Logo
>

IEA: Energi Terbarukan akan Capai Separuh Kebutuhan Listrik Dunia pada 2030

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
IEA: Energi Terbarukan akan Capai Separuh Kebutuhan Listrik Dunia pada 2030

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Energi Internasional (IEA) baru saja meningkatkan prediksinya perihal penggunaan energi terbarukan global hingga dua pertiga dalam laporan terbaru yang dirilis awal pekan ini.

    Deputi Editor dan Kebijakan di Carbon Brief, Simon Evans, mengatakan pada Januari 2024, IEA memproyeksikan kapasitas energi terbarukan, yang sebagian besar berasal dari tenaga angin dan surya, akan mencapai 3.200 gigawatt (GW) dalam periode 2024 hingga 2028.

    “Namun, dalam laporan terbaru Renewables 2024, prediksi tersebut meningkat signifikan menjadi 3.700 GW dalam periode yang sama, dan diperkirakan akan mencapai 5.500 GW pada 2030,” kata Evans, seperti dikutip The Energy Mix, Jumat, 11 Oktober 2024.

    Hal ini, kata Evans, IEA yang berbasis di Paris kini memperkirakan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebanyak dua pertiga lebih banyak dibandingkan dua tahun lalu. Secara total, peningkatan ini berarti kapasitas energi terbarukan global akan naik 2,7 kali lipat hingga 2030.

    Pertumbuhan tersebut diprediksi akan melampaui target pemerintah di berbagai negara hingga 25 persen. Ini berkat kebijakan mendukung pada sekitar 140 negara dan kondisi ekonomi yang menguntungkan. Meski begitu, kapasitas tersebut masih kurang untuk mencapai target KTT Iklim COP28, yang menginginkan total kapasitas energi terbarukan dunia mencapai 11.000 GW pada 2030.

    Namun, target tersebut dinilai masih sepenuhnya mungkin dicapai jika pemerintah-pemerintah di seluruh negara membuat rencana yang berani dalam komitmen formal mereka sesuai Perjanjian Paris yang akan diumumkan tahun depan. Selain itu, target akan mungkin dicapai jika negara-negara maju bekerja sama untuk menurunkan biaya pembiayaan di wilayah berkembang seperti Afrika dan Asia Tenggara, di mana pertumbuhan energi terbarukan masih tertahan.

    “Kapasitas energi terbarukan dunia diperkirakan akan melonjak sepanjang sisa dekade ini,” tulis IEA dalam laporannya.

    Secara global, peningkatan kapasitas ini akan menyamai gabungan kapasitas listrik China, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat.

    “Energi terbarukan bergerak lebih cepat dibanding target yang ditetapkan oleh pemerintah nasional. Ini tidak hanya didorong oleh upaya untuk menurunkan emisi atau meningkatkan keamanan energi-energi terbarukan kini menjadi opsi termurah untuk menambah pembangkit listrik baru di hampir semua negara di dunia,” kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.

    Pada 2030, kata Birol, energi terbarukan diperkirakan akan memenuhi separuh kebutuhan listrik dunia.

    China Pimpin Pertumbuhan

    China diproyeksikan mendominasi pertumbuhan energi terbarukan. Negara tirai bambu itu diperkirakan menyumbang 60 persen dari total ekspansi kapasitas global. "China diperkirakan akan memasang setiap megawatt kedua dari seluruh kapasitas energi terbarukan di dunia pada 2030," tulis IEA.

    Ini berarti China melampaui target 1.200 GW untuk tenaga surya dan angin enam tahun lebih awal.

    Secara global, tenaga surya akan menjadi pemimpin dan menyumbang 80 persen dari pertumbuhan energi terbarukan hingga 2030. “Adopsi tenaga surya meningkat berkat penurunan biaya, waktu perizinan yang lebih singkat, dan penerimaan sosial yang luas,” tulis IEA.

    IEA juga memprediksi pertumbuhan aplikasi distribusi energi di sektor rumah tangga dan komersial, seiring semakin banyaknya rumah tangga dan perusahaan yang mencari cara untuk menurunkan tagihan listrik mereka.

    Pemain Utama: AS, Uni Eropa, India

    Di Amerika Serikat, pertumbuhan energi terbarukan akan terus berlanjut. Ini karena didorong oleh keringanan pajak dari kebijakan Inflation Reduction Act yang dikeluarkan oleh pemerintahan Biden-Harris. Sementara itu, di Uni Eropa, ekspansi akan didorong oleh lelang kompetitif dan kesepakatan pembelian listrik oleh perusahaan.

    Target Eropa untuk mencapai 600 GW tenaga surya pada 2030 dipandang masih dalam jangkauan, “Namub lebih banyak upaya dibutuhkan untuk sektor angin,” tulis IEA.

    Di seluruh dunia, pertumbuhan tenaga angin diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara sekarang dan 2030 dibandingkan periode 2017-2023.

    India pun disebut akan menjadi pasar energi terbarukan dengan pertumbuhan tercepat di antara negara-negara besar. Pesatnya pertumbuhan pasar energi terbarukan di negara ini karena ekspansi lelang yang cepat, skema dukungan baru untuk tenaga surya atap, serta indikator keuangan yang lebih kuat bagi perusahaan utilitas.

    Sementara itu, energi terbarukan lainnya, yakni tenaga air diperkirakan akan tetap stabil. Sedangkan bioenergi, panas bumi, tenaga surya terkonsentrasi, dan energi laut diprediksi menurun karena kurangnya dukungan kebijakan.

    “Hidrogen masih dianggap sebagai penggerak yang kecil hingga 2030, dengan hanya menambah 43 GW kapasitas baru—kurang dari 1 persen total ekspansi energi terbarukan global—karena kurangnya permintaan,” kata IEA.

    Tantangan Kapasitas

    IEA mendesak semua negara untuk mengumumkan rencana yang lebih ambisius dalam Kontribusi Nasional yang Ditetapkan (NDC) mereka berikutnya di bawah Perjanjian Paris 2015, karena hanya 14 negara yang memiliki target kapasitas energi terbarukan yang eksplisit sebelum COP28.

    Upaya juga harus difokuskan pada hambatan yang dihadapi proyek energi terbarukan, seperti lamanya waktu perizinan, waktu tunggu untuk sambungan jaringan, dan tingginya biaya pembiayaan, terutama di pasar negara berkembang.

    Setidaknya, dalam catatan IEA, tahun ini sebesar 1.650 GW kapasitas energi terbarukan berada di tahap pengembangan lanjutan dan menunggu sambungan jaringan. Angka ini lebih besar 150 GW dari tahun lalu.

    “Antrean untuk integrasi penyimpanan energi juga signifikan seiring meningkatnya penggunaan energi,” tulis IEA.

    Pengurangan curtailment atau pemotongan kapasitas adalah kekhawatiran lain, karena kapasitas energi terbarukan bertemu dengan jaringan yang belum siap. “Di Chile, Irlandia, dan Inggris, pemotongan kapasitas angin dan surya baru-baru ini mencapai 5 hingga 15 persen,” tulis IEA.

    “Meskipun investasi dalam penyimpanan baterai terus meningkat, tindakan fleksibilitas lebih lanjut, termasuk penyimpanan jangka panjang dan respons permintaan berskala besar, akan diperlukan,” imbuhnya.

    Lembaga ini juga menyarankan kriteria selain harga ketika memberikan kapasitas energi terbarukan. Strategi baru ini bertujuan untuk menghindari kebijakan perdagangan langsung, dengan hampir 60 persen kapasitas yang diberikan dalam lelang di seluruh dunia kini memasukkan kriteria non-harga, seperti keberlanjutan dan keamanan rantai pasokan. Meskipun ini bisa menyebabkan kenaikan harga jangka pendek, langkah ini dapat mengoptimalkan sistem dan mendukung tujuan sosial-ekonomi domestik.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).