Logo
>

HGII Buka Peluang Dividen, Ekspansi Bareng Raksasa Jepang

HGII akan membahas wacana dividen dalam RUPS tahunan pada Juni 2025. Di saat bersamaan, perusahaan juga menggandeng Shikoku Electric Power dari Jepang untuk proyek EBT.

Ditulis oleh Dian Finka
HGII Buka Peluang Dividen, Ekspansi Bareng Raksasa Jepang
HGII akan membahas wacana dividen dalam RUPS tahunan pada Juni 2025. Di saat bersamaan, perusahaan juga menggandeng Shikoku Electric Power dari Jepang untuk proyek EBT. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – PT Hero Global Investment Tbk (HGII) memberi sinyal kuat soal pembagian dividen tahun buku 2024. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS tahunan yang digelar 11 Juni 2025 mendatang, emiten pembangkit listrik ini akan memutuskan realisasi komitmen IPO, yakni membagikan hingga 30 persen laba bersih sebagai dividen.

Tak hanya menjanjikan dividen, HGII juga mengumumkan langkah ekspansi strategis lewat kemitraan dengan raksasa listrik Jepang, Shikoku Electric Power (Yonden)—yang akan membawa transfer teknologi dan efisiensi pengelolaan proyek energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Kombinasi ini menempatkan HGII dalam radar investor yang mengincar pertumbuhan jangka panjang berbasis energi hijau.

“Terkait dividen tentunya akan dibahas di RUPS. Namun kami dari direksi akan selalu berupaya menjaga keseimbangan antara memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dan memastikan keberlanjutan pengembangan usaha HGI,” ujar Direktur Utama PT Hero Global Investment Tbk, Robin Sunyoto, dalam diskusi Emiten Chat bertajuk HGII: Expansion Towards The Future, More Renewables to Come? yang disiarkan Channel YouTube Kiwoom Sekuritas, Kamis, 15 Mei 2025.

Meski belum final, sinyal positif dari manajemen memberi harapan bagi para investor yang sudah mengoleksi saham HGII sejak IPO.

Robin menegaskan komitmen perseroan tidak hanya berhenti di pembagian dividen. Strategi pertumbuhan dan ekspansi di sektor EBT tetap menjadi prioritas. Menurutnya, keberlanjutan dan daya saing perusahaan juga harus dipertahankan secara jangka panjang. “Kami pastikan dua hal berjalan beriringan reward kepada investor dan kesinambungan bisnis,” kata Robin.


Tak Ada Kompetitor Jadi Alasan HGII Tenang di Pasar IPP

Robin menanggapi soal posisi kompetitif HGII di sektor pembangkit listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP), khususnya di sektor EBT. Menurutnya, persaingan di sektor ini lebih bersifat pre-kontrak dibanding post-kontrak. Artinya, persaingan terjadi saat mencari dan mengamankan lokasi proyek potensial sebelum meneken kontrak jual-beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PLN.

“Kalau kami di sektor EBT, terutama IPP, tidak secara langsung berkompetisi. Kita bersaing untuk mendapatkan lokasi potensial. Siapa cepat dia dapat,” kata Robin.

Namun, setelah kontrak diperoleh, kompetisi di antara IPP tidak lagi terjadi karena masing-masing proyek berjalan sesuai PPA yang telah disepakati bersama PLN. Sebagai contoh, Robin menyebut dua proyek HGII yang beroperasi di Sungai Sibundong, yakni PLTM Parmonangan 1 dan Parmonangan 2. Sungai yang sama saat ini menjadi rumah bagi lima PLTM yang berbeda, namun masing-masing berjalan secara independen tanpa saling mempengaruhi.

“Walaupun kami dan IPP lain berada di satu sungai yang sama, kita tidak saling berkompetisi. Saya jual listrik saya, IPP lain juga jual listrik mereka ke PLN,” paparnya.

Dengan skema pasar seperti itu, HGII merasa punya ruang cukup luas untuk fokus pada efisiensi operasional dan penguatan portofolio proyek. Terlebih, keberhasilan mengamankan PPA sejak awal menjadi modal penting untuk menjalin kerja sama strategis dengan mitra luar negeri yang mencari kepastian proyek dan keberlanjutan pasar.


Gandeng Shikoku Electric Power

Menariknya, HGII juga baru saja menjalin kemitraan strategis dengan Shikoku Electric Power Company atau Yonden dari Jepang. Perusahaan utilitas asal Negeri Sakura ini menjadi mitra baru HGII sejak akhir Januari lalu.

