Logo
>

Aliran Modal Asing Menguat, Capai Rp51,91 Triliun Pekan ini

Ditulis oleh KabarBursa.com
Aliran Modal Asing Menguat, Capai Rp51,91 Triliun Pekan ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing di pekan ke-4 Agustus 2024 sebesar Rp15,91 triliun. Adapun data tersebut mengacu pada transaksi pada tanggal 19 hingga 22 Agustus 2024.

    Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono merinci, aliran modal asing terdiri dari beli neto sebesar Rp11,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp4,13 triliun di pasar saham, dan Rp0,33 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    Mengacu pada data setelmen hingga 22 Agustus 2024, tutur Erwin, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp185,29 triliun di SRBI, Rp6,40 triliun di pasar saham, dan Rp6,39 triliun di pasar SBN.

    Sementara berdasarkan data setelmen hingga 22 Agustus 2024 di semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp54,94 triliun di SRBI, Rp40,35 triliun di pasar SBN, dan Rp6,06 triliun di pasar saham.

    Sedangkan Premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun per 22 Agustus 2024 sebesar 69,56 bps, relatif naik dibandingkan 16 Agustus 2024 sebesar 69,45 bps.

    Erwin menyebut, BI serta otoritas terkait akan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan yang mendukung perekonomian Indonesia. Hal itu dinilai perlu untuk menjaga ketahanan eksternal ekonomi dalam negeri.

    "Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan perekonomian eksternal Indonesia," kata Erwin dalam keterangannya, Jum'at, 23 Agustus 2024.

    Di sisi lain, BI juga mencatat ketahanan nilai Rupiah pada Kamis, 22 Agustus 2024 lalu yang ditutup pada level Rp15.595 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, Yield SBN 10 tahun turun menjadi 6,63 persen.

    Sedangkan indeks dollar AS atau DXY melemah ke level 101,51. Adwpun Yield UST (US Treasury) tenor 10 tahun turun ke level 3,852 persen.

    Rupiah Menguat di Tengah Gojak Politik

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada penutupan perdagangan Jum'at, 23 Agustus 2024, memantul kembali setelah beberapa hari melemah. Pada penutupan hari ini, rupiah berada di Rp15.485 per dolar AS, mengalami penguatan sebesar 0,71 persen dibandingkan penutupan kemarin, Kamis, 22 Agustus 2024.

    Penguatan rupiah ini muncul di tengah ketidakpastian global menjelang hasil simposium Federal Reserve (The Fed) dan meredanya ketegangan politik domestik setelah DPR membatalkan revisi RUU Pilkada.

    Ketegangan politik domestik mulai mereda setelah DPR memutuskan untuk membatalkan rapat paripurna yang bertujuan merevisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

    Pembatalan ini terjadi setelah demonstrasi besar-besaran oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dan kelompok buruh pada Kamis, 22 Agustus 2024.

    Sementara itu, perhatian investor tertuju pada Simposium Jackson Hole ke-47 yang akan dimulai malam ini. Simposium ini mengusung tema “Reassessing the Effectiveness and Transmission of Monetary Policy” dan dihadiri oleh para ekonom dan pembuat kebijakan global.

    Acara ini sangat dinantikan karena Chairman The Fed, Jerome Powell, diharapkan memberikan wawasan tentang arah kebijakan suku bunga ke depan, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga dan dampaknya terhadap inflasi.

    Dengan inflasi AS yang melandai ke 2,9 persen pada Juli 2024—terendah sejak Maret 2021—investor berharap Powell akan memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana The Fed berencana menangani situasi ekonomi yang berkembang dan meningkatnya tingkat pengangguran.

    Peredaran Uang Tumbuh

    BI mencatatkan pertumbuhan positif uang beredar luas (M2) pada Juli 2024 mencapai Rp8.970,8 triliun, atau sebesar 7,4 persen dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy). angka ini sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 7,7 persen yang tercatat pada bulan Juni 2024.

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap, pertumbuhan M2 pada Juli didorong oleh dua komponen utama yaitu uang beredar sempit (M1) yang tumbuh sebesar 6,3 persen yoy dan uang kuasi yang meningkat sebesar 7,2 persen yoy.

    “M1 mencakup uang tunai dan simpanan yang dapat segera digunakan, sementara uang kuasi mencakup simpanan yang lebih jarang dipindahkan,” ujar Perry dalam pernyataannya, Jumat, 23 Agustus 2024.

    Adapun perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Penyaluran kredit pada Juli 2024 meningkat sebesar 11,6 persen yoy, sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 11,4 persen yoy pada bulan sebelumnya.

    Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mencatat pertumbuhan sebesar 15,8 persen yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan 14,1 persen yoy yang tercatat pada Juni 2024.

    Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen yoy, setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,1 persen yoy pada bulan Juni 2024.

    Kontraksi ini menunjukkan adanya penurunan dalam komponen aktiva luar negeri bersih, yang dapat mempengaruhi dinamika likuiditas perekonomian secara keseluruhan.

    Secara keseluruhan, meskipun ada penurunan dalam pertumbuhan M2, faktor-faktor yang mendukung seperti penyaluran kredit dan tagihan kepada pemerintah menunjukkan kinerja yang positif dan memberikan gambaran stabil bagi perekonomian nasional. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi