KABARBURSA.COM - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemasok rempah dunia, yang tidak hanya memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.
Pada tahun 2023, Indonesia telah berhasil mengekspor sekitar 157 ribu ton rempah dengan nilai mencapai 613 juta dolar AS. Angka ini mencerminkan besarnya potensi ekonomi dari sektor rempah, ujar Wapres dalam sambutannya saat menghadiri pembukaan Gemar Rempah Nusantara 2024 di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, Wapres menekankan bahwa peningkatan produktivitas dan ekspor rempah menjadi salah satu prioritas utama pemerintah.
"Seluruh pemangku kepentingan rempah saat ini terus berupaya untuk memajukan industri rempah nasional," tutur Wapres.
Lebih lanjut, Wapres menambahkan bahwa dukungan pemerintah juga difokuskan pada peningkatan kualitas rempah, inovasi praktik bertani, pengembangan sumber daya manusia (SDM), hingga diplomasi terkait regulasi pasar global.
Berbagai upaya ini diharapkan dapat mendorong pengembangan industri rempah, khususnya produksi dan ekspor, sehingga pada akhirnya berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani rempah, ujarnya.
Dalam sambutannya, Wapres juga menyampaikan bahwa rempah selain bermanfaat sebagai bahan masakan, kecantikan, hingga kesehatan, juga memiliki nilai historis dalam penjelajahan dan pembukaan jalur perdagangan internasional melalui wilayah kepulauan Nusantara.
Pada masa lampau, kekayaan rempah Nusantara menjadikan Indonesia sebagai tujuan perdagangan dunia. Kini, rempah juga bisa menjadi daya tarik pariwisata.
"Inilah tujuan Gerakan Gemar Rempah Nusantara yang diresmikan hari ini, yaitu membangkitkan kejayaan masa lalu melalui revitalisasi jalur rempah. Ini akan membuat rempah tidak hanya sebagai produk unggulan tetapi juga sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia," jelas Wapres.
Laskar Rempah Muhibah Budaya Jalur Rempah
Laskar Rempah Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 telah menyelesaikan serangkaian kegiatan mereka di Sabang, Aceh, dan melanjutkan perjalanan maritim mereka ke Malaka, Malaysia.
KRI Dewaruci, kapal yang ditumpangi oleh Laskar Rempah, mengalami prosesi pelepasan yang dihadiri langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang Reza Fahlevi, dan Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Aris Darmansyah, di Dermaga CT1 BPKS, Sabang, pada Rabu, 26 Juni 2024, sore.
Laskar Rempah Batch II MBJR 2024, yang dikenal dengan nama Kelompok Kayu Manis, memulai pelayaran mereka dari Dumai, Riau, pada Rabu, 19 Juni 2024.
Pada Minggu, 23 Juni 2024, Laskar Rempah aktif di Sabang dengan berbagai kegiatan, antara lain mempelajari kuliner tradisional Aceh yang kaya rempah seperti Kuah Beulangong dan mengunjungi Gunung Berapi Jaboi. Kuah Beulangong merupakan hidangan tradisional yang mencerminkan kehidupan komunal masyarakat Aceh Besar dan telah dijaga turun temurun sejak zaman Kesultanan Aceh.
Gunung Berapi Jaboi, menurut catatan sejarah, merupakan salah satu sumber belerang untuk pembuatan mesiu pada masa Kesultanan Aceh di era persaingan perdagangan rempah di Selat Malaka.
Pada Senin, 24 Juni, Laskar Rempah melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh, yang dahulu dikenal sebagai Kutaraja. Di sana, mereka mengunjungi Taman Sari Gunongan atau Taman Ghairah, yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri Putroe Phang agar tidak kesepian saat Sultan sedang menjalankan tugasnya.
Laskar Rempah juga mengunjungi Benteng Anoi Itam dan Benteng Mateo Cot Bau, peninggalan dari masa penjajahan Jepang di Sabang, serta menilik Tugu Nol Kilometer pada Selasa, 25 Juni.
Perjalanan mereka tidak hanya menjadi sebuah misi budaya untuk memperkuat hubungan antarbangsa melalui jalur rempah, tetapi juga menjadi upaya untuk menjelajahi dan memahami warisan budaya dan sejarah yang kaya di setiap destinasi yang mereka singgahi.
Gairah Ekonomi Rempah
Di tengah gejolak ekonomi global yang terus berubah, sektor rempah-rempah terus menunjukkan gairah yang menggembirakan sebagai salah satu komoditas yang potensial dan berharga. Berbagai negara yang menjadi penghasil utama rempah-rempah seperti Indonesia, India, Brasil, dan beberapa negara di Afrika, semakin fokus untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dari hasil bumi ini.
Permintaan akan rempah-rempah terus meningkat di pasar global, didorong oleh dua faktor utama yaitu pertumbuhan konsumsi masyarakat dan kebutuhan industri makanan dan farmasi. Rempah-rempah tidak hanya digunakan sebagai bahan dasar dalam kuliner, tetapi juga memiliki aplikasi luas dalam industri farmasi untuk sifat-sifatnya yang obat-obatan. Hal ini mengakibatkan permintaan yang stabil dan meningkat dari berbagai pasar internasional.
Sebagai salah satu produsen utama rempah-rempah dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengendalikan pasar global. Negara ini dikenal sebagai penghasil rempah-rempah kunci seperti lada, cengkeh, kayu manis, dan vanili, yang diperlukan dalam jumlah besar oleh industri makanan, farmasi, dan kosmetik di seluruh dunia. Langkah-langkah strategis pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produksi, kualitas, dan ekspor rempah-rempah telah mendukung pertumbuhan sektor ini secara signifikan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.