KABARBURSA.COM - Elektrifikasi kendaraan jenis turut melahirkan inovasi dari tangan para mahasiswa Indonesia, salah satunya yang dilakukan oleh Antasena ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Team lewat motor hidrogen bernama Antasena Bike.
Antasena ITS Team dari kampus asal Kota Pahlawan itu berhasil membuat Antasena Bike menjuarai kompetisi dari Perusahaan Listrik Negara Innovation and Competition in Electricity (PLN ICE) pada 2024 silam.
Selain itu Antasena Bike juga dipamerkan di ajang Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025 pada 15-17 April lalu di JCC Senayan, Jakarta.
Technical Manager Antasena ITS Team Barra Izzatur Radhi'fan mengatakan, pembuatan Antasena Bike menggunakan basis Honda Scoopy yang telah dimodifikasi sedemikian rupa agar mampu melaju dengan energi hidrogen. Keseluruhan proses pembuatannya memakan waktu dua bulan.
“Ini kita ambil beberapa bagian dari Scoopy kayak misal sasisnya kita potong lagi, kita panjangin. Terus dari body juga, kita ambil dari scoopy tapi kita modif lagi sesuai dengan desain yang kita buat sebelumnya. Full proses semuanya hingga jadi membutuhkan dua bulan,” ujarnya kepada kabarbursa.com belum lama ini.
Barra menyebut, Antasena Bike mampu menempuh jarak hingga 72 kilometer (km) berbekal 5,6 liter hidrogen yang ramah lingkungan. Motor yang masih prototype ini juga dapat dipacu hingga kecepatan 90 km per jam.
Antasena Bike juga memiliki tenaga 10,13 HP dan torsi maksimum sebesar 49,83 Nm. Performa tersebut sanggup memberikan akselerasi dari kecepatan 0-50 km per jam dalam waktu 4,2 detik.
“Kalau dengan kecepatan 90 kilometer per j jam bisa dapat jarak 66 km. Ini pakai dua tabung hidrogen, satu tabung berisi 2'8 liter. Jadi total bisa diisi 5,6 liter,” ucapnya.
Di samping itu, unitnya juga dibekali teknologi canggih seperti koneksi ke smartphone lewat IOT (Internet of Things), GPS, tiga control modes, hingga ARS (Anodic Recirculating System).
Selain itu, motor hidrogen berbentuk skuter matik tersebut juga memiliki waktu pengisian yang cepat layaknya pengisian motor konvensional di SPBU.
“Pengisian gas hidrogen motor ini sekitar satu sampai tiga menit. Jadi sama kayak bensin. Terus kalau buangan dari kendaraan hidrogen ini sendiri juga berupa uap air, sehingga cukup ramah lingkungan,” ujarnya.
Barra mengungkapkan, biaya pembuatan motor hidrogen Antasena Bike sayangnya masih tergolong tinggi, nilainya tembus Rp100 juta untuk satu unit motor.
“Biaya sepeda motor yang kita buat itu sekitar 160 jutaan. Soalnya ada satu komponen hidrogen yang paling penting atau paling vital itu namanya fuel cell, dan sekarang itu di Indonesia masih belum ada yang komersialisasi. Dan harga dari fuel cellnya itu sendiri cukup mahal. Untuk motor ini kita pakai satu fuel cell,” jelasnya.
Ia melanjutkan, tingginya biaya pembuatan motor hidrogen tersebut tidak menjadi kendala. Sebab Antasena ITS Team mendapat dukungan dari PT PLN (Persero). Meski begitu, Barra berharap pemerintah bisa terus mendukung para mahasiswa di Indonesia dalam mewujudkan inovasi kendaraan ramah lingkungan yang sekarang sedang digiatkan.
“Alhamdulillah sepeda motor hidrogen ini full 100 persen didukung dari PLN. Kalau misal dari segi (dukungan) pemerintah itu lebih ke mengarahkan ke para BUMN buat support untuk mahasiswa-mahasiswa yang punya inovasi,” ujarnya.
Dukungan PLN terhadap Pengembangan Hidrogen
PT PLN (Persero) terus mendukung Pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia, salah satunya melalui hidrogen. Komitmen ini tercermin dalam agenda Global Hydrogen Ecosystem Summit (GHES) 2025 yang digelar di Jakarta.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia tetap berkomitmen mencapai target emisi nol bersih (Net Zero Emissions) pada tahun 2060 dengan pendekatan yang penuh kehati-hatian. Salah satu langkah konkretnya adalah pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dijalankan secara komprehensif.
