KABARBURSA.COM - Menjelang RUPS PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) sahamnya justru melemah hingga 1,26 persen atau menurun 20 poin ke level 1570 setelah di buka pada level 1595.
Menelisik indeks saham SRTG pada hari ini Kamis 16 Mei 2024, dibuka menghijau di level 1595, dengan level tertinggi di angka 1610 pada kisaran pukul 09.30, namun justru terbanting memerah ke level 1570.
Sebelumnya SRTG mengumumkan akan berencana membeli kembali saham atau buyback sebanyak-banyaknya 75 juta saham dengan nilai maksimal Rp150 miliar.
Adapun rencana buyback akan dilakukan setelah persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari ini Kamis 16 Mei 2024.
Menurut manajemen Saratoga, sumber dananya akan digunakan untuk pelaksanaan buyback saham ini sepenuhnya berasal dari dana internal Perseroan. Artinya, sumber dana bukan merupakan dana hasil penawaran umum ataupun yang berasal dari pinjaman dan/atau utang dalam bertuk apa pun.
Adapun pertimbangan utama aksi korporasi itu sehubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang untuk karyawan SRTG.
Selain itu, SRTG memandang bahwa harga pasar saham SRTG saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja yang sesungguhnya.
Dalam keterangan tertulis SRTG dalam laporannya, perseroan juga berencana untuk menyimpan saham yang telah dibeli kembali untuk dikuasai sebagai saham treasuri untuk jangka waktu tidak lebih dari 3 tahun. Pembelian kembali saham akan dilakukan baik melalui Bursa maupun di luar Bursa.
SRTG akan menunjuk PT Indo Premier Sekuritas sebagai anggota Bursa untuk melakukan buyback melalui Bursa.
Cuan Tahun Lalu
Selama tahun 2023, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil mengoptimalkan kinerja perusahaan portofolionya melalui capaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan. Hal ini tercermin dari arus kas dividen dan divestasi Saratoga di akhir tahun yang mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp 3,9 triliun.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan, tahun 2023 merupakan momentum penting bagi Saratoga dalam menjalankan strateginya sebagai perusahaan investasi. Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar yang dinamis, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.
“Kami bersyukur pada tahun 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang,” kata Devin melalui keterangan resmi di Jakarta. Belum lama ini.
Dengan dukungan neraca yang kuat, pada tahun 2023 Saratoga juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL) sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.
Devin juga menyampaikan bahwa di tahun 2023 lalu Saratoga mencatat Nilai Aset Bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp 48,9 triliun. NAV tersebut mengalami penurunan 20 persen dibandingkan tahun 2022.
“Gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” jelas Devin.
Devin berkeyakinan bahwa dengan fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Apalagi dua entitas perusahaan tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batubara, emas, nikel dan juga bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik.
Perkuat Likuiditas Internal
Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong mengungkapkan, Saratoga berhasil dalam memperkuat likuiditas internal pada tahun 2023. Hal ini terlihat dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49 persen di tahun 2023. Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati ditengah masih berlangsungnya iklim suku bunga dunia yang tinggi.
“Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, kami menurunkan utang bersih Saratoga hingga 62 persen menjadi Rp 263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 688 miliar. Kami juga berhasil menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat. Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5 persen dan loan to value menjadi 0,4 persen dari sebelumnya 1,1 persen pada tahun 2022,” ungkap Lany.
Lany menyatakan, tahun ini Saratoga akan terus aktif dalam menjalankan strategi investasinya. Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. Berakhirnya proses pemilihan umum secara damai pada Februari lalu juga menjadi modal yang baik bagi pelaku usaha untuk terus berinvestasi dan mengembangkan bisnis mereka.
“Kami akan tetap fokus meningkatkan investasi di sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. Salah satu strateginya adalah memperkuat investasi di portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang baik dalam jangka panjang,” tutup Lany.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.