KABARBURSA.COM - Kemitraan ekonomi antara ASEAN dan Tiongkok memasuki babak baru dengan ditandatanganinya ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA) 3.0 Upgrade Protocol di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, Selasa, 28 Oktober 2025.
Namun, di tengah peluang peningkatan perdagangan dan investasi, muncul kembali pertanyaan soal keseimbangan hubungan dagang antara Indonesia dan Tiongkok yang selama ini cenderung timpang.
Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN selama 16 tahun berturut-turut dan juga menjadi mitra utama bagi Indonesia. Data tahun 2024 menunjukkan nilai perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok mencapai USD136,59 miliar, sementara realisasi investasi asal Tiongkok di Indonesia sebesar USD8,1 miliar, meningkat 9 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut menegaskan kuatnya ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap pasar Tiongkok.
ACFTA 3.0 merupakan pembaruan dari perjanjian yang telah berlaku sejak 2010. Melalui kesepakatan baru ini, kedua pihak sepakat memperluas cakupan kerja sama, mulai dari perdagangan barang dan jasa hingga isu strategis seperti ekonomi digital, ekonomi hijau, dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pemerintah mengklaim, langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya saing dan membuka peluang ekspor baru bagi pelaku usaha di kawasan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang mewakili Presiden RI Prabowo Subianto dalam penandatanganan tersebut menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi bagian penting dari kemitraan ekonomi ASEAN dengan Tiongkok.
“ACFTA 3.0 Upgrade menjadi langkah penting untuk memastikan kerja sama ASEAN dengan RRT tetap relevan dengan dinamika ekonomi global, serta memberikan manfaat yang nyata bagi pelaku usaha di kawasan,” ujarnya.
Meski demikian, dominasi Tiongkok dalam arus perdagangan dan investasi kawasan menjadi catatan tersendiri. Data Tiongkok mencatat nilai perdagangan ASEAN–Tiongkok mencapai Yuan 5,57 triliun atau sekitar USD785 miliar pada periode Januari hingga September 2025, meningkat 9,6 persen dibanding tahun sebelumnya.
Capaian ini mencerminkan semakin besarnya keterikatan ekonomi kedua pihak, yang sekaligus menimbulkan tantangan bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan dagang.
ACFTA 3.0 juga menjadi salah satu hasil utama dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 yang diketuai Malaysia. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut kesepakatan ini sebagai “prestasi spektakuler”, mengingat perjanjian ACFTA merupakan yang pertama kali dicapai ASEAN dengan negara di luar kawasan Asia Tenggara.
Ke depan, Pemerintah Indonesia akan memulai proses ratifikasi dan penyelarasan kebijakan domestik agar implementasi ACFTA 3.0 berjalan efektif. Pemerintah juga akan berkoordinasi dengan kementerian, lembaga, dan dunia usaha untuk memastikan manfaat perjanjian ini dapat dirasakan secara optimal. (*)