“Yonden ini adalah salah satu dari 10 perusahaan listrik regional di Jepang. Mereka melayani wilayah Shikoku dan sudah memiliki lebih dari 5000 MW kapasitas pembangkit, termasuk PLTU, tenaga nuklir, dan pembangkit tenaga air lebih dari 1000 MW,” ungkap Robin.

Menurut Robin, kehadiran Yonden akan membawa transfer pengetahuan yang sangat penting bagi HGII. Mulai dari pengelolaan proyek EBT, peningkatan efisiensi pembangkit, hingga optimalisasi investasi energi hijau di Indonesia. “Dengan Yonden, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana menemukan potensi yang bagus dan mengoperasikan pembangkit dengan lebih efisien. Ini partner yang sangat ideal untuk mengembangkan proyek-proyek EBT di Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, dengan dukungan penuh dari pemerintah melalui target net zero emission pada 2060, potensi EBT nasional yang belum tergarap, arah kebijakan RUPTL yang progresif, serta kehadiran mitra strategis seperti Yonden, Robin yakin masa depan HGII sangat cerah.

“Pemerintah punya target net zero, potensi EBT luar biasa, utilisasinya masih rendah, RUPTL sangat mendukung, dan kami punya partner kuat dari Jepang. Jadi saya rasa akan sangat menarik melihat bagaimana HGII bisa tumbuh dan berkembang dalam ekosistem transisi energi ke depan,” katanya.


Kinerja Keuangan HGII

HGII mencatat kinerja positif pada kuartal pertama 2025. Perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp6,88 miliar. Hal ini menandai awal yang solid pasca pencatatan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada Januari lalu. Kinerja keuangan HGII turut ditopang lonjakan aset yang meningkat dari Rp715,8 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp963,3 miliar per Maret 2025. Kenaikan ini sebagian besar berasal dari pos kas dan setara kas yang melonjak menjadi Rp274,2 miliar, dari hanya Rp17,7 miliar di periode sebelumnya.

Lonjakan kas tersebut merupakan hasil dari perolehan dana penawaran umum perdana (IPO) sebesar Rp260 miliar. Dana ini kemudian dialokasikan untuk mendukung dua proyek prioritas perusahaan, yakni pengembangan PLTA berkapasitas 25 megawatt (MW) yang ditargetkan beroperasi dalam dua tahun ke depan.

Kinerja positif itu sekaligus memperkuat posisi HGII sebagai pemain baru yang siap berkontribusi nyata dalam ekosistem energi bersih nasional. Dana hasil IPO yang digelontorkan ke proyek PLTA berkapasitas 25 megawatt menjadi bukti awal bahwa HGII tak sekadar menjanjikan laba, tapi juga bersiap masuk ke arena transisi energi yang kini jadi agenda bersama negara.

Sejalan dengan target pemerintah mendorong bauran energi terbarukan mencapai 23 persen pada 2025 dan 70 persen pada 2060, kehadiran perusahaan seperti HGII menjadi elemen penting dalam mengisi ruang pertumbuhan yang belum tergarap. Kolaborasi yang kian erat antara sektor swasta, PLN, dan pemerintah, membuka peluang baru bagi perusahaan pembangkit listrik swasta seperti HGII untuk berperan lebih besar dalam mewujudkan swasembada energi dan netralitas karbon di masa depan.

Profil Shikoku Electric Power 

Kantor Shikoku Electric Power. Foto:

Shikoku Electric Power Co., Inc. atau lebih dikenal dengan Yonden, berdiri pada 1 Mei 1951 sebagai perusahaan utilitas regional untuk wilayah Pulau Shikoku, Jepang. Saat ini, Yonden berstatus perusahaan publik dan tercatat di Bursa Efek Tokyo dengan kode saham 9507. Berdasarkan laman resminya yonden.co.jp, modal disetor perusahaan mencapai ¥144,5 miliar, tanpa adanya pemegang pengendali tunggal. Mayoritas sahamnya dikuasai oleh institusi kustodian seperti Japan Master Trust Bank yang mewakili portofolio dana pensiun dan institusi keuangan lainnya.

