Logo
>

Airlangga Sebut ASEAN Kompak Hadapi Perang Dagang Trump

Menteri Koordinator Airlangga Hartarto menyoroti dampak kebijakan tarif Trump terhadap ekonomi global dan komoditas, serta pentingnya sikap kolektif ASEAN dalam menavigasi ketegangan dagang.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Airlangga Sebut ASEAN Kompak Hadapi Perang Dagang Trump
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Foto: ekon.go.id.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengingatkan dampak dari kebijakan tarif tinggi yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengguncang perekonomian global.  Menurut Airlangga, situasi ini tak hanya memicu ketidakpastian atau (uncertainty) pasar, tapi juga mengerek potensi resesi global yang semakin nyata.

    "Pengumuman penetapan tarif oleh Presiden Amerika, Trump 2.0. Kita melihat bahwa economic uncertainty-nya langsung melonjak, yang tertinggi," ungkap Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa 8 April 2025.

    Kebijakan dagang ala Trump juga berdampak pada melemahnya permintaan global. Hal ini ditandai dengan anjloknya harga berbagai komoditas strategis. Harga minyak mentah atau crude oil tercatat turun hampir 30 persen, sementara harga brent oil turun sekitar 28 persen hingga menyentuh kisaran USD60-an. Komoditas lainnya pun tak luput dari tekanan.

    "Jadi kalau kita lihat crude oil turun hampir 30 persen, brent juga turun 28 persen sehingga angkanya diangkat 60-an, batu bara turun ke 24 persen ke angka USD97, kedelai turun, gandum turun, CPO turun, dan harga beras turun. Jadi seluruh komoditas turun," beber Airlangga.

    Politikus Partai Golkar ini menyebut penurunan harga-harga tersebut merupakan sinyal melemahnya permintaan global yang pada akhirnya memunculkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi bahkan resesi.

    Selain harga komoditas, ketidakpastian kebijakan perdagangan atau trade policy uncertainty uga melonjak. Airlangga menambahkan, akibat kebijakan tarif ini, banyak perusahaan global mulai mengambil sikap wait and see untuk investasi maupun ekspansi, sementara konsumsi pun menurun. “Terjadi gejolak pasar uang seluruh dunia, pelemahan mata uang di emerging market, kemudian juga retaliasi tarif oleh China, kemudian rantai pasok global juga terganggu,” katanya.

    Dampak lebih lanjut terasa pada proyeksi pertumbuhan global. Airlangga menyebut rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia kini turun ke kisaran 2,7 persen. Bahkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Eropa, China, Brasil, dan India mengalami koreksi. "Hanya India yang diproyeksi menjadi 6%, namun dengan adanya trade policy Trump ini diperkirakan ada koreksi sekitar setengah persen,” ungkapnya.

    Jika digabungkan, Airlangga mengungkapkan negara-negara ASEAN kini menjadi salah satu klaster dengan defisit perdagangan terbesar terhadap Amerika Serikat. “ASEAN itu sebetulnya negara cluster nomor dua tertinggi memberikan defisit ke Amerika, kalau kita dijadikan satu. Ini hanya sedikit di bawah China,” ujarnya.

    Empat negara utama penyumbang defisit tersebut adalah Vietnam (USD129,4 miliar), Thailand (USD48 miliar), Malaysia (USD26 miliar), dan Indonesia (USD19,3 miliar). Keempat negara ini kini masuk dalam 15 besar mitra dagang yang dianggap menyebabkan defisit oleh Amerika. "Malaysia lebih rendah, Kamboja lebih tinggi, kemudian Singapura yang terendah sebesar 10 persen,” kata Airlangga.

    Menanggapi situasi ini, pemerintah juga telah melakukan langkah diplomasi untuk menyatukan posisi negara-negara ASEAN. "Oleh karena itu kemarin Bapak Presiden ke Kuala Lumpur juga untuk menyatukan langkah ASEAN, karena ini adalah langkah yang strategis yang diambil oleh ASEAN," kata Airlangga.

    Tambah Impor Produk AS

    Di tengah tekanan dari kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat, Indonesia justru mengambil pendekatan ekonomi yang tak lazim. Bukannya membalas dengan tarif serupa, pemerintah bersama kalangan pengusaha memilih untuk mengeksplorasi peluang impor barang-barang strategis asal AS yang memang dibutuhkan di dalam negeri.

    Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan fokus utama strategi ini adalah memilah produk-produk Amerika yang bisa masuk ke Indonesia tanpa mengganggu sektor industri lokal. Tujuan akhirnya tetap sama, yakni mempersempit selisih neraca dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.

    Menurut Shinta, menurunkan defisit dapat memperkuat posisi tawar Indonesia dalam negosiasi dengan United States Trade Representative atau USTR. Salah satu skenario yang sedang dijajaki adalah meningkatkan impor produk-produk asal AS yang memang dibutuhkan oleh sektor industri dalam negeri dan belum memiliki pengganti yang sepadan.

    “Kita ekspor besar dari tekstil, tapi kita juga bisa impor kapas dari Amerika. Hal-hal semacam itu sedang kita jajaki," kata Shinta.

    Produk yang dianggap potensial untuk diimpor meliputi kapas, gandum, jagung, hingga komoditas yang berkaitan dengan sektor energi dan pertahanan seperti minyak dan gas. Untuk produk yang bersinggungan dengan kepentingan strategis nasional, seperti energi dan pertahanan, peran impor kemungkinan akan diambil alih oleh BUMN. Sementara sektor lain seperti pangan dan tekstil akan ditangani oleh pelaku usaha swasta.

    Shinta mencatat tarif impor dari AS ke Indonesia relatif sudah cukup rendah. Namun masih ada hambatan non-tarif yang jadi persoalan, terutama untuk produk-produk berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

    Apindo kini tengah intensif berkoordinasi dengan para pengusaha untuk memastikan ekspor Indonesia ke pasar Amerika tidak terganggu oleh lonjakan tarif. Di sisi lain, mereka juga mendukung langkah pemerintah dalam mencari keseimbangan dagang melalui impor yang bersifat strategis, selektif, dan tidak merugikan industri nasional. “Tugas kami dari pelaku usaha adalah memastikan tantangan eksportir ke AS tidak mengganggu ekspor mereka, dan membantu mengidentifikasi produk-produk Amerika yang bisa kita impor, tapi yang memang dibutuhkan," kata Shinta.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.