KABARBURSA.COM - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyebutkan ada sejumlah target pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diperkirakan tidak akan tercapai hingga akhir 2024.
Rachmat memaparkan bahwa ada 11 indikator yang diperkirakan tidak tercapai, tiga indikator diperkirakan tercapai, dan dua indikator sudah tercapai.
Salah satu yang tidak tercapai adalah sektor perekonomian, mencakup empat indikator utama, yakni pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, share industri pengolahan, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
“Tahun 2023, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,05 persen, sedangkan RPJMN menargetkan 6,2-6,5 persen dan RKP 5,3-5,7 persen. Dengan kondisi ini, kami memperkirakan target tersebut tidak akan tercapai," ujar Rachmat dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada Selasa, 12 November 2024.
Untuk pertumbuhan investasi, Rachmat menjelaskan bahwa capaian tahun 2023 hanya 4,4 persen, sementara target RPJMN adalah 6,6-7 persen, yang diperkirakan juga tidak tercapai. Begitu pula dengan share industri pengolahan yang tidak memenuhi target, yakni sebesar 18,67 persen pada 2023, lebih rendah dari target RPJMN yang sebesar 21 persen.
Selain itu, indikator TPT yang pada 2023 tercatat 5,32 persen juga tidak tercapai, mengingat target RPJMN sebesar 3,6-4,3 persen dan RKP 5,0-5,7 persen.
Indikator kesejahteraan sosial juga menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Rachmat menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan yang diharapkan turun ke angka 6-7 persen pada 2024, tercatat 9,36 persen pada 2023, sementara rasio gini yang diharapkan menurun juga tidak tercapai.
Namun, ada satu indikator sosial yang sudah tercapai, yakni nilai tukar petani yang tercatat mencapai 112,46 pada 2023, lebih tinggi dari target RPJMN sebesar 105.
Di sektor energi dan pangan, Rachmat menyampaikan bahwa skor pola pangan harapan diperkirakan akan tercapai dengan capaian 94,1 pada 2023, mendekati target RPJMN sebesar 95,2. Namun, ketersediaan beras diperkirakan tidak tercapai, dengan capaian 38,32 juta ton pada 2023, jauh dari target RPJMN yang sebesar 46,8 juta ton.
Indeks penurunan emisi GRK, yang menjadi salah satu indikator penting, diperkirakan tercapai dengan capaian 27,82 persen pada 2022, lebih tinggi dari target RPJMN sebesar 27,27 persen. Namun, indikator porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional diperkirakan tidak tercapai, dengan capaian 13,21 persen pada 2023, jauh dari target RPJMN yang sebesar 23 persen.
Indikator dari sektor sumber daya manusia, seperti angka partisipasi pendidikan tinggi dan prevalensi stunting pada balita, juga diperkirakan tidak tercapai, sementara rata-rata lama sekolah dan angka kematian ibu diperkirakan akan tercapai.
Rachmat menambahkan bahwa seluruh evaluasi capaian ini telah disusun dalam buku ringkasan evaluasi kinerja RPJMN 2020-2024, yang mencakup kinerja makro dan agenda pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah.
Pertumbuhan Ekonomi RI Triwulan III Turun
Kementerian Koordinator Perekonomian mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2024 tumbuh sebesar 4,95 persen (year on year/YoY), atau 1,5 persen (Quarter to Quartet/QtQ), atau sebesar 5,03 (Coast to Company/CTC) di tengah masih tingginya ketidakpastian dan berbagai tantangan global yang masih membayangi, seperti fragmentasi geoekonomi, ketegangan geopolitik, hingga proyeksi ekonomi global yang tumbuh 3,2 persen pada 2024 dan 2025, dimana masih di bawah rata-rata historis.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa ekonomi RI secara historical pada kuartal ketiga relatif turun sedikit dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. kendati demikian tetap tumbuh 5,03 persen.
Jadi, dia masih berharap bahwa perekonomian Indonesia tetap bisa terjaga hingga akhir tahun. Dalam hal ini masih berada di level 5 persen sesuai dengan target yang ada di APBN.
“Tentunya kita berharap di kuartal keempat bisa lebih baik. Dan kontribusinya walaupun dari kuartal ke kuartal masih naik sebesar 1,5 persen. Kalau kita bandingkan tiga kuartal, kuartal awal sampai dengan kuartal tiga sekarang, kita masih tumbuh 5,03 persen,” kata Airlangga Hartarto, Rabu, 6 November 2024.
Sebagaimana siklus triwulanan, pada Triwulan III pertumbuhan ekonomi cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Apalagi pada triwulan ini tidak ada dorongan event besar dan khusus, seperti Hari Besar Keagamaan atau liburan anak sekolah, seperti triwulan sebelumnya.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2024 didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali di rentang sasaran 2,5 persen ±1 persen yaitu 1,71 persen di bulan Oktober 2024 dengan rasio utang yang terkendali pada 39,4 persen di bulan Juni 2024.
Kinerja ekonomi Indonesia juga tetap solid, bahkan lebih baik dibandingkan negara maju atau negara berkembang lainnya, seperti Singapura (4,1 persen) Arab Saudi (2,8 persen), dan Meksiko (1,5 persen).
Seluruh komponen pengeluaran juga mengalami pertumbuhan positif. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,91 persen dan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,55 persen yang didorong oleh peningkatan di sektor hotel dan restoran. Sementara itu, Pembentukan Midal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,15 persen, yang didorong investasi pemerintah dan swasta, terutama dalam pembangunan infrastruktur.
Semua sektor lapangan usaha juga mengalami pertumbuhan positif, dengan lima sektor utama yang berkontribusi sebesar 64,94 persen. Sektor Transportasi dan Pergudangan tumbuh paling tinggi, mencapai 8,64 persen sejalan dengan peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang.
Sektor makanan dan minuman tumbuh 8,33 persen seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions), dan event internasional seperti Moto GP Mandalika, dan PON XXI.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi terjadi di seluruh wilayah, meski ada pelambatan di beberapa wilayah seperti Sumatera, Sulawesi, dan Maluku-Papua. Wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan wilayah lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga semakin berkualitas. Terkait dengan angka jumlah penduduk yang bekerja bertambah 4,79 juta, menjadi 144,64 juta orang dibandingkan Agustus tahun 2023. Sementara pengangguran pun berkurang 0,39 juta orang atau 390 ribu. Menjadi 7,47 juta orang,” kata Airlangga.
Proporsi pekerja formal meningkat menjadi 42,05 persen lebih tinggi dari Agustus 2023 (40,89 persen) yang utamanya didorong oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh, karyawan atau pegawai yang tumbuh sebesar 3,44 persen (yoy).
Lebih lanjut, Airlangga juga memaparkan strategi kebijakan pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan di kuartal IV tahun 2024.
Pertama, menjaga daya beli dengan memperpanjang insentif fiskal PPN DTP dan PPnBM DTP untuk properti dan otomotif, meningkatkan kuota FLPP, meningkatkan pemanfaatan JKP, mendorong pemanfaatan dana JKK, dan mendorong kewirausaahan melalui KUR. Kedua, meningkatkan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) melalui peningkatan hilirisasi pada 26 komoditas SDA.
“Kemudian untuk meningkatkan daya saing ekonomi beberapa hal telah dilaksanakan. Baik itu untuk mendorong pemanfaatan proyek strategis nasional, pengembangan kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan insentif tax holiday yang sudah diberlakukan melalui PMK Nomor 69 tahun 2024,” pungkasnya. (*)