Logo
>

PLTN Masuk RUPTL, Emiten Pelat Merah Berpeluang Ambil Panggung

Masuknya proyek PLTN ke RUPTL membuka peluang keterlibatan BUMN dalam pendanaan, konstruksi, hingga rantai pasok teknologi energi nuklir nasional.

Ditulis oleh Dian Finka
PLTN Masuk RUPTL, Emiten Pelat Merah Berpeluang Ambil Panggung
Ilustrasi: Proyek PLTN masuk RUPTL 2025–2034. BUMN dan emiten pelat merah diprediksi ambil bagian dalam pendanaan, infrastruktur, dan rantai pasok energi nuklir. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – Masuknya dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 mengisyaratkan babak baru dalam bauran energi nasional. Dengan kapasitas awal 500 megawatt di Kalimantan dan Sumatera, proyek ini bukan sekadar inisiatif jangka panjang, tapi juga peluang investasi besar yang mulai menarik perhatian pelaku pasar.

Sejumlah emiten pelat merah diprediksi bakal mengambil peran utama dalam rantai pasok teknologi, konstruksi, dan pendanaan.

Pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi menilai proyek PLTN sangat potensial mengundang keterlibatan korporasi besar, terutama BUMN, di jalur pasok teknologi, pendanaan, hingga konstruksi.

“Ini proyek besar, bisa jadi salah satu skenario pendanaannya melibatkan Indonesia Investment Authority atau Danantara. Mereka kan menghimpun dana lebih dari seribu triliun rupiah, itu bisa jadi potensi pendukung proyek-proyek strategis seperti PLTN ini,” kata Ibrahim saat dihubungi KabarBursa.com, Rabu, 11 Juni 2025.

Meski begitu, ia mengingatkan Danantara kemungkinan tidak akan menjadi satu-satunya penopang investasi. Skema joint operation (JO) dengan pihak lain dinilai lebih masuk akal, sebab penyaluran dana tetap bergantung pada hasil studi kelayakan proyek.

Jika pendanaan sepenuhnya berasal dari Danantara, kata Ibrahim, maka proyek tersebut akan disaring ketat berdasarkan tiga indikator utama: rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Tanpa memenuhi kriteria itu, menurut dia, alokasi dana besar tidak akan dikucurkan.

Ibrahim menyebut  proyek PLTN ini bersifat jangka panjang dan bukan sesuatu yang langsung rampung dalam 2 atau 3 tahun ke depan. Oleh sebab itu, investor dan pelaku pasar harus cermat membaca peluang-peluang sektoral dari fase awal proyek ini.

“Kalau mulai dibangun 2025, bukan berarti langsung selesai. Yang pertama dibangun pasti infrastrukturnya dulu. Nah ini menarik untuk emiten-emiten konstruksi dan infrastruktur yang sudah listing di bursa,” katanya.

Ia memprediksi, saham-saham perusahaan infrastruktur bisa mengalami penguatan dalam jangka menengah sebagai efek dari ekspektasi pengerjaan proyek PLTN. “Saham infrastruktur bisa naik, karena proyek ini akan dorong pembangunan fisik skala besar. Mulai dari akses jalan, pelabuhan, transmisi, hingga penunjang lainnya,” jelas Ibrahim.

Emiten Plat Merah Berpeluang Jadi Aktor Utama

Ibrahim memandang keterlibatan perusahaan-perusahaan BUMN atau emiten ‘plat merah’ dalam proyek ini sangat besar. Dari sisi kontraktor, penyedia teknologi, hingga sumber pendanaan, BUMN dinilai punya kelengkapan administratif dan kredibilitas yang membuatnya lebih mudah mendapatkan kepercayaan pasar.

“Biasanya proyek-proyek seperti ini diserahkan ke BUMN. Dari segi legalitas, pembiayaan, hingga dokumentasi, semuanya sudah tertata. Apalagi soal pembayaran, tentu lebih terjamin ketimbang menggunakan perusahaan swasta asing,” katanya.

Ia menilai perusahaan pelat merah memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam menjaring pendanaan tambahan, baik dari pasar modal, perbankan, maupun investor asing. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kesiapan dokumen, rekam jejak yang jelas, serta tingkat kepercayaan yang tinggi. Faktor-faktor tersebut membuat investor merasa lebih nyaman apabila bermitra dengan BUMN.

Secara keseluruhan, Ibrahim menilai proyek PLTN ini bukan hanya penting dari sisi ketahanan energi nasional, tetapi juga bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan gairah baru di pasar modal.

“Kalau ini berjalan, pasar akan merespons positif. Apalagi kalau nama-nama emiten pelat merah mulai disebut resmi dalam proyek ini. Itu sinyal kuat untuk investor,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pembangunan PLTN ini akan beririsan dengan sektor-sektor strategis lainnya seperti logam berat, manufaktur komponen, hingga sektor teknologi. “Jangan lupa, teknologi PLTN itu bukan barang murah. Jadi keterlibatan mitra asing, alih teknologi, dan peran engineer lokal juga bisa jadi trigger untuk industrialisasi kita ke depan,” kata Ibrahim.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.