Logo
>

Penjualan Mobil Baru Naik 16 Persen, Daya Beli Normal?

Ditulis oleh Harun Rasyid
Penjualan Mobil Baru Naik 16 Persen, Daya Beli Normal?
Penjualan mobil di Indonesia meningkat signifikan pada Februari 2025. (Foto: Kabar Bursa/Abbas S)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penjualan mobil baru di Indonesia periode Februari 2025 menunjukkan capaian positif dengan pertumbuhan 16,7 persen dibanding bulan sebelumnya.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil baru secara wholesales (dari pabrik ke dealer) Februari 2025 tercatat sebanyak 72.295 unit.

    Sementara sepanjang Januari 2025, penjualan mobil baru terhitung sebanyak 61.932 unit atau selisih 10.363 unit dari penjualan Februari 2025.

    Jumlah penjualan bulan lalu juga terhitung naik 2,15 persen apabila dibandingkan periode Februari 2024 yang sebanyak 70.772 unit.

    Dengan kenaikan penjualan 2,15 persen dari tahun lalu dan 16,7 persen dibanding Januari 2025, apakah menjadi pertanda daya beli masyarakat sudah membaik?

    Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, naiknya penjualan mobil baru dipicu momen yang berdekatan dengan bulan Ramadan hingga persiapan Lebaran.

    Hal ini membuat pihak lembaga pembiayaan atau leasing, melakukan strategi demi menarik minat konsumen akan kendaraan, salah satunya lewat uang muka rendah.

    "Kenaikan penjualan mobil baru pada bulan Februari ini karena memasuki bulan Ramadan. Yang kedua memang leasing-leasing ini sedang melakukan strategi agar bagaimana otomotif ini, terutama roda 4 serta roda 2 kembali bergairah dengan cara memberikan DP (Down Payment) yang begitu murah," ujarnya saat dihubungi kabarbursa.com, Kamis, 13 Maret 2025.

    Ibrahim menyebut, kenaikan penjualan mobil baru ini perlu dicermati kembali karena terjadi di tengah badai PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) serta penurunan kelas menengah maupun daya beli masyarakat.

    "Sekarang dengan DP Rp1 juta, konsumen bisa mengambil kendaraan dengan cicilan bisa 5 tahun atau lebih. Ini yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Lalu, pada saat masyarakat kelas menengah ada yang kena PHK, pasti mereka mempunyai alternatif lewat pesangon atau BPJS tenaga kerja dari Depnaker. Dana ini lah yang dipikir masyarakat bisa digunakan untuk membeli kendaraan," terangnya.

    "Lalu karena ada yang tidak bekerja lagi. Pembelian kendaraan ini dimanfaatkan untuk menjadi driver atau ojek online. Banyak yang terjadi seperti itu dan di tengah jalan usaha ini ada yang berhasil dan banyak juga yang gagal. Karena, sebaiknya driver online ini idealnya untuk kerja sampingan saja," tambah Ibrahim.

    Lebih lanjut, faktor gengsi juga menjadi pola sosial bagi sebagian masyarakat menjelang Lebaran, yang pada akhirnya turut mengerek penjualan mobil baru.

    "Jelang mudik Lebaran biasanya orang ingin terlihat bergengsi. Mereka mau pulang kampung bawa mobil baru tapi tidak memikirkan bagaimana risiko ke depannya. Nah, ini sangat biasa terjadi dari dulu. Jadi, fenomena mereka beli unit, kemudian dalam jangka waktu 3 bulan hingga 6 bulan, ditarik oleh leasing," ucap Ibrahim.

    Menurutnya, tindakan konsumtif tanpa mempedulikan dampak keuangan tersebut, akan semakin membahayakan situasi ekonomi masyarakat kelas menengah atau di bawahnya yang kini sedang goyah.

    "Debt collector mobil atau motor di jalan ini makin banyak. Dari hasil penelusuran saya, untuk wilayah Jakarta Barat saja di satu kelurahan, bisa ada ratusan motor yang mereka nunggak atau gagal bayar. Tapi, bisa dilihat kredit ini jadi satu-satunya cara bagi kelas menengah untuk punya kendaraan baru," ucap Ibrahim.

    Terjebak di Satu Juta Unit

    Sementara itu, Ibrahim menilai penjualan mobil baru juga tidak begitu terdongkrak oleh konsumen non-ritel seperti pihak perusahaan.

    Hal ini juga yang membuat penjualan mobil baru sejak satu dekade terakhir mengalami stagnansi di angka 1 juta unit atau bisa di bawahnya.

    "Kalau perusahaan-perusahaan sendiri, saya lihat sekarang kebanyakkan itu menggunakan mobil-mobil rental kecuali pemerintah. Tapi, pada saat pemerintah efisiensi atau mengurangi anggaran, tentu pemerintah akan menunda pembelian mobil-mobil baru kan. Perusahaan swasta juga banyak mengandalkan jasa taksi atau driver online yang bisa dipesan via aplikasi, artinya mereka tidak perlu lagi memikirkan beli mobil," jelas Ibrahim.

    Perkembangan teknologi serta kebutuhan ini lah yang menjadi salah satu faktor dalam penjualan mobil baru di dalam negeri.

    "Sekarang sudah ada aplikasi taksi, driver atau ojek online. Pihak perusahaan sudah bisa bepergian dengan biaya yang lebih murah dan efisien dibandingkan membeli otomotif dengan adanya biaya perawatan, sewa parkir, gaji sopir dan sebagainya. Nah ini yang sekarang sudah berubah sehingga penjualan untuk otomotif ya ini enggak naik-naik, kalau naik pun juga tidak terlalu besar," papar Ibrahim.

    Atas berbagai faktor tersebut, Ibrahim menyatakan bahwa daya beli masyarakat sejatinya tidak mengalami pertumbuhan karena situasi ekonomi domestik juga belum stabil.

    "Enggak mengalami kenaikan sama sekali daya beli masyarakat ini, karena PHK dimana-mana, perusahaan ada yang tutup. Tapi adanya kenaikan penjualan mobil baru ini lebih baik daripada tidak sama sekali," imbuhnya.

    Ibrahim menambahkan, membaiknya daya beli ini dipicu oleh sejumlah faktor seperti kondisi investasi yang mengalami lonjakan, fasilitas publik yang dibangun, sampai tingkat pembukaan lapangan kerja.

    Ia juga memprediksi, beberapa bulan mendatang akan terjadi perubahan pasar pembelian kendaraan.

    "Jadi dari situlah nanti orang akan tertarik untuk melakukan pembelian. Sedangkan bulan depan atau habis lebaran itu pasar akan berubah, salah satunya karena dalam waktu tiga bulan konsumen yang kredit bisa saja mengalami gagal bayar. Sehingga permintaan mobil baru dapat berkurang," ujarnya. 

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.