KABARBURSA.COM - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa penerapan prinsip industri hijau di Indonesia akan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan nilai tambah ekonomi sektor industri serta mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2050.
Ia juga menyoroti prestasi Indonesia yang berada di peringkat ke-12 dalam daftar Leading Manufacturing Countries pada 2023, mengungguli Rusia dan Turki. Nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia juga tumbuh menjadi 255 miliar dolar AS, naik 14 miliar dolar dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti dalam pernyataannya di Jakarta, 20 September 2024.
Perkembangan penerapan industri hijau tercermin dalam laporan The Green Future Index 2023, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-49 dalam hal transisi menuju industri ramah lingkungan, naik 21 peringkat dari tahun 2022. Ini menunjukkan peningkatan komitmen Indonesia dalam investasi energi terbarukan, inovasi, dan kebijakan yang berorientasi lingkungan.
Untuk mempercepat transisi industri hijau, Kementerian Perindustrian mengadakan Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2024. Acara ini menjadi platform penting bagi pelaku industri dalam mendiskusikan strategi dan inovasi untuk memperkuat ekosistem industri hijau di Indonesia. Selain itu, Kementerian memperkenalkan Green Industry Service Company (GISCO) sebagai mekanisme pembiayaan hijau, yang akan membantu perusahaan dalam pendanaan dan implementasi teknologi hijau.
Kementerian juga sedang mempersiapkan beberapa kebijakan penting, seperti pelaporan emisi, batas atas emisi (BAE), dan nilai ekonomi karbon (NEK) untuk sektor industri, guna mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Langkah-langkah ini menunjukkan upaya pemerintah untuk tidak hanya mendorong regulasi yang mewajibkan transformasi industri hijau, tetapi juga menyediakan solusi praktis bagi pelaku industri dalam menghadapi tantangan menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Sektor Energi Hijau
Dunia saat ini sedang bertransformasi ke ekonomi hijau. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin kehilangan momentum.
Kata Jokowi, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih 3.600 GW, baik dari energi air, matahari, panas bumi, gelombang laut dan bio energi.
“Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap,” kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Jokowi memaparkan, transisi energi yang ingin diwujudkan adalah transisi Nusantara Baru Indonesia Maju Energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat.
Sebelumnya, Jokowi pernah menyampaikan Indonesia punya kekuatan besar untuk mengembangkan ekonomi hijau. Indonesia memiliki sumber daya energi yang diyakini berdaya saing tinggi.
“Kita punya hampir semua jenis energi hijau, mulai dari energi panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi ombak. Kita juga punya hasil kebun yang bisa diolah menjadi biodiesel, bioetanol, dan bioavtur,” ujarnya.
Dengan potensi kekayaan alam yang melimpah dan beragam di Indonesia, Jokowi menyatakan keyakinannya bahwa negara ini memiliki peluang besar untuk menarik investasi di sektor industri hijau.
Upaya Transisi Energi
Menurutnya, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan menjadi daya tarik utama bagi para investor global yang semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan. Oleh karena itu, Jokowi menegaskan pentingnya melanjutkan upaya transisi energi yang sudah mulai berjalan.
Dia menekankan bahwa transformasi ini harus terus didorong agar Indonesia bisa memainkan peran kunci dalam perekonomian global yang berfokus pada energi bersih dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang selama ini mendominasi.
Jokowi juga menegaskan bahwa keberlanjutan proses transisi energi ini akan menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan industri hijau yang berdaya saing tinggi di pasar internasional.
“Kekuatan energi hijau ini akan mengundang industri hijau akan mengundang pembiayaan ekonomi hijau, menghasilkan green food pangan hijau dan membuka peluang-peluang bagi green jobs, menyejahterakan dan sekaligus berkelanjutan. Maka dari itu transisi energi harus dilanjutkan,” ujarnya.
Butuh Investasi Besar
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, untuk melakukan transisi energi membutuhkan investasi yang besar dan tidak cukup diselesaikan dalam waktu lima tahun.
“Transisi energi ini merupakan pekerjaan besar, yang membutuhkan investasi sangat besar, dan tidak akan tuntas hanya dalam waktu tiga sampai lima tahun,” kata Bamsoet di dalam Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Selain itu, lanjut Bamsoet, dalam rangka transisi energi, Indonesia juga berkomitmen secara bertahap menekan emisi gas rumah kaca, dengan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.(*)