KABARBURSA.COM - Pekan ini, Federal Reserve (The Fed) mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar setengah persen, yang menjadi penurunan pertama dalam empat tahun terakhir. Langkah ini sudah lama dinantikan oleh pasar. Sektor-sektor dengan biaya awal tinggi, seperti energi terbarukan, diperkirakan akan mendapat manfaat dari kebijakan tersebut.
Dampak positif dari suku bunga rendah pertama kali terlihat di sektor energi terbarukan saat The Fed menurunkan suku bunga mendekati nol persen selama pandemi COVID-19. Salah satu hasilnya adalah lonjakan investasi di teknologi iklim. Namun, ketika inflasi mulai meningkat pada awal 2022, suku bunga kembali naik untuk mengendalikan kenaikan inflasi.
Sektor energi bersih sebenarnya sudah mendapat perlindungan dari kenaikan suku bunga berkat Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) yang disahkan pada Agustus 2022. IRA telah mengurangi sebagian besar risiko yang terkait dengan investasi dalam proyek energi terbarukan, meskipun suku bunga tetap tinggi, dengan dana lebih dari 391 triliun dolar AS.
"Biaya awal yang besar dan biaya operasional yang rendah dari teknologi energi bersih sangat sensitif terhadap suku bunga dan biaya modal," kata Anggota Komite Penasihat Risiko Keuangan Iklim Departemen Keuangan AS, Ilmi Granoff, dikutip dari Trellis, Sabtu, 21 September 2024.
Menjelang pengumuman The Fed, harga saham NRG Energy, salah satu penyedia solusi energi bersih terbesar di AS, melonjak lebih dari 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sejalan dengan ekspektasi Wall Street terhadap pemangkasan suku bunga tersebut.
Saham pengembang energi terbarukan First Solar juga naik lebih dari 20 persen dalam beberapa pekan terakhir, setelah mencapai puncaknya di atas 300 dolar AS pada Juni lalu. Pengembang swasta seperti Invenergy dan EDF Renewables telah mengumumkan pembiayaan untuk proyek-proyek besar dalam beberapa minggu terakhir.
Meskipun perkembangan ini tidak selalu terkait langsung dengan pergerakan suku bunga, ini menjadi tanda positif bagi industri energi bersih ke depan. Proyek-proyek padat modal seperti pembangkit listrik tenaga angin, surya, dan nuklir membawa risiko finansial yang tinggi bagi para investor. Forum Ekonomi Dunia memperkirakan setiap kenaikan dua persen dalam suku bunga akan meningkatkan biaya keseluruhan proyek energi bersih sebesar 15-20 persen.
Kenaikan suku bunga bekerja melawan penurunan tajam dalam biaya pembiayaan yang telah dicapai pasar energi bersih selama dekade terakhir, terutama di sektor surya dan angin, tambah Granoff.
"Ketika kita melihat penurunan suku bunga seperti yang terjadi pada 18 September, ini menunjukkan keyakinan The Fed terhadap arah ekonomi negara, tingkat pengangguran, serta keuntungan korporasi," ujar Tom Soto, pendiri firma investasi Latimer Partners.
Menurut Soto, penurunan suku bunga ini tidak hanya akan berdampak pada sektor swasta, tetapi juga pada dana federal seperti IRA. Dana ini telah melindungi sebagian besar risiko yang terkait dengan investasi dalam proyek energi bersih, meskipun suku bunga tetap tinggi, dengan nilai dana lebih dari 391 triliun dolar AS.
Keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga juga memberi sinyal positif bagi lembaga-lembaga seperti Kantor Program Pinjaman (LPO) di Departemen Energi AS, yang mendistribusikan dana IRA untuk startup teknologi bersih.
