KABARBURSA.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI mengajak semua pihak untuk meningkatkan riset di bidang agroindustri guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
Pada tahun 2023, sektor pertanian menyumbang 12,53 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 29,8 persen tenaga kerja pada Februari 2024. Ini menunjukkan sektor ini sebagai pilar utama ekonomi nasional sekaligus penyedia lapangan kerja terbesar, kata Delima Hasri Azahari, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan BRIN, dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu 31 Juli 2024.
Delima menegaskan bahwa agroindustri memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB dan tenaga kerja. Ketahanan pangan juga berperan penting dalam menjaga stabilitas inflasi, tambahnya.
Komoditas pertanian seperti beras, cabai merah, dan bawang merah, memiliki peran krusial dalam stabilitas inflasi. Sektor ini juga vital bagi keamanan pangan, menyediakan sumber pangan, pakan, serat, dan bahan bakar alternatif, ujarnya.
Pada tahun 2023, nilai ekspor pertanian mencapai 52,9 miliar dolar AS, sementara impornya 30,3 miliar dolar AS, ungkap Delima.
Meskipun kontribusinya besar, sektor pertanian Indonesia masih menghadapi tantangan, seperti tingkat kemiskinan di pedesaan yang mencapai 11,8 persen pada Maret 2024, dengan 62 persen petani merupakan petani kecil. Sektor ini juga menyumbang 13 persen emisi Gas Rumah Kaca (GRK), lanjutnya.
Delima menekankan bahwa partisipasi Indonesia dalam Global Value Chain (GVC) adalah 12,9 persen untuk forward participation dan 10,1 persen untuk backward participation, yang menunjukkan pentingnya sektor agroindustri dalam perdagangan global dan potensi besar untuk pertumbuhan lebih lanjut.
Oleh karena itu, Delima menegaskan pentingnya riset dan inovasi di bidang agroindustri sebagai kunci pembangunan ekonomi Indonesia.
Manfaat agroindustri, jelasnya, meliputi penambahan nilai, inovasi teknologi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok rentan.
Inovasi dan teknologi dalam agroindustri dapat meningkatkan produktivitas dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Selain itu, industri ini dapat menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan bagi kelompok rentan, tegasnya.
Pengembangan agroindustri menghasilkan aktivitas ekonomi yang signifikan, serta memungkinkan negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas produksi dan manufaktur industri, lanjutnya.
Teknologi dan inovasi baru memegang peran penting dalam peningkatan produktivitas dan pengelolaan limbah.
Pengembangan agroindustri adalah langkah strategis untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkannya, pungkas Delima Hasri Azahari.
Varietas Baru Beras
Untuk menjaga stabilitas pangan nasional, khususnya stok beras, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan varietas padi biosalin. Varietas anyar ini diakui memiliki ketahanan terhadap rob atau limpasan air laut juga memiliki waktu panen yang pendek.
Pemerintah Kota Semarang, bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melakukan uji coba penanaman padi varietas Biosalin yang tahan terhadap rob atau limpasan air laut. Uji coba ini dilakukan di lahan tidur yang terimbas rob di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, dengan kolaborasi Kelompok Tani Sumber Rejeki.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengungkapkan bahwa padi Biosalin merupakan hasil riset BRIN yang dirancang untuk ditanam di tanah salin—tanah dengan kandungan natrium kadar garam larut dalam air di atas ambang batas toleransi tanaman. Benih padi ini ditanam menggunakan pupuk khusus untuk lahan salin, sehingga memiliki beberapa keunggulan.
Beberapa keunggulan padi Biosalin antara lain kemampuannya untuk bertahan terhadap genangan air rob, usia panen yang pendek, serta ketahanan terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti gulma, hama, dan virus. Selain itu, padi Biosalin memiliki potensi produksi yang tinggi, menjadikannya solusi potensial untuk lahan tidur di daerah pesisir.
Hevearita, yang akrab disapa Ita, menuturkan bahwa penanaman padi Biosalin ini dilakukan bersama Kementerian Pertanian, BRIN, BRIDA, dinas pertanian, organisasi perangkat daerah, serta kelompok petani remaja cilik. Uji coba ini mencakup 50 ribu meter persegi lahan tidur, dan masyarakat di daerah tersebut telah diberi sosialisasi mengenai potensi varietas padi ini.
Lebih lanjut, Fadjry menjelaskan bahwa untuk Program Optimalisasi Lahan Rawa, Kementan menargetkan 400.000 hektar lahan di 11 provinsi yang lahan rawanya dapat dioptimalkan untuk penanaman padi.
Pengoptimalan lahan ini dilakukan dengan memfokuskan pada perbaikan irigasi yang ada. “Sebelas provinsi yang menjadi fokus kami di antaranya adalah Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Selatan,” ujarnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.