KABARBURSA.COM – PT Timah Tbk, dengan kode saham TINS, baru saja mengelurkan laporan kinerja untuk periode sembilan bulan pertama 2025 ((M25). Dalam laporan tersebut terlihat, produksi bijih timah perusahaan turun tajam, 20 persen secara tahunan, menjadi 12.197 ton Sn, atau baru mencapai 57 persen dari target tahun ini.
Meski performa operasional masih tertahan, manajemen justru memasang target lebih tinggi untuk tahun depan, yaitu 30.000 ton Sn, dalam RKAP 2026.
Namun, penurunan tersebut menandakan bahwa perusahaan masih menghadapi tantangan berat dalam menjaga stabilitas volume produksi di tengah kondisi operasional dan regulasi yang terus berubah di sektor pertambangan timah nasional.
Direktur TINS Fina Eliani, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang menyiapkan strategi percepatan produksi di kuartal keempat 2025. Upaya tersebut mencakup pembukaan tiga lokasi tambang baru yang diperkirakan memiliki potensi kapasitas produksi mencapai 45.200 ton Sn.
Langkah ini menunjukkan bahwa manajemen TINS mencoba melakukan kompensasi terhadap pelemahan kinerja di paruh awal tahun dengan menggenjot eksplorasi dan memperluas basis produksi.
Namun, realisasi ekspansi ini tentu tidak serta-merta akan langsung mengangkat produksi 2025 secara signifikan, mengingat proses pembukaan tambang baru memerlukan waktu, perizinan, serta kesiapan infrastruktur dan tenaga kerja.
Selain masalah produksi, TINS juga masih bergulat dengan proses pelimpahan aset rampasan korupsi dari pemerintah. Aset tersebut mencakup sekitar 681 ribu kilogram logam timah serta 22 bidang tanah dengan total luas mencapai 238.848 meter persegi.
Jika proses pelimpahan ini selesai, aset tersebut berpotensi memperkuat neraca keuangan perusahaan, terutama dalam aspek likuiditas dan cadangan bahan baku. Namun, selama proses hukum dan administrasi belum tuntas, aset tersebut belum dapat memberikan kontribusi langsung terhadap pendapatan maupun arus kas.
Dari sisi prospek, TINS tampak cukup optimistis terhadap tahun depan. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2026, manajemen menargetkan produksi bijih timah sebesar 30.000 ton Sn, atau meningkat sekitar 39 persen dibandingkan target 2025.
Target yang ambisius ini mencerminkan keinginan TINS untuk kembali ke level produksi pra-pandemi dan memperkuat posisinya sebagai pemain utama industri timah global.
Namun, untuk mencapai target tersebut, perusahaan perlu memastikan efisiensi operasional, peningkatan produktivitas tambang baru, serta dukungan kebijakan pemerintah terkait tata niaga dan ekspor timah yang belakangan semakin ketat.
Secara keseluruhan, laporan ini menggambarkan posisi TINS yang berada di persimpangan strategis. Di satu sisi menghadapi tekanan produksi yang menurun dan kendala struktural, namun di sisi lain memiliki potensi pemulihan melalui ekspansi tambang dan optimalisasi aset baru.
Investor tampaknya perlu mencermati sejauh mana rencana pembukaan tambang baru dan pelimpahan aset rampasan dapat terealisasi dalam jangka pendek, karena dua faktor inilah yang akan menjadi penentu arah kinerja TINS menuju 2026.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.