“Saya ingin mengatakan bahwa Indonesia akan selalu berada pada bagian yang akan menjalankan komitmen itu (Perjanjian Paris) tetapi dengan penuh hati-hati secara mendalam. Buktinya bahwa Pak Presiden Prabowo telah mencanangkan Asta Cita, berbicara tentang wawasan swasembada energi, di dalamnya di situ adalah energi hijau, energi baru terbarukan, dan hidrogen merupakan bagian dari visi besar Bapak Presiden,” ujar Bahlil saat membuka GHES 2025 di Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjut, Bahlil menekankan bahwa ke depan hidrogen akan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada tahun 2060, hidrogen hijau diproyeksikan dapat menyumbang hingga USD 70 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, serta menciptakan 300 ribu lapangan kerja langsung di sektor elektrolisis hidrogen hijau.
Untuk itu, ia mendorong peningkatan daya saing Indonesia di sektor energi hijau. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif yang dapat dimanfaatkan untuk menembus pasar global seperti Eropa dan Amerika.
“Dalam perspektif Indonesia, kami mempunyai keunggulan kompetitif terhadap energi hijau yang kemudian bisa kami penetrasi ke pasar di mana pun, Eropa, Amerika, di mana saja. Karena kami saling membutuhkan, kami harus membangun komunikasi politik, komunikasi ekonomi yang saling menguntungkan, yang saling menguntungkan,” jelasnya.
Khusus untuk hidrogen, Bahlil menyampaikan keyakinannya bahwa teknologi ini kini semakin terjangkau dan kompetitif. Hal ini membuka peluang besar untuk mendorong pemanfaatan hidrogen dalam mendukung strategi industri nasional. Kementerian ESDM pun akan mendorong lahirnya regulasi yang mendukung, termasuk menciptakan struktur harga yang lebih baik guna membuka pasar yang lebih luas.
“Semakin hari, akan dilakukan efisiensi terhadap penemuan-penemuan teknologi baru. Dan saya menunggu agar ini menjadi bagian penting dalam kontribusi kita kepada bumi, untuk mendorong energi baru dan terbarukan," tandas Bahlil.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa Pemerintah pada Desember 2023 telah meluncurkan dokumen Strategi Hidrogen Nasional. Lalu pada agenda GHES 2025 ini juga meluncurkan Roadmap Hidrogen dan Ammonia Nasional (RHAN) yang berisi 215 rencana aksi pengembangan hidrogen.
Melalui roadmap tersebut, Pemerintah terus mengembangkan berbagai diversifikasi produk turunan hidrogen, salah satunya diproduksi oleh PLN.
“Buku RHAN merupakan dokumen yang mencakup analisis produksi, pemanfaatan, dan bagaimana strategi implementasinya, juga rencana aksi. Kami sudah melakukan identifikasi dari berbagai industri, ada 215 rencana aksi di dalam roadmap ini. Kita melihat prospek mendatang untuk mengembangkan ekosistem hidrogen dan amonia di dalam negeri maupun global,” kata Eniya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pengembangan hidrogen merupakan wujud komitmen PLN dalam mendukung visi besar Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada energi nasional.
“Hidrogen merupakan solusi transisi dari energi fosil ke energi bersih masa depan. PLN siap menjadi pemimpin transisi energi global dengan memimpin pengembangan hidrogen di Asia Tenggara melalui akselerasi ekosistem hidrogen,” papar Darmawan.
Sebagai upaya konkret, sejak tahun 2023 PLN telah mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia yang berada di PLTGU Muara Karang, Jakarta. PLN juga menjadi pionir dengan menghadirkan GHP pertama di Asia Tenggara yang memanfaatkan energi panas bumi, berlokasi di PLTP Kamojang, Jawa Barat pada tahun 2024.
“PLN tidak sekedar mengikuti arus transisi energi atau inovasi, namun simbol keberanian kita untuk melompat jauh dari ketergantungan pada energi fosil menuju pengawasan energi nasional,” tegas Darmawan.
Secara total, PLN telah mengembangkan 22 lokasi GHP di berbagai wilayah Indonesia dengan kapasitas produksi hidrogen terbesar di tingkat nasional. Selain itu, PLN juga telah membangun Hydrogen Refueling Station (HRS) serta membangun Hydrogen Center sebagai pusat kompetensi hidrogen pertama di Indonesia.(*)