KABARBURSA.COM-Mayoritas indeks saham di Asia mengalami penguatan pada Jumat (2/2) , dipimpin oleh kenaikan 2,87 persen pada Indeks KOSPI.
Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, penguatan ini terjadi berkat optimisme yang meluas terhadap saham-saham teknologi di Wall Street. Namun, terdapat penurunan signifikan di China, dengan Indeks Shanghai Composite mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lima tahun, yakni turun 5,6 persen - penurunan terbesar sejak akhir 2018.
Di pasar Valuta Asing (Valas), dolar AS mengalami pelemahan umum karena performa finansial raksasa-raksasa teknologi meningkat, mendorong keberanian investor dalam mengambil risiko. Investor kini menantikan data tenaga kerja AS atau non-farm payrolls (NFP) yang akan dirilis malam ini. Data ini diharapkan memberikan petunjuk tentang kebijakan suku bunga dari bank sentral AS, yaitu Federal Reserve.
Data NFP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 160.000 pekerja pada bulan Januari 2024, dengan fokus rekrutmen terutama di sektor pemerintah dan layanan kesehatan. Ada juga antisipasi revisi terhadap jumlah perekrutan pekerja sepanjang tahun 2023. Indikasi terkini menunjukkan pasar tenaga kerja AS mulai melambat di tengah kenaikan initial jobless claims pekan lalu.
Data ADP Employment Change menunjukkan pelemahan di sektor swasta, dengan hanya 107.000 pekerja yang direkrut pada bulan Januari, turun dari 158.000 di bulan Desember. Kemungkinan data NFP yang rendah dapat memicu perdebatan mengenai penurunan suku bunga acuan pada bulan Maret.
Dari sisi makroekonomi, investor juga memperhatikan data inflasi atau consumer price index (CPI) Korea Selatan yang melambat menjadi 2,8 persen year-on-year (YoY) pada bulan Januari, mencapai level terendah sejak Juni 2023. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya harga bahan makanan.
Sementara itu, dari Australia, data indeks harga produsen atau producer price index (PPI) menunjukkan inflasi tingkat produsen naik sebesar 4,1 persen Y/Y pada kuartal IV-2023, mencapai level tertinggi dalam tiga kuartal, seiring dengan kenaikan biaya impor dan biaya operasional.