Logo
>

RI Kebut Pengembangan Smart Eco Industrial Park

Ditulis oleh KabarBursa.com
RI Kebut Pengembangan Smart Eco Industrial Park

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong transformasi pengembangan Kawasan Industri generasi keempat yang memadukan pemanfaatan teknologi berwawasan lingkungan atau Smart Eco Industrial Park.

    Adapun Kawasan Industri Indonesia didorong untuk meningkatkan daya saing maupun pertumbuhan ekonomi industri. Untuk itu, Kemenperin menilai Kawasan Industri harus mampu menyediakan infrastruktur memadai maupun fasilitas pendukung baik untuk menarik investasi industri baru dan meningkatkan produksi industri agar lebih efisien, produktif, inovatif, dan berkelanjutan.

    Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, pengembangan Kawasan Industri dapat mendukung penataan ruang dan lahan. Di sisi lain, konsep tersebut juga memperketat peneyediaan layanan, pengawasan, hingga pengolahan limbah industri.

    “Perusahaan KI diharapkan dapat mengimplementasikan smart digital infrastructure dalam kegiatan operasionalnya untuk mendukung penataan ruang dan lahan, penyediaan layanan, sampai pada pemantauan dan pengelolaan limbahnya,” kata Agus saat membuka Business Talk & Rakernas Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) beberapa waktu lalu.

    Agus, meminta Kawasan Industri segera melakukan remapping terutama untuk penyediaan infrastruktur penunjang di Kawasan Industri, termasuk untuk kebutuhan energi bagi industri di kawasan. Hal ini juga berkaitan dengan keberlanjutan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk sektor industri yang telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    “Masih terkait penyediaan infrastruktur gas bagi KI, Pemerintah tengah menyiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penggunaan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri. Salah satu yang akan diatur di dalamnya adalah skema impor gas untuk penggunaan di Kawasan Industri. Mudah-mudahan RPP ini dapat segera selesai,” jelas Agus.

    Hingga Juli 2024, terdapat 156 perusahaan Kawasan Industri yang telah mendapatkan Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) dan beroperasi. Total luas lahan kawasan industri mencapai 76.594 Ha, dengan lahan yang telah terokupansi (telah terisi tenan maupun untuk infrastruktur kawasan) mencapai 48.087 Ha atau 65,56 persen. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 34,44 persen atau seluas 26.381 Ha merupakan lahan yang masih tersedia untuk lokasi investasi.

    Agus menyebutkan, dalam lima tahun terakhir, jumlah perusahaan KI telah bertambah sebanyak 56 KI, sedangkan luas lahan di KI juga bertambah sebanyak 43.296 Ha, atau meningkat sebesar 130,02 persen dari total luas lahan KI di akhir tahun 2019. Namun demikian, masih terdapat KI dengan tingkat okupansi di bawah 50 persen.

    Karenanya, perlu segera dilakukan langkah-langkah percepatan yang tepat untuk mengisi kekosongan okupansi ini. PP No. 20 Tahun 2024 tentang Perwilayahan Industri yang diluncurkan belum lama ini diharapkan dapat memberikan terobosan untuk mendukung pertumbuhan Kawasan Industri sesuai dengan dinamika zaman.

    Melalui PP No. 20/2024, pemerintah melakukan penyederhanaan perizinan, standar Kawasan Industri, Kawasan Industri Terpadu (KIT), serta mekanisme pengawasan dan pengendalian Kawasan Industri. “Adanya penyesuaian tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi stakeholders dalam upaya pengembangan industri yang lebih terintegrasi, efektif, inklusif serta berdaya saing,” ungkapnya.

    Agus juga mengupayakan penyelesaian peraturan turunan dari PP No. 20/2024 agar bisa segera berjalan sesuai harapan para stakeholder, termasuk di dalamnya pembentukan komite Kawasan Industri untuk mempermudah sinkronisasi kebijakan pendukung.

    Dalam hal ini, Kemenperin membutuhkan masukan dari HKI dan para pelaku usaha agar peraturan dapat terlaksana dengan baik dan meningkatkan peran KI. “Kami berharap, ke depan tidak ada industri yang tumbuh di luar KI,” katanya.

    Kawasan Industri Halal

    Sementara Kawasan Industri Halal (KIH), diperlukan sejumlah rencana aksi yang strategis untuk meningkatkan pertumbuhannya yang diantaranya, terobosan agar industri-industri yang telah melakukan proses produksi di KIH, tidak perlu lagi mengurus sertifikat halal karena telah otomatis dicap halal.

    Kemenperin telah mengusulkan kepada Menteri Keuangan mengenai penambahan insentif untuk KIH yang saat ini perkembangannya masih sangat minim. Hal ini karena ketertarikan industri halal untuk masuk ke KIH tidak terlalu besar dan dianggap sama seperti kawasan industri biasa.

    Ketua Umum HKI, Sanny Iskandar menuturkan, Indonesia masih tetap menjadi tujuan utama investor. Meski begitu, tetap terus bersaing dengan negara-negara lain yang juga sangat agresif, sehingga para pelaku usaha harus memiliki daya tarik yang kuat bagi investor untuk bersaing di era global ini.

    Perkembangan KI di Indonesia juga diwarnai oleh berbagai tantangan, seperti masalah perizinan perusahaan, kepastian hukum pertanahan dan tata ruang wilayah, infrastruktur, ulitilitas dan logistik, masalah-masalah ketenagakerjaan yang terkait dengan sosial, keamanan, termasuk juga fasilitas perpajakan dan insentif.

    Karenanya, Business Talk yang diselenggarakan HKI akan mendiskusikan tantangan yang dihadapi KI di Indonesia, juga untuk mencermati lebih lanjut PP No. 20/2024 serta peraturan turunannya.

    “Kami mengharapkan adanya solusi dan strategi yang tepat dari Business Talk ini untuk mengoptimalkan peran Kawsan Industri di Indonesia,” kata Sanny. (And/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi