Logo
>

AS Tarik Stok, Harga Minyak Dunia Melesat Tajam

Ditulis oleh Yunila Wati
AS Tarik Stok, Harga Minyak Dunia Melesat Tajam

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak melonjak signifikan pada perdagangan hari Rabu waktu setempat, 15 Januari 2025. Kenaikan ini didorong oleh penarikan besar-besaran stok minyak mentah Amerika Serikat dan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan akibat sanksi terbaru yang diberlakukan oleh Amerika terhadap Rusia.

    Di sisi lain, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sedikit meredam kenaikan harga lebih lanjut.

    Minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi patokan global, ditutup melonjak USD2,11 atau 2,64 persen, berada di level USD82,03 per barel - tertinggi yang belum terlihat sejak Agustus 2024. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika, mencatat kenaikan lebih tajam sebesar USD2,54 atau 3,28 persen, mencapai USD80,04 per barel, tertinggi sejak Juli.

    Penurunan besar pada inventaris minyak mentah Amerika menjadi salah satu faktor utama di balik lonjakan ini. Data dari Badan Informasi Energi Amerika (EIA) mengungkapkan bahwa stok minyak mentah AS mencapai level terendah sejak 2022, didorong oleh meningkatnya ekspor minyak dan menurunnya tingkat impor. Kendati demikian, persediaan bensin dan bahan bakar sulingan justru meningkat melebihi ekspektasi.

    Menurut Bob Yawger, Direktur di Mizuho, pengurangan stok minyak mentah banyak dipengaruhi oleh dinamika ekspor dan impor. Ia menambahkan bahwa lonjakan ekspor merupakan hasil dari pemesanan sebelum penerapan sanksi AS yang baru terhadap Rusia. Sanksi ini, menurut Badan Energi Internasional (IEA), berpotensi mengganggu pasokan minyak Rusia secara signifikan, menciptakan tekanan pada distribusi global.

    Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, mencatat bahwa kapal tanker Rusia kini menghadapi kesulitan untuk membongkar muatan mereka di pelabuhan-pelabuhan dunia, yang dapat menyebabkan pengetatan pasokan jangka pendek.

    Di tengah kekhawatiran ini, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sedikit menenangkan pasar. Kesepakatan tersebut mencakup penghentian pertempuran di Gaza serta pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.

    Menurut Phil Flynn, analis di Price Futures Group, tercapainya kesepakatan ini membantu meredakan kekhawatiran pasar terkait potensi gangguan pasokan lebih lanjut.

    Faktor lain yang mempengaruhi pasar adalah melemahnya nilai dolar Amerika. Indeks Dolar (DXY) turun setelah data menunjukkan kenaikan harga konsumen AS sedikit melebihi ekspektasi pada Desember, membuka peluang bagi Federal Reserve untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga.

    Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang lain, sementara suku bunga yang lebih rendah cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan energi.

    Dalam proyeksinya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak global akan terus tumbuh sebesar 1,43 juta barel per hari pada tahun 2026, melanjutkan tingkat pertumbuhan yang stabil seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Optimisme ini turut menjadi penopang harga minyak di tengah ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar.

    Pengamat: Sepekan ini Harga Minyak Naik Signifikan 

    Beberapa pengamat memprediksi harga minyak dunia akan mengalami kenaikan signifikan pada pekan ini. Kenaikan tersebut dipicu oleh faktor peningkatan ketegangan geopolitik, terutama terkait dengan perang Ukraina-Rusia dan ketegangan di Timur Tengah.

    Namun, penyebab utama lonjakan harga minyak kali ini lebih dipengaruhi oleh penguatan dolar AS dan sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap Rusia.

    Analis pasar uang Lukman Leong, mengungkapkan bahwa sentimen pasar pekan ini sangat kuat, meski ia tidak dapat memprediksi seberapa besar harga minyak akan naik.

    "Permintaan global masih sangat lemah," kata Lukman saat dihubungi oleh Kabarbursa.com pada Minggu, 12 Januari 2024.

    Ia menambahkan bahwa meskipun sanksi terhadap Rusia cenderung memberikan dampak jangka pendek, faktor ini tetap berpotensi mendorong harga minyak naik, dan tren tersebut masih akan berlanjut pada pekan-pekan berikutnya.

    Sementara itu, analis komoditas sekaligus pendiri traderindo.com, Wahyu Tribowo, melihat harga minyak dunia tengah mengalami rebound signifikan sejak akhir tahun 2024. Menurutnya, kenaikan ini dipicu oleh terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, yang dikenal mendukung kebijakan yang pro terhadap sektor bahan bakar fosil.

    "AS juga meningkatkan tekanannya terhadap Rusia dan Iran, khususnya terkait potensi sanksi terhadap sektor minyak, yang bisa memicu gangguan pasokan minyak global," ujar Wahyu kepada Kabarbursa.com pada Minggu, 12 Januari 2025.

    Wahyu memprediksi bahwa harga minyak dunia pada pekan ini akan berada di kisaran USD80 per barel. Meski demikian, ia menilai bahwa harga minyak saat ini cenderung overbought dan berpotensi mengalami koreksi dalam waktu dekat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79