KABARBURSA.COM – Berdasarkan hasil survei mobility consumer pulse 2024 yang dilakukan McKinsey & Co pada tahun 2024, mengungkapkan bahwa 46 persen pengguna mobil listrik atau electric vehicle (EV) di Amerika Serikat (AS) akan kembali beralih menggunakan kendaraan konvensional untuk pembelian berikutnya.
Melansir New York Post, dalam jajak pendapat kepada 37.000 konsumen EV di seluruh dunia, ditemukan bahwa Australia menjadi satu-satunya negara dengan 49 persen pemilik EV-nya siap untuk kembali menggunakan kendaraan bermesin internal combustion engine (ICE).
Namun, kondisi ini berbeda dengan hasil survei konsumen EV di Indonesia. Berdasarkan riset Praxis, sebanyak 79 persen konsumen EV di Tanah Air merasa puas dengan mobil listrik dibandingkan dengan mobil konvensional.
Head of Research Praxis, Garda Maharsi mengakui ada perbedaan respons publik Eropa dan Indonesia dalam menilai mobil listrik. Menurutnya, penerimaan warga di luar negeri terhadap mobil listrik tidak sebagus di Indonesia.
“Dikarenakan juga harganya di sana mobil listrik itu tidak sekompetitif di Indonesia,” kata Garda kepada awak media, Kamis, 14 Agustus 2025.
Pihaknya mengapresiasi harga mobil listrik di Indonesia yang kompetitif. Faktor harga inilah, kata Garda, membuat rasionalitas calon pembeli dan publik untuk melihat bahwa value for money dari membeli sebuah mobil itu menjadi tersedot ke mobil listrik.
Selain masalah perbedaan harga, lanjut dia, konsumen produk otomotif di Indonesia masih melihat mobil listrik sebagai teknologi baru dengan kesan prestis yang kuat.
“Di belahan bumi lain, saya nyebut spesifik misalnya Eropa atau Amerika, kesan prestis, prestisius, mewah dan lain sebagainya itu masih belum bisa mengalahkan dari kesan prestisnya mobil-mobil kolektor. Sehingga ini juga menciptakan kondisi psikologis market yang kemudian relatif berbeda juga,” ujarnya.(*)