KABARBURSA.COM - Harga komoditas logam mineral tembaga saat ini mendekati level tertinggi dalam 15 bulan. Kenaikan harga ini dipicu oleh pengetatan pasokan seiring dengan peningkatan aktivitas manufaktur global.
Selama tahun ini, harga tembaga telah mengalami kenaikan sebesar 10 persen karena gangguan produksi di tambang-tambang besar, yang mengancam produksi logam olahan di pabrik-pabrik China. China sendiri menyumbang lebih dari separuh pasokan tembaga dunia. Selain itu, prospek perubahan kebijakan moneter yang diharapkan dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS), atau The Federal Reserve (The Fed), ke arah kebijakan yang lebih longgar, juga turut mencerahkan prospek ekonomi global.
Harga tembaga kemungkinan masih akan naik pada kuartal ini, musim permintaan terkuat untuk logam ini, ING Groep NV mengatakan dalam sebuah catatan melalui email. Bank tersebut memperkirakan tembaga akan mencapai rata-rata USD9.050 per ton pada kuartal ini, dari USD8.539 pada kuartal pertama, meskipun permintaan yang lebih lemah dari pasar properti China yang dilanda krisis "dan ketidakpastian yang berkepanjangan atas kebijakan moneter AS" dapat membatasi kenaikan.
Dalam perdagangan harian, harga tembaga turun 0,1 persen menjadi USD9.398,50 per ton di London Metal Exchange pada pukul 11.49 pagi waktu Shanghai. Harga tembaga sempat mencapai USD9.484,50 per ton pada Senin 8 April 2024, tertinggi sejak Januari 2023. Logam dasar lain turun lebih dalam, dengan seng turun 0,4 persen meskipun ada risiko terhadap produksi China karena jatuhnya biaya pengolahan di pabrik peleburan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.