KABARBURSA.COM - PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA) atau terus berkontribusi dalam mendukung pemerintah Indonesia mengatasi pemanasan global dengan menerapkan panel surya skala industri.
Head of Procurement MSJA Group, Chandra Yuwono, menjelaskan pabrik yang memproduksi bahan nonwoven ini telah memulai pemasangan panel surya berkapasitas 1890 Kwp sejak pertengahan 2022, dan mulai beroperasi pada April 2023. Rencananya, kapasitas ini akan ditingkatkan di masa mendatang.
"Tahun ini, kami berencana menambah kapasitas sekitar 2150 Kwp, sehingga total kapasitas terpasang nantinya mencapai 4090 Kwp," jelas Chandra dalam keterangan tertulis pada Selasa, 24 September 2024.
Saat ini, panel surya yang sudah terpasang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 7500 Kwh per hari. "Jika dihitung dalam sebulan, total yang bisa kami hasilkan mencapai 225 ribu Kwh," ungkapnya.
Chandra menegaskan tujuan utama dari proyek ini adalah untuk melestarikan lingkungan melalui penggunaan energi terbarukan. "Dengan kata lain, ini adalah bentuk dukungan kami terhadap komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai Nol Emisi Karbon pada 2060 atau lebih cepat," lanjutnya.
Lebih jauh, Chandra mengatakan sejak April 2023 hingga Agustus 2024, MSJA berhasil mengurangi emisi karbon sekitar 2,9 juta ton. Ia juga menambahkan bahwa penggunaan energi ramah lingkungan ini membuat produk-produk MSJA semakin berkelanjutan.
"Yang terpenting, MSJA turut berperan aktif dalam mencegah peningkatan suhu global serta dampak negatifnya terhadap iklim, ekosistem, dan kehidupan manusia," kata Chandra.
ESDM Targetkan 3,3 Juta Panel Surya
Dengan semakin banyak perusahaan seperti PT Multi Spunindo Jaya (MSJA) yang memasang panel surya sebagai bagian dari upaya menekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon, pemerintah Indonesia pun terus mendorong penggunaan energi terbarukan secara luas. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah melalui program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan Indonesia membutuhkan 3,3 juta panel surya dalam program PLTS Atap.
Plt Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Jisman Hutajulu, memperkirakan Program PLTS Atap bisa mendorong produksi modul surya dalam negeri.
Ia menyebut Kementerian ESDM menargetkan 1 gigawatt (GW) PLTS Atap yang terhubung dengan jaringan PLN dan 0,5 GW dari non PLN setiap tahun.
"Dengan asumsi kapasitas 1 modul surya 450 Wp, maka diperlukan produksi sekitar 3,3 juta panel surya, hal ini akan mendorong tumbuhnya industri modul surya di Indonesia,” kata Jisman dalam acara sosialisasi Peraturan Menteri (Permen) tentang PLTS Atap, Selasa 5 Maret 2024 di Jakarta.
Melalui Program PLTS Atap, Jisman mengatakan pemerintah mengajak masyarakat ikut berkontribusi langsung dalam pemanfaatan energi hijau, serta meningkatkan kesadaran dalam melakukan efisiensi energi khususnya di siang hari dengan memaksimalkan energi dari PLTS Atap.
Kendati begitu, dia menyadari bahwa PLTS Atap memiliki sifat intermittent, sehingga pengembangan PLTS Atap harus dihitung secara cermat.
“Dengan memperhatikan keandalan sistem, sehingga perlu ditetapkan kuota PLTS setiap tahunnya yang masuk ke suatu sistem,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggelar sosialisasi Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor 2 tahun 2024 tentang PLTS Atap yang terhubung pada jaringan tenaga listrik pemegang IUPTLU pada Selasa, 5 Maret 2024 di Jakarta.
Jisman menyampaikan Permen ini mengatur instalasi PLTS Atap baik untuk PLN, maupun Wilus non-PLN.
Dia melanjutkan Kementerian ESDM akan melakukan pembinaan agar Permen ESDM No.2 Tahun 2024 itu agar berjalan efektif.
“Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE dan Ditjen Ketenagalistrikan akan melakukan pembinaan dan pengawasan, agar implementasi Permen PLTS Atap dapat berjalan sesuai aturan, efektif, dan transparan,” kata dia.
PLTS Jadi Andalan
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Lana Saria mengungkapkan pentingnya memberikan sosialisasi terkait regulasi dan capaian pemerintah merealisasikan net zero emission (NZE) tahun 2060 kepada masyarakat.
Karena, menurut dia, pemerintah sedang fokus dengan kebijakan transisi energi di mana prosesnya butuh dukungan semua pihak, termasuk masyarakat. Karena, menurutnya, masyarakat harus menjadi salah satu pendukung kebijakan pemerintah dalam hal transisi energi.
Lana mengungkapkan, output utama dari kebijakan transisi energi adalah mengurangi ketergantungan kepada energi fosil dan beralih memanfaatkan media air sebagai salah satu energi terbarukan. Seperti dikutip, 13 September 2024.
Total potensi air di Indonesia mencapai 89,37 GW dan tersebar di 293 lokasi. Sementara untuk potensi bendungan bisa mencapai 14.701,71 MW dan tersebar di 257 lokasi.
Sementara untuk potensi air di danau seluruh Indonesia juga punya cadangan energi sebesar 74.665,25 MW di 36 lokasi. Berbekal potensi tersebut Indonesia memiliki peluang dalam meningkatkan pemanfaatan sumber daya air.
Oleh karena itu, PLTS menjadi proyek percontohan energi terbarukan di Indonesia. PLTS dianggap potensi energi yang paling mencerminkan pergeseran menuju sumber energi bersih berkelanjutan. Keberadaan PLTS juga disebut dapat menjadi solusi perubahan iklim.
“Salah satu contoh nyatanya adalah Pembangunan PLTS Terapung Cirata sebagai PLTS terbesar se-Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia,” kata Lana di forum Bakohumas Kementerian ESDM bertajuk Cirata Mendunia: Membangun Reputasi Global Kejar Target Net Zero Emission pada Kamis, 12 September 2024.
PLTS berkapasitas 145 MW Ac atau setara 192 MWp ini dibangun di Waduk Cirata yang luasnya mencapai 200 hektare. Area waduk ini ada di tiga kabupaten, yakni Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat. Waduk ini berada di 13 pulau dengan luasan panel suryanya mencapai 130 hektare.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.