KABARBURSA.COM – Semester pertama 2025 menjadi periode penuh tantangan bagi PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Produksi migas mengalami penurunan, sementara laba bersih terkoreksi tajam.
Namun di sisi lain, unit bisnis Medco Power justru menunjukkan penguatan, dengan bauran energi terbarukan yang semakin besar.
Dalam laporan kinerja keuangan semester I 2025, Medco mencatat pendapatan sebesar USD1,138 juta, turun 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Laba bersih terkoreksi lebih dalam, anjlok 81 persen menjadi hanya USD37 juta.
Pelemahan ini dipicu oleh turunnya produksi minyak dan gas. Produksi minyak rata-rata 40,3 ribu barel per hari (MBOPD), melemah 4 persen yoy.
Sementara produksi gas mencapai 558,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), merosot 8 persen yoy. Kondisi ini sejalan dengan tren lifting nasional yang masih menghadapi tantangan dari lapangan-lapangan tua dan kebutuhan perawatan fasilitas.
Tekanan juga datang dari kinerja PT Amman Mineral International Tbk (AMMN), di mana Medco memiliki kepemilikan minoritas.
Sepanjang semester I 2025, Amman belum membukukan penjualan tembaga dan emas akibat proses komisioning smelter, sehingga justru menimbulkan beban keuangan bagi Medco.
Energi Hijau Jadi Penopang
Di tengah lemahnya kinerja migas, Medco Power tampil lebih positif. Perusahaan mencatat total listrik terjual 1.994 GWh sepanjang semester I 2025. Dari jumlah itu, kontribusi energi terbarukan mencapai 497 GWh, tumbuh 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Porsi energi terbarukan kini sudah menyumbang 27 persen dari bauran Medco Power. Capaian ini menempatkan Medco selangkah lebih maju dari target bauran energi terbarukan nasional 23 persen pada 2025.
Langkah konkret juga terlihat di lapangan. Pada awal September, Medco melalui anak usaha Medco E&P Grissik Ltd. meresmikan pemasangan 1.500 panel surya di wilayah kerja Blok Corridor.
Proyek dengan kapasitas 885 KWp ini diperkirakan mampu menghasilkan 1.124 MWh listrik bersih per tahun, sekaligus menekan emisi hingga 934 ton CO₂e per tahun.
Direktur & Chief Operating Officer MedcoEnergi, Ronald Gunawan, menegaskan bahwa integrasi energi bersih merupakan komitmen jangka panjang perusahaan. “Proyek ini bukan sekadar instalasi teknologi, tetapi langkah nyata menuju efisiensi operasional dan pengurangan jejak karbon,” ujarnya.
Sejumlah analis menilai kinerja keuangan Medco masih menghadapi tekanan sepanjang 2025. BRI Danareksa Sekuritas, misalnya, menurunkan rekomendasi saham MEDC menjadi hold dengan target harga Rp1.320 per saham. Penurunan ini mempertimbangkan lemahnya produksi migas serta keterlambatan kontribusi dari Amman Mineral.
Meski demikian, transformasi menuju energi hijau bisa menjadi katalis jangka panjang. Dengan cadangan migas 2P sebesar 1.010 MMBOE dan Reserve Life Index 10,7 tahun, Medco masih memiliki ruang untuk menjaga stabilitas produksi.
Namun pertumbuhan berkelanjutan kemungkinan lebih banyak bersandar pada ekspansi Medco Power dan proyek energi terbarukan lainnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      