Logo
>

Konflik Iran vs Israel Bikin Pasar Global Tidak Pasti

Ditulis oleh KabarBursa.com
Konflik Iran vs Israel Bikin Pasar Global Tidak Pasti

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar keuangan akan menghadapi pekan baru yang penuh kekhawatiran terkait masalah geopolitik. Banyak yang berpikir apakah serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu akan melanjutkan serangkaian serangan pembalasan, yang kemudian akan menjadi masalah geopolitik baru.

    Dengan investor yang sudah terguncang oleh inflasi yang tinggi dan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, eskalasi krisis Timur Tengah akan menambah volatilitas baru ketika perdagangan kembali dilanjutkan.

    Ketika Hamas menyerang Israel pada Oktober 2023 lalu, ketakutan terbesar bagi banyak pelaku pasar adalah Iran yang pada akhirnya akan ikut berperang. Sekarang, ketika konflik meluas, banyak yang mengatakan minyak bisa melampaui USD100 per barel dan memperkirakan akan terjadi perpindahan dana ke Treasury, emas, dan dolar, bersama dengan penurunan di pasar saham yang lebih besar.

    Kekhawatiran ini mungkin masih bisa diredakan oleh pelarian ke aset aman di pasar pada Jumat 12 April 2024 untuk mengantisipasi serangan. Ditambah dengan pernyataan Iran bahwa "masalah ini dapat dianggap selesai" dan laporan bahwa Presiden Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS tidak akan mendukung serangan balik Israel terhadap Iran.

    "Reaksi alami investor adalah mencari aset safe-haven di saat-saat seperti ini," kata Patrick Armstrong, kepala investasi di Plurimi Wealth LLP. "Reaksi akan sedikit bergantung pada tanggapan Israel. Jika Israel tidak memperparah keadaan, mungkin dapat memberikan peluang untuk membeli aset berisiko dengan harga lebih rendah."

    Indikasi awal sentimen pasar menunjukkan kehati-hatian, dengan dolar dibuka bervariasi di Sydney. Sementara yen Jepang menguat terhadap mata uang AS dan euro.

    Bitcoin turun hampir 9 persen setelah serangan pada hari Sabtu, tetapi kemudian rebound pada hari Minggu dan diperdagangkan mendekati level USD64.000.

    Bursa saham di Arab Saudi dan Qatar mengalami penurunan tipis dengan volume perdagangan yang rendah. Indeks saham acuan Israel berfluktuasi antara naik dan turun setidaknya sembilan kali sebelum ditutup dengan kenaikan tipis.

    "Bursa Timur Tengah dibuka dengan relatif tenang setelah serangan Iran, yang dianggap sebagai pembalasan terukur, bukan upaya eskalasi," kata Emre Akcakmak, konsultan senior di East Capital di Dubai. "Namun, dampak pasar mungkin meluas di luar Timur Tengah karena efek sekunder pada harga minyak dan energi, yang berpotensi mempengaruhi prospek inflasi global."

    Investor sekarang akan mempertimbangkan risiko siklus serangan dan serangan balik, dengan banyak yang melihat minyak sebagai panduan untuk bagaimana merespons kondisi ini. Minyak mentah Brent sudah naik hampir 20 persen tahun ini dan diperdagangkan di atas USD90 per barel.

    Meskipun konflik di Timur Tengah belum berdampak pada produksi, serangan di Laut Merah oleh Houthi yang didukung Iran telah mengganggu pengiriman. Para trader sebagian besar takut konflik yang meluas dapat mengganggu pengiriman tanker dari Teluk Persia melalui Selat Hormuz.

    Kekhawatiran tentang gejolak di kawasan itu juga telah menular ke pasar global. S&P 500 baru saja mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Oktober di tengah inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan pendapatan bank yang mengecewakan.

    Di pasar obligasi, para trader akan mempertimbangkan risiko bahwa tagihan energi yang lebih mahal dapat menambah kekhawatiran terhadap inflasi. Sementara Treasury cenderung diuntungkan di saat-saat ketidakpastian, ancaman suku bunga yang tetap tinggi dapat membatasi pergerakan. Pasar saham dan obligasi berjangka AS akan dibuka pada pukul 6 sore waktu New York hari Minggu.

    Sementara itu, emas sedang naik pesat, naik 13 persen tahun ini untuk mencapai rekor di atas USD2.400 per ounce. Investor juga mencari stabilitas dolar AS. Indeks mata uang ini naik 1,3 persen minggu lalu, yang merupakan kinerja terbaik sejak akhir 2022.

    Berikut pandanga para pakar keuangan tentang dampak serangan Iran ke Israel terhadap pasar global, sebagaimana dilansir Bloomberg.

    • Namik Immelbäck, kepala strategi di SEB: 

    "Pasar mungkin akan tenang kembali jika Iran dan Israel menahan diri. Namun, investor dengan strategi mengikuti tren akan mengurangi posisi mereka dalam jangka pendek, yang dapat memperparah pelarian ke aset aman."

    • Gonzalo Lardies, manajer dana ekuitas senior di Andbank: 

    "Ketidakpastian meningkat, tapi sebagian sudah diperhitungkan pasar. Dampaknya tidak terlalu besar jika situasi tidak bertambah buruk. Risikonya adalah jika situasi ini meningkat dan terjadi perluasan di wilayah tersebut."

    • Alfonso Benito, kepala investasi di Dunas Capital): 

    "Saya tidak memperkirakan penurunan tajam karena sistem pertahanan udara Israel kuat. Saham pertahanan, minyak, dan gas diperkirakan naik, sedangkan saham penerbangan turun. Obligasi akan naik, tapi tidak terlalu berlebihan. Investor bisa memanfaatkan ini untuk mengoreksi kenaikan beberapa bulan terakhir."

    • Joachim Klement, ahli strategi di Liberum: 

    "Reaksi pasar tergantung pada tindakan Israel dan apakah AS bisa mengendalikan Benjamin Netanyahu."

    "Pasar saham akan fokus pada situasi geopolitik, bukan kebijakan bank sentral atau ekonomi AS yang kuat. Reli akan terhenti sampai ada kejelasan tentang Iran-Israel. Perang terbuka bisa menghentikan reli lebih lama."

    • Mark Matthews, ahli strategi di Bank Julius Baer: 

    "Peringatan Iran sebelumnya dan serangan minim korban membuat dampaknya terbatas. Hal ini tidak akan mempengaruhi ekspektasi pada suku bunga bank sentral AS atau Federal Reseve (The Fed) atau harga minyak. AS dan Iran sama-sama ingin meredakan ketegangan. Hal penting adalah respons Israel dan Iran selanjutnya. Jika saling meredakan, konflik bisa selesai."

    • Geoff Yu, ahli strategi senior untuk EMEA Markets di BNY Mellon: 

    "Dolar berpotensi menguat lagi meski sudah naik baru-baru ini. Klien kami masih kelebihan euro, dolar Kanada, dan beberapa mata uang high-carry seperti peso Meksiko. Jadi di sinilah kami akan mengamati perputaran yang menguntungkan bagi dolar."

    • Neil Shearing, kepala ekonom di Capital Economics di London: 

    "Kejadian di Timur Tengah mungkin membuat The Fed lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, tapi tidak akan membuat mereka mencegah penurunan suku bunga secara keseluruhan. Kami memperkirakan penurunan pertama di September. Asumsi harga energi stabil, ECB dan BOE diperkirakan akan menurunkan suku bunga di Juni."

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi