit taking jangka pendek mengingat kenaikan cukup tinggi dalam tiga hari terakhir meski peluang rally masih terbuka.
Namun, ia menilai selama sentimen pemangkasan suku bunga global terjaga dan aliran dana asing berlanjut, tren penguatan indeks diperkirakan masih berlanjut.
"Untuk pekan depan, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 7.750–7.950 dengan potensi uji level psikologis 8.000," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, dikutip, Minggu, 14 September 2025.
Diketahui, IHSG sukses mencatat kenaikan selama tiga hari berturut-turut dan berakhir di level 7.854 atau menguat 1,37 persen pada perdagangan Jumat, 12 September 2025. Hendra menyebut sentimen utama yang mendorong penguatan datang dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada pekan depan, dengan potensi pemangkasan total 125 bps dalam lima pertemuan FOMC berikutnya.
“Ekspektasi ini membuat biaya pinjaman global berpotensi turun, meredakan tekanan pasar obligasi, serta membuka peluang aliran dana masuk ke emerging market termasuk Indonesia. Penguatan rupiah ke level Rp16.375 per USD turut memberikan kelegaan bagi investor, sementara pelemahan harga minyak dunia ke kisaran USD 61–65 per barel menjadi katalis tambahan karena menekan risiko inflasi impor dan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter ke depan,” kata dia.
Meski IHSG bergerak positif, Hendra mencatat dalam dua hari sebelumnya investor asing masih mencatatkan net sell, mencerminkan sikap hati-hati terhadap arah kebijakan global. Namun, perubahan arah mulai terlihat pada perdagangan Jumat, 12 September 2025 karena asing mencatatkan net buy Rp685 miliar, dengan fokus pada saham-saham big caps perbankan seperti BBRI dan BBCA, serta saham komoditas BRMS dan AMMN.
“Hal ini menandakan keyakinan investor asing mulai pulih setelah rilis data inflasi AS yang jinak memperkuat kepastian arah kebijakan The Fed,” terang Hendra.
Sementara itu, lanjut dia, kepercayaan diri investor lokal semakin menonjol, terlihat dari minat beli yang tetap tinggi meski asing sebelumnya melakukan aksi jual. Dominasi investor domestik dalam menopang likuiditas.
“Dan menjaga momentum penguatan IHSG menjadi sinyal positif bahwa pasar Indonesia semakin resilient terhadap volatilitas eksternal,” ungkapnya.
Saham Pilihan Pekan Depan
Adapun Hendra memiliki beberapa saham pilihan yang patut dicermati. Salah satunya ialah BBRI dengan target harga take profit 1 (TP1) Rp4.270 dan TP2 4.500 karena didukung arus beli asing yang solid.
Selanjutnya, ada juga saham BRMS dengan target Rp570 seiring harga emas yang mencetak rekor. Saham SCMA juga menjadi pilihan Hendra dengan target Rp350 sebagai saham media yang berpotensi rebound di tengah rumor IPO VIDIO.
"WIRG dengan target Rp200 sejalan prospek teknologi dan AI, serta MBMA dengan target Rp500 yang mendapat sentimen positif dari ekspansi industri nikel untuk mendukung transisi energi," katanya.
Kombinasi sektor perbankan, komoditas, dan teknologi ini, kata Hendra, diperkirakan menjadi pendorong utama keberlanjutan rally IHSG dalam jangka pendek.