Logo
>

Korupsi Pertamina Guncang Pasar, Apa Dampaknya untuk PGEO?

Kasus jumbo Pertamina bikin pasar modal panas dingin, PGEO ikut terseret dalam sorotan meski tetap punya peluang di pasar energi hijau global.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Korupsi Pertamina Guncang Pasar, Apa Dampaknya untuk PGEO?
Kasus korupsi Pertamina senilai Rp193,7 triliun mengguncang pasar, sorotan investor tertuju ke PGEO, bagaimana risiko governance memengaruhi peluang energi terbarukan? Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM — Kasus dugaan korupsi jumbo di tubuh Pertamina bikin geger publik. Dengan nilai kerugian negara yang ditaksir mencapai Rp193,7 triliun, pemberitaan soal pejabat dan broker yang jadi tersangka mendominasi headline nasional. Namun di balik hiruk-pikuk itu, pelaku pasar mulai bertanya bagaimana dampak kasus ini ke saham-saham energi pelat merah, terutama PGEO alias PT Pertamina Geothermal Energy Tbk yang jadi andalan investor hijau?

Kasus yang sedang diusut Kejaksaan Agung ini bukan perkara kecil. Sembilan tersangka sudah ditetapkan, mencakup pejabat strategis di anak usaha Pertamina seperti Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, hingga VP penting di PT Kilang Pertamina Internasional.

Bagi investor, isu governance atau tata kelola perusahaan bukan sekadar urusan reputasi. Governance yang buruk bisa berarti inefisiensi, kebocoran arus kas, bahkan ancaman terhadap kinerja fundamental. Pertanyaan besar pun muncul, apakah emiten BUMN energi seperti Pertamina masih akan dilirik investor institusi atau justru bakal dijauhi sampai governance-nya diperbaiki?

PGEO jadi sorotan karena statusnya sebagai anak usaha Pertamina yang sudah melantai di bursa. Saat ini, harga sahamnya di Rp915 per lembar, dengan rentang perdagangan tiga bulan terakhir di Rp730–Rp965. Market cap mencapai Rp37,98 triliun, menjadikannya salah satu emiten energi dengan kapitalisasi terbesar. Namun dari sisi laba, performa kuartal I 2025 mencatat Rp513 miliar, turun dibandingkan Rp744 miliar di periode sama tahun sebelumnya.

Dengan kombinasi sentimen negatif dari induk usaha dan kinerja fundamental yang belum sepenuhnya pulih, pasar modal kini bermain hati-hati. Investor retail mungkin masih mengincar potensi rebound teknikal, tapi investor institusi bakal lebih berhitung apakah risiko governance akan berdampak pada arus kas, daya saing, bahkan strategi ekspansi PGEO ke depan?

Analisis Kinerja Saham PGEO


Kalau menengok langsung ke orderbook saham PGEO di pasar, gambaran menarik muncul. Bid-ask terakhir memperlihatkan adanya tekanan jual tipis dengan volume beli yang masih cukup solid tapi cenderung hati-hati. Likuiditas saham ini terjaga lumayan baik, tapi memang posisi relatifnya sedang agak defensif—bukan tipe saham yang jadi pelarian utama saat pasar lagi panas. Artinya, meski harga PGEO saat ini di Rp915 terbilang stabil, ada sinyal bahwa investor sedang menghitung ulang risiko dan peluang, alih-alih langsung menyerbu.

Kalau ditarik mundur ke annual report Pertamina 2023, sebenarnya ada catatan penting soal kontribusi anak usaha. Pertamina secara umum mencatatkan perbaikan efisiensi operasional, diversifikasi bisnis ke energi baru dan terbarukan (termasuk geothermal), dan target ekspansi yang cukup agresif. PGEO sendiri disorot sebagai salah satu ujung tombak transisi energi dengan portofolio kapasitas terpasang yang terus berkembang. Namun, annual report itu dirilis sebelum kasus dugaan korupsi ini mencuat. Jadi, di sinilah letak tantangannya, apa yang awalnya dilihat pasar sebagai kekuatan, sekarang harus ditinjau ulang dengan kacamata governance.

Pertanyaannya, apakah kasus korupsi di Pertamina akan menggerus fundamental PGEO atau lebih sebagai sentimen jangka pendek? Untuk saat ini, dampaknya masih bersifat sentimen. Sebab, secara operasional, PGEO relatif independen dalam mengelola aset geothermal-nya, dan proyek-proyeknya didukung kontrak-kontrak jangka panjang yang relatif kuat. Namun, sentimen itu tidak bisa disepelekan. Kalau investor institusi mulai menarik diri hanya karena isu reputasi, efeknya ke likuiditas saham bisa terasa dalam beberapa minggu ke depan.

Prospek Energi 2025


Melihat ke luar negeri, lanskap energi global di tahun 2025 tampak semakin dinamis. Fidelity, salah satu raksasa manajer aset dunia, memprediksi permintaan energi global akan terus naik, seiring pulihnya aktivitas ekonomi dunia dan makin bergantungnya industri pada sumber energi baru maupun konvensional. Tapi di balik cerahnya permintaan itu, awan gelap tetap menggantung, yakni konflik geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina masih jadi momok yang berpotensi mengacaukan pasokan minyak dan gas dunia.

Dalam konteks itulah, harga minyak mentah diperkirakan akan tetap kokoh di kisaran USD70–90 per barel, level yang dianggap cukup menguntungkan bagi produsen energi global. Faktor utama yang menjaga harga tetap tinggi adalah pembatasan produksi oleh OPEC, serta melambatnya pertumbuhan suplai dari AS karena ladang-ladang serpih mereka mulai matang. Di sisi lain, mulai muncul gelombang investasi baru untuk mendongkrak produksi internasional, termasuk proyek-proyek lepas pantai yang memerlukan modal besar dan teknologi canggih.

Nah, kalau ditarik ini ke level Indonesia, khususnya ke PGEO, peluangnya sangat jelas. Sebagai anak usaha Pertamina yang bermain di sektor geothermal, PGEO bisa memanfaatkan momentum dunia yang sedang mencari diversifikasi energi non-fosil. Dengan pasar yang makin melirik energi bersih, PGEO berpotensi menarik perhatian investor yang ingin exposure ke energi terbarukan, apalagi jika mereka mampu menjaga kinerja proyek dan memastikan pertumbuhan bisnis yang sejalan dengan tren global.

Tapi tentu saja, peluang itu tidak datang tanpa tantangan. Isu governance di level holding, seperti kasus korupsi yang sekarang membelit Pertamina, bisa menjadi hambatan psikologis bagi investor, khususnya investor institusi global yang sensitif terhadap isu keberlanjutan dan tata kelola. Sebab, bagi mereka, investasi di energi terbarukan bukan sekadar soal cuan, tapi juga soal keyakinan bahwa perusahaan yang mereka pegang sahamnya dikelola dengan profesional, transparan, dan bebas dari skandal.

Di tengah kompleksitas itu, PGEO punya pekerjaan rumah besar. Tugas itu adalah memastikan bahwa isu di induk tidak merembet ke anak usaha, sekaligus membuktikan bahwa mereka siap memanfaatkan momentum global dengan portofolio proyek yang matang. Kalau mereka bisa menavigasi ini semua dengan cerdas, bukan tidak mungkin PGEO justru jadi bintang baru di pasar energi Indonesia—di tengah badai skandal yang sedang mendera induknya.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).