Logo
>

Mengapa China Mampu Kalahkan Jepang soal Mobil Listrik?

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Mengapa China Mampu Kalahkan Jepang soal Mobil Listrik?
Wuling Motors memperkenalkan mobil konsep di pameran IIMS 2025. (Foto: Kabar Bursa/Citra)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Mobil-mobil China terus membanjiri pasar otomotif Indonesia. Beberapa nama baru jenama otomotif asal Tiongkok nampaknya tidak gentar bersaing secara terbuka dengan pabrikan mobil asal Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Eropa yang sudah lebih dulu eksis.

    Hadirnya beragam merek baru asal China ini telah diprediksi sebelumnya oleh sejumlah pihak. Banjir produk otomotif China diprediksi akan terus meningkat seiring dengan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

    Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, meski baru memasuki pasar otomotif Tanah Air, mobil-mobil China tetap punya peluang besar bersaing dengan merek Jepang, Korsel dan Eropa.

    Yannes menilai, mobil-mobil China di segmen BEV, memiliki peluang besar untuk melanjutkan dominasinya di Indonesia, terutama di segmen entry-level. Bahkan, menurutnya, dominasi mobil China akan terus berlanjut meski kondisi ekonomi Indonesia melemah.

    “Harga kompetitif, strategi pemasaran agresif dan beragam varian produk dengan berbagai fitur canggih serta mutu produk yang semakin baik menjadi kekuatan utama mereka (China) dalam mengambil segmen pasar Rp200-500 jutaan yang paling besar segmennya di Indonesia saat ini,” kata Yannes kepada kabarbursa.com, Kamis, 27 Februari 2025.

    Keunggulan lain jenama asal Tiongkok ini adalah kemampuannya dalam menghadirkan electric vehicle dengan harga terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia. Terlebih lagi, kata dia, terjadi pergeseran kelompok pembeli dari baby boomers ke millenial dan Gen Z dengan preferensinya yang lebih pro tech dan environment dan didukung oleh ekosistem pengisian daya yang memadai akan memiliki keunggulan kompetitif signifikan.

    Ia menilai, strategi China untuk menjadi pemain utama di pasar otomotif Tanah Air sudah tepat. Hal ini terbukti dari capaian penjualan kendaraan murah dan ramah lingkungan terus meningkat setiap tahunnya.

    “Jika langkah ini dilakukan dengan cepat, dominasi merek Jepang di pasar otomotif Indonesia, bukan tidak mungkin (Jepang, Korsel, dan Eropa) akan tergeser dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.

    Jepang Salah Strategi?

    Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menilai strategi Jepang di pasar otomotif Indonesia kurang progresif sehingga dapat dikejar dengan mudah oleh China.

    “Jepang awalnya memproyeksikan proses transisi menuju BEV dan kendaraan berbasis fuel cell akan berlangsung secara perlahan hingga sekitar tahun 2050-an,” jelas Yannes.

    Yannes mengatakan, roadmap Jepang berfokus kepada pendekatan bertahap, dari ICE ke HEV, lalu PHEV- REEV baru ke fuel cell, BEV dan hidrogen. Menurutnya, roadmap ini mencerminkan keyakinan mereka bahwa adopsi teknologi kendaraan listrik membutuhkan waktu panjang.

    “Pendekatan konservatif ini menjadi bumerang ketika Tesla, di bawah kepemimpinan Elon Musk, merevolusi cara pandang dunia terhadap mobil masa depan yang bebas polusi lebih cepat dari yang diperkirakan,” ujarnya.

    Menurutnya, Tesla membuktikan bahwa kendaraan listrik tidak hanya mungkin tetapi juga dapat diterima oleh pasar global dalam skala besar dan waktu yang relatif singkat.

    Sementara pabrikan otomotif China, kata dia, menggunakan strategi yang efektif dibanding Jepang. Pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu mampu mengekor kesuksesan Tesla dalam hal menghadirkan mobil listrik masa depan.

    Ia menuturkan, China dengan pendekatan yang adaptif, agile antisipatif dan didukung oleh kebijakan pemerintah yang proaktif, bergerak lebih cepat. Sebagai fast learner, China mengikuti langkah Tesla dan bahkan melampauinya dengan strategi komprehensif.

    Strategi tersebut meliputi, pengembangan teknologi baterai, perancangan produk yang kompetitif hingga membangun ekosistem BEV yang matang.

    “Pemerintah China menginvestasikan sumber daya besar untuk mendukung inovasi, menarik talenta global, termasuk para insinyur dan desainer otomotif kelas dunia, untuk memperkuat posisinya dalam persaingan kendaraan listrik dunia,” jelas Yannes.

    “Hasilnya, produsen mobil China kini mendominasi pasar BEV global, menawarkan kendaraan dengan harga kompetitif, fitur canggih, dan kualitas yang semakin baik,” imbuhnya.

    Sementara itu, lanjut dia, produsen otomotif asal Jepang masih terlena dengan roadmap lamanya yang kurang efektif. Alhasil, pabrikan Jepang menghadapi tantangan besar untuk mengejar ketertinggalannya dengan Tesla dan mobil listrik asal China yang sudah berkembang pesat serta diminati pasar mobil listrik. 

    “Bahkan beberapa perusahaan kelas dunai Jepang seperti Nissan dan Mitsubishi yang dulu begitu hebat terpaksa harus merger dengan Honda demi menghindari kebangkrutan. Jelas, keterlambatan ini memaksa Jepang untuk beradaptasi dengan cepat jika ingin tetap relevan di era otomotif masa depan yang didominasi oleh teknologi nol emisi pada saat ini juga,” ujarnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.