Operasi bisnis Yonden tersebar di berbagai lini pembangkitan, mulai dari nuklir, hidro, hingga termal:

  • Tenaga Nuklir: Yonden mengoperasikan satu kompleks pembangkit nuklir di Ikata, Semenanjung Sadamisaki, dengan kapasitas total mencapai kurang lebih 890 MW. Fasilitas ini menjadi tulang punggung pasokan listrik di Shikoku.
  • Pembangkit Hidro: Terdapat 57 pembangkit tenaga air, termasuk yang bersumber dari aliran sungai dan bendungan dengan kapasitas gabungan sekitar 1.155 MW. Salah satu proyek andalannya adalah Pembangkit Okawa—pembangkit tenaga air pompa balik dengan daya 300 MW.
  • Pembangkit Termal: Yonden juga mengelola 4 pembangkit termal berbahan bakar LNG, minyak berat, dan gas, dengan total kapasitas sekitar 3.285 MW. Dua di antaranya yang cukup besar adalah Pembangkit Anan dan Pembangkit Sakai.
  • Pembangkit Surya dan Angin: Di sektor EBT, Yonden saat ini mengoperasikan satu pembangkit surya kecil di Matsuyama (sekitar 2 MW). Namun secara strategis, perusahaan ini tengah memperluas jejaknya ke proyek tenaga angin melalui afiliasi seperti Misaki Wind Power. Target jangka panjangnya adalah membangun 500 MW energi hijau pada 2030 dan naik drastis menjadi 2.000 MW pada 2050.

Sejak April 2020, bisnis transmisi dan distribusi Yonden dialihkan ke anak perusahaan khusus, Shikoku Electric Power Transmission & Distribution Co.. Dengan langkah ini, Yonden kini lebih terfokus pada bisnis pembangkitan dan penjualan listrik ke pelanggan ritel dan grosir di wilayah Shikoku.

Shikoku Electric Power melayani seluruh wilayah Pulau Shikoku, mencakup empat prefektur: Kagawa, Ehime, Tokushima, dan Kochi. Dengan jaringan transmisi dan distribusi yang mencakup pelosok pulau, Yonden menjadi tulang punggung sistem kelistrikan bagi lebih dari 4 juta pelanggan di kawasan tersebut.

Permintaan listrik di wilayah operasionalnya terus menunjukkan tren stabil, dengan beban puncak yang tercatat mencapai puluhan ribu megawatt setiap tahun—cerminan dari dominasi Yonden di pasar domestik Shikoku.


Kinerja Keuangan Terkini Yonden

Laporan keuangan Yonden untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2024 menunjukkan pemulihan signifikan.

  • Pendapatan operasional tercatat sebesar ¥787,4 miliar.
  • Laba bersih mencapai ¥60,5 miliar, melonjak dari kerugian tahun sebelumnya sebesar ¥22,9 miliar.
  • Total aset perusahaan tumbuh menjadi ¥1.629 triliun dengan liabilitas sekitar ¥1.266 triliun, yang sebagian besar berasal dari obligasi dan pinjaman bank.
  • Rasio utang berbunga terhadap ekuitas perusahaan berada di level moderat, yakni sekitar 2,5 kali, menandakan struktur permodalan yang masih terjaga.

Lonjakan laba bersih dan kenaikan aset terutama didorong oleh efisiensi operasional serta penguatan pasar ritel dan grosir di wilayahnya.

Tak hanya berfokus di Jepang, Yonden juga agresif membangun jaringan global di sektor energi hijau. Pada Januari 2025, perusahaan ini resmi masuk ke pasar Indonesia dengan mengakuisisi 25 persen saham PT Hero Global Indoenergy (HGII) melalui anak usaha internasionalnya, SEP International Netherlands B.V.. Struktur kepemilikan HGII kini terbagi menjadi 55 persen oleh pendiri lokal, 25 persen oleh Yonden, dan 20 persen oleh publik.

Kerja sama ini bukan sekadar investasi pasif. Yonden menargetkan pengembangan proyek-proyek EBT HGII hingga kapasitas 100 MW pada 2031 dengan fokus pada pembangkit kecil-mikro berbasis air dan energi baru lainnya.

Di luar Indonesia, Yonden juga telah menancapkan kaki di berbagai proyek energi lintas negara, antara lain Oman, Qatar, Chile, Amerika Serikat, UEA, Arab Saudi, Myanmar, hingga Vietnam. Arah ini menunjukkan transformasi Yonden menjadi pemain regional yang menggabungkan teknologi Jepang dengan peluang pertumbuhan pasar berkembang.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.