KABARBURSA.COM - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,8 persen pada 2025, sedikit melambat dibanding proyeksi tahun ini yang berada di kisaran 5,0 persen.
Namun, pada 2026, laju pertumbuhan diproyeksikan tetap berada di level 4,8 persen, menandakan potensi stagnasi ekonomi di tengah bayang-bayang ketidakpastian global dan tantangan domestik yang belum terurai.
Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, yang dirilis pada Selasa7 OPktober 2025, Bank Dunia menilai bahwa belanja pemerintah masih menjadi pilar utama penopang pertumbuhan Indonesia—terutama pada sektor pangan, transportasi, energi, dan investasi BUMN. Meski demikian, lembaga tersebut menegaskan bahwa arah belanja jauh lebih penting dibanding besarnya nominal, sehingga efektivitas kebijakan fiskal menjadi kunci untuk menjaga daya tahan ekonomi.
“Pertumbuhan sekitar lima persen memang tergolong baik, namun kualitasnya akan sangat bergantung pada arah kebijakan fiskal, deregulasi, serta kemudahan berusaha,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Lembaga keuangan internasional itu mencatat, Indonesia—bersama China—masih sangat mengandalkan stimulus fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan. Namun tanpa reformasi struktural yang mendalam, potensi ekonomi jangka menengah dinilai rawan mengalami perlambatan permanen.
Bank Dunia merekomendasikan agar pemerintah mempercepat penyederhanaan perizinan usaha, deregulasi sektor jasa, serta efisiensi belanja publik. Ketiga langkah tersebut diyakini dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif dan memperluas basis pertumbuhan di luar konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Secara regional, pertumbuhan Asia Timur dan Pasifik juga diperkirakan akan melambat. Bank Dunia memproyeksikan ekspansi ekonomi kawasan mencapai 4,8 persen pada 2025, turun dari 5,0 persen pada 2024, sebelum kembali melemah ke 4,3 persen pada 2026.
Di antara negara-negara kawasan, Vietnam muncul sebagai bintang baru dengan proyeksi pertumbuhan tertinggi, mencapai 6,6 persen pada 2025, mencerminkan daya dorong kuat dari investasi asing dan ekspor manufaktur yang terus berkembang.(*)