KABARBURSA.COM – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah, melontarkan kritik keras terhadap tumpulnya peran lembaga-lembaga internasional seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia dalam menghadapi tekanan dagang sepihak dari negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat.
“Lembaga-lembaga internasional ini kan mati suri. Mati suri, sakit gigi, semua tidak berdaya,” tegas Said di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu 16 Juli 2025.
Ia menilai, realitas geopolitik global hari ini tidak hanya soal dominasi Amerika, tetapi juga menunjukkan pola sistematis negara-negara kuat yang menekan negara berkembang dan berpenghasilan menengah seperti Indonesia.
“Kalau ini seperti ini, itu artinya geopolitik ke depan itu tidak hanya Amerika. Kita juga akan selalu berhadapan dengan negara kuat yang akan menindih yang lemah,” ujar Said.
Menurutnya, contoh konkret dari ketimpangan itu terlihat dalam kasus tarif tinggi yang diberlakukan Amerika secara sepihak terhadap produk ekspor Indonesia. Meskipun pemerintah berhasil menurunkan tarif dari 32 persen menjadi 19 persen, Said tetap menyebutnya sebagai bentuk ketidakadilan sistem perdagangan global.
“Hari ini semua negara dipaksa negosiasi sendiri-sendiri dengan Amerika. Indonesia sendiri, Jepang sendiri. Total 156 negara tidak bisa bersama-sama. Lantas, posisi WTO di mana?” sindirnya.
Said juga menyoroti pentingnya keberadaan BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa—dengan Indonesia sebagai mitra potensial) sebagai kekuatan penyeimbang dalam percaturan ekonomi global.
“Ketika kita ada di BRICS—ada China, India, Brazil, ada kita—masih pula akan diancam 10 persen tambahan (tarif). Mudah-mudahan itu tidak terjadi. BRICS sebagai kekuatan penyeimbang harus tetap eksis,” tegasnya.
Namun, ia mengingatkan agar BRICS tidak berubah haluan dan mengulangi kesalahan lembaga internasional sebelumnya.
“Tapi juga jangan sampai ke depan BRICS akan sama seperti IMF. Kelakuannya sama juga bohong bagi kita semua,” kata Said.
Menanggapi pertanyaan soal peluang negosiasi ulang terhadap tarif sepihak, Said memastikan Banggar DPR RI akan terus mendorong pemerintah untuk melakukan lobi-lobi perdagangan, sembari menyiapkan skenario ekspor ke pasar non-tradisional.
“Kalau negosiasi ulang, kita harapkan terus menerus kepada pemerintah. Karena bagaimanapun kita berkepentingan terhadap ekspor kita,” ujarnya.
Ia menyebut perluasan pangsa pasar ke negara-negara non-tradisional menjadi strategi yang tidak bisa ditawar untuk menghindari ketergantungan terhadap pasar-pasar dominan yang rawan tarif sepihak.
“Bahasa sehari-hari yang kita sampaikan ke pemerintah: tolong perluas ekspor ke negara-negara non-tradisional,” imbuh Said.
Terkait kemungkinan ancaman terhadap kesepakatan perdagangan yang tidak adil, Said menilai penting bagi pemerintah untuk menyiapkan langkah mitigasi yang konkret. Banggar DPR RI, kata dia, telah sepakat dengan pemerintah untuk membuat desain kebijakan penanggulangan dampak tarif sepihak.
“Ancaman secara langsung tidak ada. Tapi mitigasi harus disiapkan. Apapun yang terjadi dengan tarif sepihak, kita harus punya desain kebijakannya. Kita sudah minta pemerintah segera membuat itu semua,” pungkasnya.(*)