KABARBURSA.COM – Potensi hidrogen sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan mendorong Toyota menghadirkan fasilitas Hydrogen Refueling System (HRS) di xEV Center TMMIN Karawang Plant 3.
Selain menciptakan teknologi kendaraan yang ramah lingkungan, hidrogen dipilih sebagai solusi transisi energi masa depan karena jumlahnya yang melimpah di alam.
Pihak Toyota menilai hidrogen berpotensi menjadi media penyimpanan dan distribusi energi di berbagai sektor, termasuk transportasi, pembangkit listrik, proses industri, dan penyimpanan energi.
Dengan menerapkan hidrogen sebagai teknologi rendah karbon, Indonesia berpeluang menekan emisi secara signifikan serta mempercepat peralihan menuju energi bersih demi mencapai target iklim global.
Sebagai sumber energi alternatif, hidrogen dapat mengurangi emisi karbon secara drastis karena sifatnya yang bersih dan berkelanjutan dengan kapasitas besar. Selain itu, hidrogen memiliki keunggulan dalam penyimpanan dan distribusi (transportable), sehingga dapat dimanfaatkan di berbagai sektor.
Dalam transisi energi, hidrogen berperan strategis, seperti mengintegrasikan energi terbarukan dengan pembangkit listrik skala besar, menyalurkan energi ke berbagai sektor atau wilayah, serta berfungsi sebagai penopang yang meningkatkan ketahanan sistem.
Selain itu, hidrogen turut mendukung dekarbonisasi dalam sektor transportasi, industri energi, pemanas dan kelistrikan bangunan, serta menjadi bahan baku terbarukan.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Jalyanto mengungkapkan, melalui teknologi multipathway, Toyota Indonesia akan mengimplementasikan semua jenis teknologi kendaraan sesuai prinsip kami “No one Left Behind.”
“Artinya, semua jenis teknologi berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal, akan berdampak positif terhadap industri otomotif hingga rantai pasoknya, yang menaungi lebih dari 300.000 SDM (industri padat karya). Memastikan tidak ada yang tertinggal dari teknologi otomotif masa depan,” ujar Nandi dalam keterangan tertulis, Rabu, 12 Februari 2025.
Industri Otomotif Berbasis Hidrogen
Saat ini, pemerintah berkomitmen untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan yang bebas karbon. Kehadiran HRS Toyota Indonesia di kawasan industri ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan industri otomotif maupun non-otomotif yang berbasis hidrogen.
Fasilitas HRS berperan dalam memperkuat strategi multi-pathway, yaitu integrasi berbagai teknologi kendaraan rendah emisi dan elektrifikasi dengan penggunaan energi ramah lingkungan dalam era netralitas karbon.
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN Bob Azam mengatakan, aktivitas people development dalam pengembangan HRS menjadikan Toyota Indonesia sebagai pionir pengembangan SDM berkualifikasi untuk menunjang hadirnya ekosistem hidrogen di Indonesia.
Menurutnya, hidrogen merupakan jembatan mencapai energi bersih sehingga SDM yang ada harus dipersiapkan sejak dini dan sesuai dengan filosofi “We Make People Before We Maka Product”.
“Komitmen kami terus memprioritaskan people transformation, melalui pengembangan tenaga ahli lalu memperkuat R&D (Research & Design) khususnya mempersiapkan pengembangan kurikulum hidrogen dan learning tools, akan terus dikuatkan sebagai fondasi utama memasuki era transisi energi,” ujar Bob.
Ia menambahkan, pengalaman selama 50 tahun tumbuh berkembang bersama masyarakat Indonesia, Toyota berupaya menghadirkan solusi mobilitas dengan menghadirkan beragam teknologi kendaraan masa kini dan masa depan.
“Konsistensi ini ditopang pula kekuatan Indonesia sebagai negara dengan sumber daya energi serta kekuatan energi yang memperkuat ekosistem transportasi hijau, khususnya melalui pengembangan HRS untuk mewujudkan cita-cita dekarbonisasi Pemerintah menuju masa depan tanpa emisi,” imbuhnya.
Risiko Bahan Bakar Hidrogen
Seperti diberitakan sebelumnya, Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa penggunaan hidrogen di kendaraan juga punya risiko tersendiri dan tidak berbeda dengan mobil listrik karena, hidrogen adalah gas yang mudah terbakar.
“Jika terjadi kebocoran. Hidrogen yang disimpan dalam tangki bertekanan tinggi di mobil, meskipun tangki ini dirancang untuk tahan terhadap tekanan ekstrem, rendahnya mutu, kerusakan atau penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan bocor, kebakaran hingga ledakan,” kata Yannes kepada kabarbursa.com beberapa waktu lalu.
Kendati memiliki risiko, Yannes menyebut perkembangan teknologi otomotif terus berlanjut sehingga risiko yang ada pada mobil berbahan bakar hidrogen dapat diminimalisasi.
Menurutnya, saat ini produsen mobil terus berupaya meningkatkan keamanan dan keandalan teknologi mobil listrik dan hidrogen. Selain itu, ia juga mendorong agar publik juga mendapat edukasi serupa untuk mengetahui manfaat dan keamanan kendaraan hidrogen.
“Edukasi publik tentang manfaat dan keamanan kendaraan hidrogen serta pelatihan teknisi juga diperlukan. Terakhir, insentif fiskal dan non-fiskal, serta kerjasama antara pemerintah, industri, dan lembaga penelitian akan mempercepat pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia,” tuturnya.
Produksi Hidrogen Mahal
Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengungkapkan bahwa pemerintah harus menghadapi tantangan dalam mengatasi mahalnya produksi hidrogen, terutama untuk prosesnya yang membutuhkan energi listrik yang besar.
“Kalau dikomparasikan akan berat berkompetisi dengan BEV yang menggunakan baterai yang bisa langsung menyimpan listrik,” jelasnya.
Menurutnya, BEV lebih unggul dalam hal biaya dan infrastruktur. Konversi listrik ke hidrogen efisiensinya mencapai 60-70 persen, sedangkan efisiensi baterai mencapai 90-95 persen.
“Infrastruktur pengisian daya untuk bEV sudah lebih mapan dan terus berkembang, dengan stasiun pengisian daya yang semakin banyak tersedia. Sedangkan, infrastruktur pengisian hidrogen masih sangat terbatas dan memerlukan investasi besar untuk pembangunan stasiun pengisian hidrogen,” ujarnya.
Ia menambahkan, biaya produksi baterai juga telah menurun secara signifikan. Ditambah lagi dengan adanya peningkatan kapasitas penyimpanan energi. (*)