KABARBURSA.COM – Bursa Asia bergerak tak seirama pada Jumat, 4 Juli 2025, di tengah reli pasar saham Amerika Serikat yang kembali mencetak rekor. Sentimen investor dibayangi tenggat 9 Juli—batas waktu Presiden Donald Trump dalam menentukan nasib tarif impor.
Dilansir dari AP di Jakarta, 4 Juli 2025, indeks Nikkei 225 Jepang sempat menguat, lalu berbalik arah dan ditutup melemah 0,6 persen ke posisi 39.762,20. Indeks KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,2 persen menjadi 3.078,31. Di Hong Kong, indeks Hang Seng susut 0,6 persen ke level 23.914,44. Sementara itu, indeks Shanghai Composite justru naik 0,4 persen ke 3.475,24.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat 0,32 persen atau meningkat 21 poin ke level 6.899. Mengutip RTI Business, sebanyak 197 saham terpantau menghijau, 51 saham melemah, dan 237 saham mengalami stagnan. Volume perdagangan pembukaan hari ini tercatat 130,012 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp91.777 miliar.
Sementara itu, bursa Australia menguat tipis. Indeks S&P/ASX 200 naik 0,1 persen ke 8.609,50. Begitu pula di India, indeks Sensex bertambah 0,1 persen ke level 83.288,73.
“Pasar Asia melangkah seperti orang yang masuk gang gelap sambil melirik ke belakang. Di saat Wall Street bergembira dengan efek data ketenagakerjaan, Asia masih diliputi waswas. Sebabnya, ya itu lagi: kegelisahan tiap kali Trump mulai mendekati pelatuk tarif,” tulis Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management..
Sehari sebelumnya, laporan ketenagakerjaan AS yang di atas ekspektasi membuat pasar Negeri Paman Sam kembali bersorak. Indeks S&P 500 melonjak 0,8 persen dan mencetak rekor tertinggi keempat dalam lima hari terakhir. Dow Jones Industrial Average naik 344 poin atau 0,8 persen. Indeks Nasdaq menguat 1 persen.
Kebijakan tarif impor Trump sejatinya masih ditangguhkan. Tapi ancaman itu belum sirna. Jika tak ada kesepakatan dengan mitra dagang dalam sepekan ke depan, tarif tambahan akan segera berlaku.
Di pasar komoditas, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 19 sen ke posisi USD68,81 per barel. Brent, patokan global, turun 30 sen ke USD68,50 per barel. Sementara itu, dolar AS melemah terhadap yen Jepang, dari 144,92 menjadi 144,48. Euro naik tipis ke posisi USD1,1771 dari sebelumnya USD1,1761.(*)