Logo
>

Vale Indonesia (INCO) Kurangi 33 Persen Emisi Karbon di 2030

Ditulis oleh Syahrianto
Vale Indonesia (INCO) Kurangi 33 Persen Emisi Karbon di 2030

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi karbon sebesar 33 persen pada tahun 2030. Langkah ini sejalan dengan agenda nasional yang menargetkan pencapaian Net Zero Emissions pada tahun 2050.

    Menurut Bernardus Irmanto, Chief of Sustainability and Corporate Affairs Vale Indonesia, komitmen perusahaan ini juga mendukung target sektor pertambangan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 20 persen pada tahun 2025. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Vale telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif ramah lingkungan.

    Perusahaan mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yakni PLTA Larona, PLTA Balambano, dan PLTA Karebbe, yang bersama-sama memiliki kapasitas produksi mencapai 365 ribu megawatt per tahun. Penggunaan PLTA ini membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan secara signifikan menurunkan jejak karbon perusahaan.

    Inisiatif ini bukanlah hal baru bagi Vale. Sejak tahun 1978, perusahaan telah mendirikan dan mengoperasikan PLTA Larona sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan. Selain itu, Vale juga telah memanfaatkan kendaraan listrik dalam operasi tambangnya dan mengimplementasikan boiler listrik untuk menggantikan bahan bakar fosil seperti Marine Fuel Oil (MFO) dan diesel. Vale menjadi pelopor di Indonesia dalam mengoperasikan boiler listrik yang menggunakan energi terbarukan, yang turut mengurangi konsumsi MFO dan diesel.

    Meskipun demikian, Irmanto mengakui bahwa proses dekarbonisasi adalah sebuah tantangan besar. Dalam sesi The Leaders Roundtable on Industrial Decarbonization pada pre-event International Sustainability Forum (ISF) 2024, ia menekankan bahwa mencapai tujuan ini tidaklah mudah.

    Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan target Net Zero Emissions pada tahun 2060 sebagai bagian dari strategi nasional untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan keberlanjutan di berbagai sektor ekonomi. Muhammad Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi perubahan iklim ekstrem.

    "Kami berupaya menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya dekarbonisasi dan pemanfaatan energi terbarukan," ujar Rachmat, yang juga menjabat sebagai Presiden Komisaris Vale Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa transisi energi di Indonesia masih memerlukan waktu, dengan sekitar 86 persen energi industri bergantung pada bahan bakar fosil hingga tahun 2023. Dukungan terhadap inovasi dalam transisi energi sangat penting untuk mencapai target nasional.

    Partisipasi Vale dalam International Sustainability Forum 2024 yang akan diadakan pada 5-6 September 2024 menunjukkan komitmen perusahaan dalam memimpin perubahan menuju keberlanjutan di industri pertambangan. Forum ini akan menjadi platform penting bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga internasional, dan pelaku industri, untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam menemukan solusi inovatif untuk tantangan dekarbonisasi.

    INCO Cari Mitra Baru

    Selain itu, INCO masih mencari mitra baru untuk proyek smelter nikel berteknologi high pressure acid leach (HPAL) di Sorowako. Proyek smelter senilai sekitar USD2,1 miliar atau Rp32,6 triliun (kurs Rp15.500 per dolar AS) tersebut saat ini tengah digarap perseroan bersama mitranya, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou).

    Chief Executive Officer (CEO) Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan berdasarkan rencana perusahaan, pengelolaan smelter SOA HPAL Sorowako akan menggandeng pihak ketiga.

    "Ini memang rencananya tiga pihak ya. Saat ini baru dua, Huayou dan Vale," kata Febriany.

    Febriany mengatakan, jika rencana penambahan mitra tersebut harus memenuhi sejumlah persyaratan. Mulai dari komitmen terhadap tata kelola lingkungan hingga sosial berdasarkan standar internasional.

    Salah satu syarat yang diajukan Vale adalah yang berkonten untuk ESG dengan tingkat internasional yang baik, memiliki reputasi yang baik dan juga adalah partner penting dalam supply chain untuk baterai storage atau EV.

    Febriany menyebut, saat ini sudah banyak perusahaan pembuat mobil yang tertarik bergabung dalam joint venture bersama Vale dan Huayou. Namun ia mengaku belum menemukan mitra yang tepat.

    Harapan Vale akhir tahun 2004 atau paling lambat Kuartal 1 tahun 2025 keputusan adanya mitra sudah ditemukan. Dalam proyek tersebut, INCO sendiri bertanggung jawab untuk pembangunan tambang, sedangkan mitra yang membentuk perusahaan patungan bakal bertanggung jawab dalam pembangunan smelter.

    Hingga saat ini, proyek tersebut masih dalam tahap penentuan studi lokasi pembangunan pabrik. Nantinya, pabrik itu bakal menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.

    Selain itu, fasilitas pengolahan tersebut juga ditargetkan sanggup memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk MHP. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.