Logo
>

Laba UNTR Anjlok 26 Persen, Sinyal Normalisasi Komoditas atau Tanda Bahaya?

PT United Tractors Tbk (UNTR) meraup pendapatan bersih sebesar Rp100,5 triliun pada kuartal III 2025. Namun laba bersih menurun sebesar 26 persen

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Laba UNTR Anjlok 26 Persen, Sinyal Normalisasi Komoditas atau Tanda Bahaya?
Aktivitas pekerja di PT United Tractors Tbk (Foto: Dok. United Tractors)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - PT United Tractors Tbk (UNTR) meraup pendapatan bersih sebesar Rp100,5 triliun pada kuartal III 2025. Catatan ini naik 1 persen dari Rp99,6 triliun pada periode yang sama di tahun 2024.

Pendapatan bersih tersebut terutama berasal dari Rp40,2 triliun dari segmen Kontraktor penambangan,8 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Ada juga dari segmen Mesin Konstruksi sebesar Rp29,3triliun, 11 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.

Segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi menyumbang Rp18,8 triliun, 9 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Terakhir, pendapatan UNTR berasal dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya yang senilai Rp10,3 triliun atau 53 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.

Meski pendapatan naik, laba bersih UNTR di sembilan bulan pertama 2025 justru turun 26 persen menjadi Rp11,5 triliun.

Penyusutan ini disebabkan oleh penurunan kontribusi dari segmen Kontraktor Penambangan yang terkendala curah hujan tinggi dan segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi akibat harga jual batu bara yang lebih rendah. Namun demikian, terdapat peningkatan kontribusi terutama dari pertambangan emas.

Penurunan laba bersih UNTR sebesar 26 persen pada kuartal III 2025 menandakan fase penyesuaian alami, bukan sinyal pelemahan struktural. Pasalnya, tekanan dari cuaca dan harga batu bara berhasil diimbangi oleh pertumbuhan eksplosif di segmen emas.

Dengan posisi DER rendah dan strategi diversifikasi agresif, UNTR tetap dipandang sebagai emiten tambang berfundamental kuat dan prospek jangka panjang positif.

Pada perdagangan Jumat, 31 Oktober 2025,saham UNTR ditutup koreksi sebesar 3,84 persen atau turun 1,075 poin ke level 26.900.

Saham UNTR memang tengah mengalami penurunan dalam sepekan terakhir sebesar 0,83 persen, dengan level tertinggi 28.450 dan terendah 26.900.


Aksi Korporasi

Pada tanggal 30 Oktober 2025, UNTR telah mengumumkan akan melaksanakan program pembelian kembali saham  dengan nilai maksimum Rp 2 triliun untuk saham yang telah diterbitkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Program tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang terkait dengan pembelian kembali saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan.

Program ini berlangsung mulai tanggal 31 Oktober 2025 hingga 30 Januari 2026, mencakup periode maksimum tiga bulan terhitung sejak tanggal Keterbukaan Informasi pada 30 Oktober 2025, kecuali jika diakhiri lebih awal oleh Perseroan sebelum 30 Januari 2026, sesuai dengan peraturan tersebut.

Manajemen UNTR memperkirakan bahwa Program ini akan meningkatkan nilai (value accretive) bagi pemegang saham di tengah fluktuasi pasar.


Di sisi lain pada 12 September 2025, Perseroan, melalui anak perusahaannya PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat untuk mengakuisisi PT Arafura Surya Alam (ASA) dengan total nilai perusahaan (enterprise value) sebesar USD540 juta.

ASA merupakan perusahaan pertambangan emas, anak perusahaan dari PT J Resources Nusantara (anak perusahaan PT J Resources Asia Pasifik Tbk), memegang Izin Usaha Pertambangan–Operasi Produksi (IUP-OP) untuk sebuah blok penambangan tunggal, yaitu Blok Doup di Sulawesi Utara yang memiliki Cadangan Bijih gabungan yang terbukti dan terukur sesuai JORC sebesar 1,57 juta ons deposit emas yang terkandung dalam Sumber Daya Mineral terukur, terindikasi, dan tereka sebesar 3,11 juta ons emas.

Penyelesaian akuisisi ini tergantung pada pemenuhan   persyaratan   pendahuluan (condition precedents) dan diharapkan selambat-lambatnya pada akhir tahun 2025.(*) 
 

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.