Logo
>

PGE dan Elnusa Siap Akselerasi Pengembangan Panas Bumi

Ditulis oleh Pramirvan Datu
PGE dan Elnusa Siap Akselerasi Pengembangan Panas Bumi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Elnusa Tbk (Elnusa) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) memperkuat sinergi melalui kolaborasi strategis di ajang Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024. Kolaborasi ini bertujuan mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, sejalan dengan upaya mendukung ketahanan energi nasional dan target transisi menuju net zero emission pada tahun 2060.

    Kerja sama antara Elnusa dan PGE sudah dimulai sejak 2021, terutama dalam pengembangan teknologi geothermal. Pada 2024 ini, kolaborasi tersebut diperkuat dengan penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) yang melibatkan Elnusa, PGE, dan Multifab, untuk pengembangan dan manufaktur heat exchanger. Teknologi ini sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

    Selain itu, PGE juga menandatangani lisensi teknologi Flow2Max dengan PT Sigma Cipta Utama, anak usaha Elnusa, untuk memungkinkan pemantauan kinerja sumur panas bumi secara real-time. Hal ini memperkuat inovasi dalam pemanfaatan energi terbarukan.

    Bachtiar Soeria Atmadja, Direktur Utama Elnusa, menegaskan bahwa kolaborasi ini adalah langkah konkret Elnusa dalam mendukung pengembangan energi terbarukan, khususnya panas bumi, dengan mengandalkan pengalaman dan kemampuan teknologi yang kuat. Elnusa juga terus mengembangkan kemitraan strategis untuk memperluas portofolionya di sektor ini.

    Julfi Hadi, Direktur Utama PGE, menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah penting dalam memaksimalkan potensi energi panas bumi di Indonesia melalui inovasi teknologi dan kolaborasi lintas sektor. Sebagai "main engine" pengembangan geothermal di Indonesia, PGE berkomitmen untuk terus berinovasi demi menghadapi tantangan global dalam transisi menuju energi bersih.

    Selain kerja sama dengan Elnusa, PGE juga menandatangani beberapa perjanjian strategis lainnya di IIGCE 2024, termasuk perjanjian dengan PT Pertamina Maintenance and Construction untuk jasa Operation & Maintenance, serta dengan PT PGAS Solution Tbk untuk layanan EPCC (engineering, procurement, construction, and commissioning) di sektor panas bumi.

    Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, menciptakan peluang baru di sektor energi baru terbarukan, serta memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan pencapaian target dekarbonisasi nasional.

    Strategi Percepatan Pengembangan 

    PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (PGEO) mengungkapkan percepatan pengembangan panas bumi diyakini akan menarik investasi, mendorong pengembangan teknologi dalam negeri, dan memberikan dampak positif pada perekonomian.

    Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan, panas bumi merupakan energi hijau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai tulang punggung transisi energi nasional dan mendukung agenda transisi energi nasional dan pencapaian net zero emission (NZE) 2060.

    Hadi menambahkan bahwa Indonesia memiliki total potensi panas bumi sebesar 24 GW, setara dengan 17 persen cadangan global dan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan merupakan sumber daya berkualitas tinggi, atau kategori high enthalpy (bersuhu tinggi) yang sangat sesuai untuk pembangkit listrik.

    Pemanfaatan 30 persen saja dari potensi energi panas bumi Indonesia tersebut akan mampu memperkuat ketahanan energi nasional. Karena itu, diperlukan upaya percepatan pengembangan energi panas bumi.

    “Untuk mencapai target bauran energi nasional pada 2033 dibutuhkan penambahan kapasitas terpasang 4,4 GW yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD27–28 miliar. Untuk setiap investasi sebesar USD1 di sektor bisnis hijau seperti panas bumi akan menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar USD1,25, memberikan manfaat berganda signifikan bagi ekonomi Indonesia. Tak hanya itu, diperkirakan 70-100 lapangan kerja akan tercipta untuk setiap USD1 juta investasi di sektor panas bumi,” kata Julfi, dalam keterangannya, Senin, 16 September 2024.

    Julfi Hadi juga menekankan bahwa panas bumi adalah sumber energi terbarukan yang stabil, andal, dan berperan penting dalam mendukung transisi energi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional. Panas bumi memiliki dua karakteristik penting untuk mendukung peran tersebut.

    Pertama, potensi panas bumi di Indonesia sebagian besar (70-80 persen) terletak di wilayah yang memiliki kebutuhan energi listrik terbesar, yaitu Jawa dan Sumatra. Karena itu, pengembangan energi panas bumi secara langsung mampu memenuhi kebutuhan energi hijau Indonesia seiring dengan bertumbuhnya ekonomi.

    Kedua, selain tidak bersifat intermittent, dalam memberikan pasokan listrik secara terus menerus, pembangkit panas bumi memiliki capacity factor sekitar 90 persen yang berarti efisiensi sangat tinggi antara kapasitas terpasang dan daya listrik aktual yang mampu dibangkitkan. Karakteristik ini membuat panas bumi memiliki potensi besar sebagai energi hijau yang menjadi pemikul beban dasar kelistrikan (green baseload) masa depan.

    Ekosistem Investasi Panas Bumi

    Meski potensinya sangat besar, saat ini baru 2,6 GW atau sekitar 11 persen dari sumber daya panas bumi Indonesia yang telah dimanfaatkan. Ini menunjukkan masih banyak ruang dan peluang untuk masa depan, termasuk mengembangkan ekosistem investasi panas bumi.

    “Penting untuk menarik investasi dari perusahaan manufaktur panas bumi, baik di sektor hulu maupun hilir, agar mereka datang ke Indonesia dan membangun kapasitas manufaktur di sini,” kata Direktur Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Gigih Udi Atmo.

    “Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai target NZE 2060. Semua sumber energi baru dan terbarukan, termasuk panas bumi, harus dioptimalkan potensinya.”

    Gelaran IIGCE 2024 yang bertema “Powering Together: Stakeholder Unity in Geothermal Innovation & Acceleration” merupakan forum penting dalam menggalang kolaborasi seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi.

    Julfi Hadi mengingatkan bahwa periode satu dekade ke depan sangat krusial bagi pelaku industri panas bumi, mengingat pencapaian target kapasitas panas bumi 7 GW pada 2033 sesuai target bauran energi nasional membutuhkan penambahan kapasitas terpasang 400-500 MW per tahun atau empat kali lipat penambahan kapasitas selama 10 tahun terakhir.

    PGE telah mengambil langkah strategis dengan menjalin kemitraan untuk meningkatkan efisiensi eksplorasi, transfer teknologi, dan pengembangan rantai pasok domestik. Dengan kapasitas dan sumber daya yang besar, serta peta jalan strategis untuk memanfaatkan potensi cadangan 3 GW panas bumi di wilayah operasinya, PGE optimistis dapat menjadi pemimpin utama dalam mempercepat transisi energi nasional.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.