KABARBURSA.COM - Saham Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) diperkirakan bakal diselimuti berbagai sentimen pada semester II 2025. Sentimen ini dinilai bisa menjadi peluang bahkan tantangan bagi Himbara.
Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengatakan, sepanjang semeter I 2025, saham-saham himbara masih mengalami tekanan.
Saham-saham tersebut di antaranya BBRI (-8,3 persen), BMRI (-14,3 persen), BBNI (-5,2 persen), serta BRIS yang juga turun sebesar -5,4 persen.
Abdul menerangkan, saham-saham Himbara tertekan imbas sentimen terkait tarif resiprokal yang memicu outflow dari pasar saham Indonesia.
"Selain itu downgrade dari beberapa global fund, hingga kinerja emiten bank himbara yang tertekan pada semester I 2025," ujar dia kepada KabarBursa.com, Selasa, 1 Juli 2025.
Meski begitu, Abdul melihat saham-saham Himbara masih memiliki peluang untuk recovery keuangan dari segi top dan bottom line di sisa tahun 2025.
Namun, ia menyoroti tantangan emiten perbankan yang dihadapkan dengan potensi kenaikan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).
"Karena banyak perusahaan ritel dan UMKM yang tertekan karena daya beli masyarakat yang menurun, sehingga emiten dan UMKM berpotensi memperoleh laba yang maksimal," jelas dia.
Sementara itu, pemerintah saat ini juga ingin meluncurkan Koperasi Desa Merah Putih yang akan dijalankan pada akhir tahun 2025. Menurut Abdul, langkah ini terkesan menarik, namun bagi Himbara, koperasi ini bisa menjadi beban baru dan ada peluang NPL yang tinggi di Industri ini.
"Sehingga at the end akan membebani bank Himbara sebagai pemberi pinjaman melalui Koperasi Desa Merah Putih," jelasnya.
Tingkat Suku Bunga Pengaruhi Kondisi Himbara
Di sisi lain, Abdul melihat makro ekonomi di semester II 2025 cukup bergejolak. Menurutnya dalam kondisi sekarang ini, faktor yang akan mempengaruhi industri perbankan, khususnya Himbara ialah tingkat suku bunga, PMI Manufaktur, hingga angka GDP dari Indonesia.
"Jika suku bunga di sisa tahun 2025 masih ada peluang untuk dipangkas lagi, ini akan menjadi angin segar di sektor perbankan untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan untuk ekspansi," ungkapnya.
"Serta, diharapkan PMI yang ekspansif dan GDP yang mengalami kenaikan, sehingga ini tentu akan menarik inflow ke saham-saham perbankan dan juga prospek positif untuk kinerja emiten perbankan," tambah dia.
Di tengah gejolak ekonomi ini, Abdul merekomendasikan saham BRIS di semester II 2025. Menurutnya, saham ini terdongkrak oleh sentimen positif berkat kinerja perusahaan yang positif dalam beberapa kuartal terakhir.
Abdul melihat hal tersebut menjadikan saham BRIS menarik bagi investing value. Selain itu, ia menilai gejolak ekonomi tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pergerakan saham BRIS.
"Saham BRIS Buy on Weakness di level Rp2.400 dengan target Rp2.800 dan Rp3.000," pungkasnya.
Suku Bunga Ada di Level 5,50 Persen
Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 5,50 persen. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur bulanan yang digelar Rabu, 18 Juni 2025. Keputusan ini dinilai sejalan dengan ekspektasi pasar.
Selain BI Rate, suku bunga deposit facility tetap di angka 4,75 persen dan lending facility di 6,25 persen.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, kebijakan ini konsisten dengan target inflasi tahun 2025–2026 yang masih dalam koridor 2,5 persen plus minus 1 persen. Perry juga menegaskan bahwa kebijakan ini turut ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia.
“Keputusan ini diambil dalam rangka menjaga stabilitas sekaligus mendukung pemulihan ekonomi. Kami terus memantau ruang untuk penurunan suku bunga acuan jika kondisi memungkinkan,” ujar Perry dalam konferensi pers di Jakarta, hari ini.
Dirinya berpendapat, arah kebijakan moneter ke depan akan tetap berfokus pada pengendalian inflasi dan stabilitas rupiah, namun dengan fleksibilitas untuk menyesuaikan respons bila ada perubahan signifikan dalam perekonomian global maupun domestik.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.