Logo
>

Outlook 2026: Harga Minyak Global Rapuh, Brent & WTI Bertahan

Harga WTI dan Brent bergerak terbatas di akhir 2025, ditopang geopolitik namun dibayangi surplus pasokan global, lemahnya permintaan, dan transisi energi yang menahan ruang reli.

Ditulis oleh Yunila Wati
Outlook 2026: Harga Minyak Global Rapuh, Brent & WTI Bertahan
Ilustrasi rig minyak Amerika Serikat. Foto: AI untuk KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Pergerakan harga minyak dunia saat ini memberi sinyal yang sangat jelas bahwa pasar sedang berada dalam fase range-bound yang matang. WTI yang bertahan di kisaran USD58–58,50 dan Brent di area USD62–62,50 mencerminkan keseimbangan rapuh antara dorongan jangka pendek dan tekanan struktural jangka menengah. 

Kenaikan lima hari beruntun hampir 6 persen pada Brent terlihat impresif di permukaan. Tetapi ketika ditempatkan dalam konteks pergerakan sepanjang 2025 yang terkunci di koridor USD60–81, reli ini lebih menyerupai pantulan teknikal ketimbang perubahan arah siklus.

Data lintas benchmark regional memperkuat pembacaan tersebut. Murban, Louisiana Light, hingga OPEC Basket bergerak relatif seragam di awal USD60-an. Sementara Mars US dan Bonny Light tetap diperdagangkan dengan premi kualitas. 

Ini menegaskan bahwa tidak ada keketatan pasokan regional yang cukup kuat untuk memicu dislokasi harga global. Produk hilir juga tidak memberi sinyal tekanan permintaan, dengan bensin stabil dan gas alam justru melemah. 

Kombinasi ini menunjukkan bahwa sisi konsumsi belum memberikan kejutan yang bisa mengubah keseimbangan crude secara signifikan.

Masih Soal Surplus Produksi dan Lemahnya Permintaan

Fundamental utama yang menguji harga WTI dan Brent tetaplah kelebihan pasokan yang bersifat struktural. Estimasi sekitar 1,4 miliar barel minyak yang terapung atau menunggu pembeli, sekitar seperempat di atas rata-rata musiman historis, menjadi bukti konkret bahwa pasar fisik kelebihan minyak. 

Proyeksi IEA mengenai surplus global 3,8 juta barel per hari pada 2026 memperjelas bahwa tekanan ini bukan fenomena sementara. Dalam kerangka ini, proyeksi EIA yang menempatkan Brent di sekitar USD55 pada kuartal pertama 2026 terlihat konsisten dengan logika pasar. Dengan begitu, harga saat ini lebih tepat dibaca sebagai mid-cycle bounce di dalam rezim surplus.

Perilaku pasokan OPEC+ semakin menguatkan narasi tersebut. Kenaikan produksi signifikan dari produsen Teluk utama, bahkan ketika permintaan tidak direvisi naik, mengindikasikan strategi mempertahankan pangsa pasar ketimbang menjaga harga. 

Penambahan output lebih dari 2,7 juta barel per hari sejak April, ditambah revisi naik produksi non-OPEC dan NGL, menciptakan gelombang barel baru yang harus diserap pasar. Dengan konfigurasi ini, batas atas alami Brent di sekitar USD65 dan WTI di sekitar USD60 menjadi semakin solid, karena setiap reli di atas level tersebut berhadapan dengan realitas pasokan yang longgar.

Dari sisi permintaan, situasinya paradoksal. Ekonomi AS tumbuh kuat, dan penurunan stok minyak mentah domestik memberi dukungan jangka pendek pada harga. Namun, peningkatan stok produk olahan dan tren persediaan global yang naik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak otomatis berarti pengetatan pasar minyak. 

Pasar menyerap sinyal ini dengan rasional, yaitu ada pertumbuhan, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi lonjakan pasokan. Inilah alasan mengapa reli minyak cepat kehilangan momentum setelah sentuhan area resistance.

Konflik Geopolitik jadi Penopang Harga

Geopolitik berperan sebagai penopang harga, bukan pendorong tren. Pengetatan penegakan sanksi terhadap Venezuela dan meningkatnya risiko pada pengiriman minyak Rusia menambah premi risiko yang menjaga WTI dan Brent tidak jatuh lebih dalam. 

Namun, fakta bahwa minyak tetap mengalir—meski dengan friksi lebih tinggi—menunjukkan bahwa pasokan global belum benar-benar terputus. 

Premi geopolitik ini menciptakan lantai harga di pertengahan USD50-an untuk WTI dan akhir USD50-an hingga awal USD60-an untuk Brent, tanpa cukup tenaga untuk mengubah jalur surplus jangka menengah.

Tekanan struktural tambahan datang dari sisi transisi energi. Kesepakatan LNG jangka panjang antara Petronas dan CNOOC menegaskan arah kebijakan energi Asia yang semakin mengunci gas sebagai bahan bakar marjinal. 

Setiap kontrak LNG jangka panjang seperti ini secara implisit mengurangi ruang pertumbuhan permintaan minyak di masa depan. Bagi pasar, ini bukan dampak instan, tetapi faktor penekan ekspektasi jangka panjang yang ikut membatasi valuasi minyak mentah.

Secara teknikal, struktur harga WTI dan Brent konsisten dengan narasi fundamental. Keduanya sedang menguji area resistance dinamis di sekitar rata-rata pergerakan 50 hari dan garis tren turun. Tidak ada rangkaian higher high dan higher low yang valid untuk mendukung klaim pembalikan tren. 

Reli yang terjadi lebih mencerminkan penyesuaian posisi dan short covering dalam likuiditas akhir tahun yang tipis, bukan akumulasi agresif berbasis keyakinan fundamental baru.

Outlook minyak dunia, dengan demikian, condong ke stabilitas yang rapuh. Selama surplus struktural bertahan dan OPEC+ tidak berbalik ke disiplin pemangkasan yang ketat, WTI dan Brent kemungkinan besar akan tetap bergerak sideways dengan bias turun ringan. 

Risiko geopolitik akan terus memberikan bantalan, tetapi tanpa katalis permintaan yang kuat, reli berkelanjutan sulit terwujud. Pasar minyak saat ini bukan pasar yang kehabisan pasokan, melainkan pasar yang sedang mencari alasan untuk menilai kembali batas atasnya—dan sejauh ini, alasan tersebut belum cukup kuat.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79