KABARBURSA.COM - Envmission, startup teknologi hijau (green-tech) berbasis di Indonesia, resmi meluncurkan EnvmissionSuite, sebuah platform teknologi yang dirancang untuk mengatasi permasalahan limbah makanan (food waste) yang kian menjadi perhatian nasional. Peluncuran ini menandai komitmen perusahaan untuk menghadirkan solusi berbasis data dan berorientasi pada keberlanjutan.
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat limbah makanan terbesar di dunia, mencapai 23-48 juta ton per tahun. Selain berdampak negatif pada ketahanan pangan, limbah ini menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca (GRK) yang memperburuk perubahan iklim global.
Chief Product Officer Envmission, Muhamad Rangga Bermana, menjelaskan bahwa EnvmissionSuite tidak hanya menargetkan pengurangan limbah makanan, tetapi juga mendukung transisi menuju ekonomi sirkular.
“Kami percaya teknologi dan kolaborasi dapat menciptakan perubahan nyata untuk masa depan yang lebih hijau,” ujarnya dalam acara peluncuran di Senayan, Jakarta, Senin, 9 Desember 2024.
EnvmissionSuite menawarkan layanan komprehensif berbasis teknologi untuk mengelola limbah secara efisien dan berkelanjutan. Platform ini memadukan teknologi data dan pendekatan perilaku, memungkinkan perusahaan, institusi, dan masyarakat mengoptimalkan pengelolaan limbah mereka.
Saat ini, EnvmissionSuite telah beroperasi di lima wilayah, termasuk Bogor dan kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), dengan kapasitas pengolahan limbah hingga dua ton per minggu. Layanan ini tersedia untuk segmen business-to-business (B2B) dengan proses pendaftaran yang sederhana melalui tautan yang disediakan setelah menghubungi Envmission.
EnvmissionSuite dirancang untuk memenuhi kebutuhan keberlanjutan perusahaan dan organisasi. Berikut adalah fitur unggulan yang tersedia:
- EnvMeter
Alat pengelolaan limbah dan perhitungan emisi GRK Scope 3 sesuai standar Greenhouse Gas Protocol, membantu organisasi memahami dan mengelola jejak karbon mereka.
- Ecopilot
Platform untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan proyek keberlanjutan secara akurat dan mudah.
Selain itu, EnvmissionSuite juga mendukung pengembangan proyek karbon sesuai standar internasional, seperti Joint Crediting Mechanism (JCM). Fitur yang akan dikembangkan adalah:
- EnvInsight: Platform analisis risiko iklim dan mitigasi untuk membantu perusahaan mengelola risiko terkait perubahan iklim.
- EnvReport: Alat pelaporan keberlanjutan yang mematuhi standar global seperti IFRS, GRI, dan CDP.
Dengan teknologi inovatifnya, EnvmissionSuite mampu mengubah limbah makanan menjadi sumber daya bernilai tinggi, seperti biofuel, biochar, dan syngas. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah tetapi juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan pencapaian target keberlanjutan nasional.
Kasubdit Ditjen Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Yuli Prasetyo Nugroho, menyambut baik inisiatif ini. Ia menyoroti pentingnya konektivitas digital untuk menghubungkan produsen limbah dengan pihak yang dapat memanfaatkannya, seperti peternak atau produsen energi.
Yuli menyoroti pentingnya kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat sebagai contoh dalam pengelolaan limbah makanan (food waste), termasuk praktik pemanfaatan bahan pangan secara maksimal dan mengambil sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh, ia menyebut masyarakat di Kampung Adat Cireundeu, Jawa Barat, yang menggunakan singkong sebagai bahan pangan utama sekaligus memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman tersebut.
"Semua bagian harus dimanfaatkan, tidak boleh ada yang terbuang. Bahkan sisa-sisa singkong diolah menjadi kompos, meskipun prosesnya masih sederhana," kata Yuli.
Ia juga mencontohkan praktik bijak yang diterapkan oleh Suku Dayak Punan Batu di Kalimantan, kelompok masyarakat pemburu dan peramu yang hanya mengambil hasil hutan secukupnya untuk kebutuhan konsumsi, sehingga terhindar dari eksploitasi berlebihan.
"Mereka mengambil hasil hutan sesuai kebutuhan. Jika mengambil terlalu banyak, ada risiko pembusukan. Mereka memahami hal ini dan membagi hasil secara merata di antara kelompok, tanpa pernah menyimpan stok dalam jumlah besar," jelas Yuli.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bappeda DKI Jakarta, Deftrianov, mengapresiasi langkah Envmission. “Kami tertarik berkolaborasi untuk mengintegrasikan solusi teknologi EnvmissionSuite dalam pengelolaan limbah makanan di Jakarta,” ungkapnya. Saat ini, Jakarta menghasilkan 8.000 ton sampah per hari, di mana 40 persen di antaranya adalah limbah makanan.
Menurut data Bappenas (2021), sepanjang 2000-2019, limbah makanan di Indonesia mencapai 23-48 juta ton per tahun, dengan potensi kerugian ekonomi sebesar Rp213 triliun hingga Rp551 triliun, atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, Indonesia mencatat total timbulan sampah mencapai 40,11 juta ton. Dari jumlah tersebut, sampah sisa makanan mendominasi dengan kontribusi sebesar 39,62 persen. Sementara itu, jenis sampah plastik menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 19,15 persen dalam komposisi keseluruhan sampah nasional.
Envmission percaya bahwa inovasi seperti EnvmissionSuite dapat mengubah tantangan limbah makanan menjadi peluang ekonomi sekaligus mendukung upaya keberlanjutan. Dengan teknologi yang terus berkembang, Envmission optimis dapat menjadi mitra strategis dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. (*)