KABARBURSA.COM - Mobil listrik memiliki biaya operasional yang lebih murah dibanding mobil konvensional, sehingga cukup menarik dikendarai untuk mudik Lebaran.
Namun mudik dengan mobil listrik tentu membutuhkan persiapan, mulai dari kondisi kendaraan hingga faktor infrastruktur pendukung seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk pengecasan baterainya.
Terkait SPKLU, pengguna mobil listrik yang menempuh perjalanan jauh seperti mudik Lebaran, bakal dihadapi dengan kondisi Range Anxiety, sebuah rasa cemas atau khawatir yang dapat dialami pengguna kendaraaan listrik soal cukup tidaknya daya baterai untuk menempuh jarak hingga sampai tujuan.
Instruktur Senior dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, pemilik mobil listrik tidak perlu khawatir untuk mudik, karena pada dasarnya perbedaan antara mudik menggunakan mobil konvensional dan listrik adalah sumber energi yang digunakan.
“Sebenarnya enggak ada bedanya. Baik untuk mobil listrik dan bensin sih aman-aman saja. Karena jika mobil listrik bisa kehabisan baterai maka mobil konvensional biss kehabisan bensin," ujarnya saat dihubungi kabarbursa.com, Minggu, 23 Maret 2025.
Namun ia menyebut, pengemudi perlu lebih memperhatikan harus lebih hati-hati dalam mengontrol pedal gas mobil listrik. Sebab torsi mobil listrik terhitung besar, belum lagi soal kenyamanan dan kesenyapan mesinnya.
“(Mobil listrik) secara berkendara lebih nyaman karena tidak bersuara dan minim getaran. Jadi saat stop and go-nya harus pintar-pintar injak pedalnya,” ucap Sony.
Ia menyarankan agar sebelum memulai perjalanan mudik Lebaran, pemilik mobil listrik perlu mengatur waktu keberangkatan serta rute yang dilalui. Terutama rute dengan ketersediaan SPKLU yang mencukupi untuk mengisi daya baterai mobil listrik.
“Dalam hal ini pemudik harus matang mengenai masalah journey management, misalnya kapan waktu yang enggak macet dan dimana ada ketersediaan spot charging station. Jika dijalani dengan slow but sure pasti semuanya terselesaikan,” jelas pakar safety berkendara tersebut.
Sony menyarankan, pengemudi mobil listrik jangan terburu-buru ingin sampai tujuan, apalagi jika kondisi baterai tidak dalam kondisi penuh. Oleh karena itu, ada baiknya pengemudi tidak memaksakan kondisi untuk meneruskan perjalanan saat daya baterai dan jarak tempuh terhitung tidak sesuai.
“Mungkin jangkauan baterainya jangan dipaksakan. Misalnya jika harus menempuh 600 kilometer dari Jakarta ke Semarang, maka di kilometer 300 harus stop dulu untuk charging di kota-kota yang tersedia SPKLU,” kata Sony.
“Atau mungkin bisa juga menginap satu malam sambil kulineran. Jadi enggak usah mengandalkan SPKLU yang di rest area tol, karena itu pasti padat,” lanjutnya.
Sony menambahkan, baterai mobil listrik juga sebaiknya diisi dayanya sebelum persentasenya menipis. Misalnya dalam kondisi 50 persen.
Perkembangan Ekosistem Kendaraan Listrik dari PLN
Sementara itu, PT PLN (Persero) terus menambah jumlah SPKLU untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Berdasarkan data yang dihimpun PLN sejak 2021 hingga Desember 2024, jumlah SPKLU yang tersebar di Indonesia telah mencapai 3.233 unit. Sementara untuk tahun 2025, PLN menargetkan jumlah SPKLU hingga 5.810 unit yang dibangun lewat kerja sama dengan para mitra bisnis.
"Ada 3.233 unit itu per Desember 2024. Mungkin per hari ini bisa saja sekitar 3.400 SPKLU. Artinya rasio SPKLU kita terhadap populasi EV (Electric Vehicle) yang kita dapatkan datanya itu sekitar 68.695 unit adalah 1 banding 21, sehingga 1 SPKLU PLN bisa melayani 21 kendaraan listrik," ujar Rudiana Nurhadian selaku Vice President Pengembangan dan Komersialisasi Produk dari PT PLN dalam acara Kabarbursa Economic Insight di Jakarta, beberapa waktu lalu
Selain SPKLU, PLN juga mengembangkan infrastruktur lain untuk pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik. Mulai dari SPKLU khusus untuk motor listrik hingga Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan listrik Umum (SPBKLU) yang juga diperuntukan untuk EV roda dua.
"Selain roda empat, kami mengembangkan juga untuk di roda dua namanya SPBKLU atau swap station. Dan kami pun juga saat ini sedang mengembangkan untuk SPKLU roda dua berupa fasilitas charging yang disediakan khusus untuk kendaraan roda dua," sebut Rudiana.
Sejauh ini, PLN sudah memiliki 9.956 SPKLU motor listrik, serta SPBKLU berjumlah 2.240 unit.
Lebih lanjut Rudiana menyebutkan, pihaknya juga sudah memiliki 28.536 pelanggan home charging PLN yang jumlahnya terus meningkat.
"Karena kebiasaan pengguna kendaraan listrik ini mungkin 80 sampai 90 persen itu menggunakan home charging, jadi kami pun juga mengembangkan ekosistem di home charging untuk lebih memudahkan pengguna EV," ucapnya.
Selain itu, PLN juga terus mengembangkan aplikasi PLN Mobile. Salah satu pengembangan di bidang digital tersebut yaitu, fitur Road Trip Planner yang memungkinkan pemilik kendaraan listrik untuk mengetahui berbagai titik lokasi SPKLU.
Selanjutnya, PLN juga memiliki rencana mengembangkan SPKLU sebanyak 14.339 unit hingga tahun 2027. Dalam roadmap-nya, PLN bahkan ingin terus meningkatkan SPKLU hingga 62.918 unit pada tahun 2030.
Hingga kini, PLN memproyeksikan, jumlah EV di Indonesia bakal terus bertumbuh. Untuk tahun 2030, unit EV di Tanah Air diperkirakan akan mencapai 943.764 unit.(*)