"Penurunan suku bunga oleh The Fed memberi [LPO] ruang lebih besar untuk mengidentifikasi proyek-proyek yang mungkin memiliki sedikit lebih banyak risiko," ujar Tom Soto. Jika LPO mendukung proyek-proyek yang lebih berisiko ini, kata Soto, "maka sumber pendanaan lain juga akan ikut mendukung, karena suku bunga yang lebih rendah membuat para operator, pendiri, dan wirausahawan kini mampu menanggung biaya tersebut."
Ke depan, diperkirakan The Fed akan terus menurunkan suku bunga, dengan Soto memprediksi penurunan suku bunga hingga 3 persen pada 2026.
Dengan reformasi perizinan yang kini juga berada di depan mata dan biaya pembiayaan yang cenderung turun, dapat dipastikan akan ada lebih banyak kesepakatan besar dari pengembang energi terbarukan dalam beberapa bulan mendatang.
Kredit Karbon
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (CFTC) sebelumnya menyetujui pedoman pertama untuk perdagangan kontrak derivatif kredit karbon sukarela di negara tersebut. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat pasar yang masih berkembang di negeri Paman Sam.
Kontrak derivatif kredit karbon adalah instrumen keuangan yang nilainya bergantung pada kredit karbon itu sendiri. Kredit karbon, secara sederhana, adalah hak yang diberikan kepada suatu pihak untuk mengemisikan satu metrik ton karbon dioksida atau gas rumah kaca lainnya yang setara. Melalui kontrak ini, para pedagang dan pelaku pasar dapat menggunakannya untuk dua tujuan utama: pertama, untuk melindungi diri dari kemungkinan perubahan harga kredit karbon di masa mendatang (hedging); dan kedua, untuk melakukan spekulasi mengenai perubahan harga tersebut.
Prinsip kerja kontrak derivatif ini mirip dengan kontrak derivatif pada pasar komoditas lain, seperti minyak atau gandum, di mana para pedagang dapat bertaruh pada kenaikan atau penurunan harga di masa depan. Jika harga kredit karbon di masa depan diperkirakan akan naik, pelaku pasar dapat membeli kontrak ini sekarang dengan harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari ketika harga benar-benar naik. Sebaliknya, jika harga diperkirakan turun, kontrak ini bisa dijual terlebih dahulu dengan tujuan membeli kembali di harga yang lebih rendah.
Regulator telah mendorong pengawasan lebih ketat terhadap pasar kredit karbon sukarela, yang berkembang tanpa pengawasan pemerintah, karena kekhawatiran akan kualitas dan penghitungan ganda. CFTC juga mengeluarkan panduan untuk bursa derivatif guna menindak manipulasi harga.
“Misi unik CFTC yang berfokus pada mitigasi risiko dan penemuan harga menempatkan kami di garis depan dalam kaitan global antara pasar keuangan dan upaya dekarbonisasi,” ujar Ketua CFTC, Rostin Behnam, dikutip dari Reuters, Sabtu, 21 September 2024.
Kekhawatiran akan praktik greenwashing, di mana perusahaan melebih-lebihkan kredensial lingkungan mereka, semakin meningkat di Amerika dan Eropa. Awal tahun ini, CFTC menyatakan sedang menyelidiki praktik greenwashing sebagai bagian dari upaya menindak penipuan dan pelanggaran di pasar kredit karbon sukarela.
Pada Mei lalu, pemerintah AS meluncurkan aturan untuk mengatur penggunaan kredit karbon sukarela, bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan di pasar yang baru berkembang ini setelah beberapa proyek pengurangan emisi profil tinggi gagal memenuhi janji pengurangan emisi.
“Panduan CFTC akan mendorong integritas kredit karbon dan meningkatkan likuiditas serta transparansi harga,” kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen. Ia juga mencatat langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh pemerintah untuk menangani perubahan iklim dan mempercepat transisi energi bersih.
Banyak perusahaan mengimbangi emisi gas rumah kaca mereka dengan membeli kredit karbon sukarela, yang mewakili pencegahan atau pengurangan emisi melalui proyek-proyek yang sebagian besar berada di negara berkembang.(*)