Logo
>

Produk Obat Herbal Indonesia Incar Pasar Global

Ditulis oleh KabarBursa.com
Produk Obat Herbal Indonesia Incar Pasar Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong pengembangan industri obat bahan alam (herbal) di Indonesia agar bisa bersaing di pasar global.

    Menurutnya, permintaan pasar obat bahan alam di dunia terus meningkat dan menjadi peluang yang harus dimanfaatkan.

    "Pada tahun 2023, pasar obat berbahan alam dunia mencapai USD200,95 miliar dan diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karenanya, pengembangan industri obat bahan alam perlu terus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global," kata Agus beberapa waktu lalu.

    Ia menambahkan bahwa sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional telah menjadi salah satu penyumbang devisa yang signifikan bagi Indonesia pada tahun 2023.

    Tercatat, nilai ekspor produk industri farmasi, obat kimia, dan obat tradisional meningkat 8,78 persen dibanding kuartal IV 2022, dengan total nilai ekspor sebesar USD 543,7 juta.

    Selain itu, data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa volume industri dalam Prompt Manufacturing Index-BI (PMI-BI) untuk industri kimia, farmasi, dan obat tradisional berada dalam fase ekspansi dengan nilai PMI BI di triwulan IV tahun 2023 mencapai 52,50, menunjukkan optimisme dengan threshold di atas 50 persen.

    Agus juga menekankan bahwa jamu Indonesia telah mendapatkan pengakuan dunia. Pada 6 Desember 2023, jamu resmi masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia yang ke-13 yang diakui oleh UNESCO.

    Potensi dan Tantangan Industri Obat Bahan Alam

    Menurut data Kementerian Perindustrian (Kementerian), saat ini terdapat beberapa komponen dalam industri obat bahan alam di Indonesia, termasuk Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT). Industri ini telah menghasilkan sekitar 17.000 produk jamu, 79 jenis obat herbal terstandar, dan 22 jenis fitofarmaka.

    Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, mengungkapkan bahwa fitofarmaka memiliki potensi besar di Indonesia dan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor obat.

    "Obat herbal yang diproduksi di Tanah Air memiliki kualitas yang baik dan mampu bersaing di pasar internasional. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk membantu mengangkat pelaku usaha obat berbahan baku alam supaya bisa naik kelas," ujarnya.

    Pembangunan House of Wellness

    Pada Februari 2024, Kementerian Perindustrian membangun fasilitas produksi obat bahan alami yang disebut House of Wellness. Fasilitas ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembuatan obat berbahan alam dengan standar bahan baku yang tinggi serta mendukung pengusaha mikro seperti produsen jamu agar dapat meningkatkan kualitas dan skala produksinya.

    Dengan adanya House of Wellness, diharapkan industri farmasi di Indonesia dapat lebih kompetitif di pasar global dan terus berinovasi dalam mengembangkan produk-produk berbasis bahan alam yang berkualitas tinggi.

    Inisiatif ini juga diharapkan dapat mendorong ekspor fitofarmaka dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor obat, sehingga memperkuat kemandirian industri farmasi nasional.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi