KABARBURSA.COM – Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, elektrifikasi kendaraan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengerek kelesuan di sektor otomotif.
Seperti diketahui, tarif baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi membuat ekspor kendaraan ke AS tersendat karena penurunan demand. Penurunan permintaan ini terjadi karena harga kendaraan yang dikirim dari Indonesia ke AS melonjak karena tarif tinggi.
Agar dapat menyiasati kelesuan pasar ekspor, pemerintah dan pemain di industri otomotif dituntut mencari alternatif lain, yakni dengan mencari pasar baru yang lebih potensial dibandingkan AS dan menggiatkan elektrifikasi.
Yannes menilai, menggiatkan pasar kendaraan setrum adalah salah satu solusi yang efektif mengingat pasar domestik sedang gandrung dengan mobil setrum karena dinilai lebih irit dibandingkan konvensional.
Yannes menyampaikan bahwa apabila ekspor kendaraan hanya bergantung pada pasar Amerika Serikat, maka industri otomotif di Indonesia akan menghadapi tantangan berat. Penurunan permintaan dari pasar AS dipastikan akan berdampak pada menurunnya angka penjualan.
“Transisi ke EV juga menawarkan peluang pertumbuhan baru. Produsen di dalam negeri yang berfokus pada ekspor ke AS akan menghadapi potensi penurunan permintaan dari importir AS. Ini karena harga yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan volume penjualan,” kata Yannes kepada kabarbursa.com, Rabu, 10 April 2025.
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik nasional mengalami lonjakan sebesar 34,45 persen selama periode 2020 hingga 2024. Pada tahun 2020, hanya tercatat 125 unit mobil listrik terjual, namun meningkat drastis menjadi 43.188 unit pada 2024. Capaian ini membuat mobil listrik menyumbang 4,98 persen dari total penjualan mobil baru di Indonesia.
Mobil Listrik Laris Berkat Insentif
Marketing Operation Director Wuling Motors Ricky Christian mengatakan, pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia turut memengaruhi penurunan minat konsumen terhadap kendaraan berbasis mesin pembakaran internal atau Internal Combustion Engine (ICE).
Peningkatan minat terhadap kendaraan listrik ini juga didorong oleh dukungan insentif dari pemerintah, seperti skema Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 10 persen yang berlaku bagi mobil listrik rakitan dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Untuk merek Wuling, segmen mobil listriknya telah menjadi andalan dalam performa penjualan selama Januari dan Februari 2025. Model Wuling Air ev menyumbang kontribusi tertinggi sebesar 23,1 persen, disusul oleh Cloud EV yang mencatatkan kontribusi 17,6 persen.
“Memang bisa dilihat dari tahun sebelumnya, perkembangan mobil listrik ini cukup signifikan setiap tahunnya. Itu kayaknya yang masih terjadi juga di Januari dan Februari ini, jadi kondisinya memang mobil listrik cukup signifikan, peningkatannya secara pasar total juga, dan juga termasuk di Wuling sendiri,” kata Ricky.
Penjualan Mobil di Indonesia
Penjualan mobil baru di Indonesia sepanjang periode Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar 16,7 persen dibanding bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil baru secara wholesales (dari pabrik ke dealer) mencatatkan angka 72.295 unit. Sedangkan periode Januari 2025, terdapat 61.932 unit atau naik sebanyak 10.363 unit.
Kenaikan penjualan mobil baru terjadi di tengah penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen serta opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang ditunda di sebagian daerah.
Yannes menilai, pertumbuhan penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air dipicu oleh pameran otomotif yang diikuti berbagai promo pembelian.
“Tampaknya pertumbuhan bulanan dari Januari ke Februari menunjukkan pemulihan, mungkin didukung oleh acara seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, yang diadakan pada 13 sampai 23 Februari 2025 didukung seluruh APM yang melakukan promosi secara gencar se-Indonesia pada momen yang sama,” ujarnya saat dihubungi kabarbursa.com, Kamis 3 April 2025.
Menurutnya, kenaikan penjualan mobil baru di industri otomotif nasional juga didukung pertumbuhan pengguna mobil elektrifikasi yang mendapat insentif dari pemerintah.
“Hal ini semoga menunjukkan optimisme pemulihan, terutama dengan kontribusi dari kendaraan listrik dan hybrid (HEV dan PHEV), yang melaporkan pertumbuhan signifikan meskipun ada tantangan seperti kenaikan PPN dan opsen pajak sesudah Februari tersebut,” jelas Yannes.
Adapun pertumbuhan jumlah pertumbuhan mobil hybrid di Tanah Air tercatat sebesar 7,511 persen atau populasinya mencapai 59.904 unit pada 2024.
Sementara untuk mobil listrik di Indonesia, jumlahnya pada tahun 2024 telah sebanyak 43.188 unit atau memiliki pangsa pasar sebesar 4,98 persen dari total penjualan wholeseales mobil baru tahun 2024 yang berjumlah 865.723 unit.
Lebih lanjut, Yannes memandang bahwa para produsen otomotif dan APM (Agen Pemegang Merek) kendaraan roda empat tampaknya mengadopsi strategi pemasaran agresif berbasis insentif finansial, paket khusus, dan penekanan utilitas kendaraan.
"Strategi tersebut seperti mengantisipasi sejak awal sebelum berlakunya opsen dan pembelian kendaraan baru untuk persiapan mudik di akhir Maret sejak Februari, guna mempertahankan daya saingnya," ungkapnya.
"Strategi cost-based pricing ini untuk menutup biaya produksi dengan margin optimal, menyesuaikan persepsi nilai pelanggan dan respons terhadap daya beli melalui penurunan harga awal untuk BEV atau HEV, didukung insentif pajak pemerintah tampaknya tepat secara konseptual," tambahnya.(*)