Logo
>

B50 Mulai Beredar di Pasar, Pengusaha Minta Peremajaan Sawit

Ditulis oleh KabarBursa.com
B50 Mulai Beredar di Pasar, Pengusaha Minta Peremajaan Sawit

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyambut positif peluncuran Biodiesel 50 (B50) yang digagas oleh pemerintah pada Minggu 18 Agustus 2024 lalu.

    Meski demikian, Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, menegaskan bahwa tantangan besar berikutnya adalah peningkatan produktivitas kelapa sawit, yang diharapkan dapat terwujud melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

    “Dengan peluncuran B50, kita harus meningkatkan produktivitas sawit. Jika tidak, kita mungkin terpaksa membatasi ekspor,” ungkap Mukti, melalui keterangan pers, Selasa 20 Agustus 2024.

    Ia juga menambahkan bahwa program PSR memerlukan perhatian khusus, karena realisasinya selama ini belum memenuhi target yang diharapkan.

    Mukti berharap adanya ekspansi perkebunan, terutama di Papua, untuk memastikan bahwa upaya hilirisasi sawit demi kebutuhan energi tidak mempengaruhi pasokan ekspor. “Akan lebih baik jika ada kebun khusus untuk energi, agar tidak mengganggu pasokan ekspor kita,” jelasnya.

    Sebelumnya, Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman, secara resmi meluncurkan B50, bahan bakar campuran solar dan minyak sawit dengan rasio 50 persen, pada Minggu 18 Agustus 2024. Inisiatif ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta, termasuk PT Jhonlin Agro Raya.

    Amran Sulaiman menegaskan bahwa peluncuran B50 adalah langkah strategis untuk memastikan akses energi yang terjangkau dan ramah lingkungan. “B50 tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga menekan defisit perdagangan,” ujarnya.

    Biodiesel B50 berpotensi menghemat devisa negara yang selama ini dipergunakan untuk impor solar, yang membebani keuangan negara hingga Rp 300-400 triliun per tahun. Selain itu, penggunaan minyak sawit untuk B50 merupakan strategi untuk mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor sawit yang sering mengalami kampanye negatif dan berdampak pada gangguan ekspor.

    “Kami bertugas memastikan kesiapan pemerintah dalam implementasi program Biodiesel B50, baik dari segi suplai bahan baku Crude Palm Oil (CPO) maupun dari skala yang lebih luas,” pungkas Amran.

    Penerapan B50

    Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan penelaahan mendalam mengenai penerapan biodiesel B50, yang merupakan campuran solar dengan bahan bakar nabati (BBN). Kajian ini bertujuan untuk memastikan komposisi B50 yang sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan, dengan target penyelesaian pada Oktober 2024.

    Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa kajian tersebut mencakup berbagai opsi komposisi, termasuk kemungkinan penambahan hydrotreated vegetable oil (HVO). Biodiesel yang saat ini digunakan di Indonesia adalah campuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dan solar.

    “Apakah B40 ditambah 10 persen biohidrokarbon atau HVO, atau komposisinya 35 persen ditambah 15 persen, ataukah sepenuhnya CPO 50 persen,” ujar Eniya saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis 8 Agustus 2024.

    Kajian ini juga didorong oleh kekurangan bahan baku yang mencapai 4,2 juta kiloliter.

    Sebagai informasi tambahan, HVO adalah bahan bakar nabati yang diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses hidrogenasi, dan bahan bakunya berasal dari sawit. Program B40 sendiri direncanakan akan diimplementasikan pada 1 Januari 2024.

    Biodiesel B50, yang diusulkan oleh calon presiden terpilih Prabowo Subianto, diprediksi akan berdampak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya mandatori dari B30 ke B35, ekspor CPO semakin tertekan karena permintaan biodiesel menggeser konsumsi untuk pangan dan pasar ekspor.

    Calon presiden terpilih itu mengusulkan penerapan biodiesel B50 sebagai langkah strategis untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati di Indonesia. Usulan ini bertujuan untuk menggabungkan 50 persen biodiesel dengan solar dalam bauran bahan bakar, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

    Dengan mengintegrasikan 50 persen biodiesel dalam bauran bahan bakar, Prabowo berharap dapat menurunkan emisi karbon dioksida secara signifikan, mendukung komitmen Indonesia terhadap pengurangan gas rumah kaca dan perubahan iklim.

    Usulan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh sumber energi terbarukan seperti biodiesel, terutama yang berbasis minyak kelapa sawit.

    Dengan memanfaatkan sumber energi domestik, B50 diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar.

    Usulan ini juga mendukung industri kelapa sawit, yang merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Peningkatan permintaan biodiesel dapat memberikan manfaat ekonomi langsung bagi petani dan pelaku industri. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi