KABARBURSA.COM - Bank Sentral Swiss atau Swiss National Bank (SNB) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada Kamis, 12 Desember 2024. Penurunan ini menjadi yang terbesar dalam hampir 10 tahun terakhir. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi pemotongan serupa oleh bank sentral lainnya dan membatasi penguatan franc Swiss.
SNB menurunkan suku bunga kebijakan dari 1,0 persen menjadi 0,5 persen, level terendah sejak November 2022. Meskipun pasar telah memprediksi langkah ini, lebih dari 85 persen ekonom dalam survei Reuters sebelumnya memperkirakan penurunan yang lebih kecil, yakni 25 basis poin.
Keputusan ini membuat franc Swiss melemah. Euro naik hampir 0,7 persen terhadap franc Swiss menjadi 0,9339 franc, sementara dolar AS naik 0,4 persen menjadi 0,8883 franc. Saham Swiss menguat dan mendorong indeks utama Zurich naik 0,45 persen pada hari itu.
Penurunan suku bunga ini merupakan yang terbesar sejak Januari 2015, ketika SNB secara tiba-tiba mengakhiri kebijakan nilai tukar minimum terhadap euro. “Dengan pelonggaran kebijakan moneter hari ini, kami mengantisipasi tekanan inflasi yang lebih rendah,” kata Ketua SNB yang baru, Martin Schlegel, dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters di Jakarta.
Schlegel juga menegaskan SNB akan terus memantau situasi dan menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan untuk memastikan inflasi tetap berada dalam kisaran target stabilitas harga jangka menengah.
Keputusan ini adalah yang pertama di bawah kepemimpinan Schlegel, serta menandai akselerasi dari kebijakan pendahulunya, Thomas Jordan, yang sebelumnya melakukan tiga kali penurunan sebesar 25 basis poin tahun ini. Langkah ini dimungkinkan oleh inflasi Swiss yang rendah, yakni 0,7 persen pada November 2024, di mana tetap berada dalam target SNB sebesar 0-2 persen sejak Mei 2023.
Namun, Schlegel mengingatkan ketidakpastian terhadap perkembangan harga di masa depan masih tinggi. SNB memproyeksikan inflasi Swiss pada 2025 akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Tekanan Global dan Tantangan Ekspor
Bank Sentral Eropa diperkirakan juga akan memangkas suku bunga pada Kamis hari ini, sementara Federal Reserve atau The Fed di AS dijadwalkan melakukan hal yang sama pada 18 Desember. Bank of Canada telah lebih dulu memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada Rabu kemarin.
Perbedaan suku bunga yang semakin kecil antara Swiss dan negara lain meningkatkan daya tarik franc Swiss sebagai aset aman, sehingga memperkuat mata uang tersebut. Penguatan franc menjadi tantangan tambahan bagi eksportir Swiss yang produknya menjadi lebih mahal di pasar internasional, terutama saat permintaan di Eropa dan China melemah.
“Inflasi rendah dan risiko terhadap ekonomi Eropa, yang berdampak pada ekonomi Swiss, kemungkinan menjadi alasan utama pemangkasan suku bunga ini,” kata Alessandro Bee, ekonom UBS. “Dengan memangkas 50 basis poin, SNB tampaknya ingin secara proaktif mengantisipasi penguatan franc yang berlebihan.”
SNB kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Swiss pada 2025 berada di kisaran 1-1,5 persen, lebih rendah dari prediksi sebelumnya sebesar 1,5 persen. Untuk inflasi, SNB memproyeksikan kenaikan harga sebesar 1,1 persen pada 2024, 0,3 persen pada 2025, dan 0,8 persen pada 2026, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 1,2 persen, 0,6 persen, dan 0,7 persen.
“Panduan SNB untuk potensi penurunan lebih lanjut menjadi lebih lunak. Namun, dengan langkah ini, mereka kemungkinan telah memperkuat ekspektasi pasar untuk suku bunga yang lebih rendah,” ujar Kepala Riset Makro dan Pendapatan Tetap di Raiffeisen, Alexander Koch.
Jika SNB tidak melanjutkan kebijakan ini pada pertemuan mendatang, Koch memperingatkan bahwa potensi penguatan kembali franc Swiss cukup besar.
The Fed di Persimpangan Jalan
Ada drama seru di dunia keuangan Amerika. Christopher Waller, anggota penting Dewan Gubernur The Fed, buka-bukaan di Universitas George Washington soal rencana lembaganya untuk menurunkan suku bunga. Dia bilang, “Saya condong mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan Desember.”
Tapi ada syarat—kalau data inflasi sebelum itu menunjukkan kejutan buruk, rencananya bisa langsung dirombak.
Dilansir dari Apnews, Selasa, 3 Desember 2024, Waller cukup optimistis kalau inflasi bakal jinak, tapi dia juga realistis. Katanya, inflasi bisa saja “nyangkut di atas” target Fed yang cuma 2 persen. Kalau itu kejadian, Fed mungkin bakal mikir-mikir ulang buat turun tangan bulan ini.
Bukan cuma Waller, Raphael Bostic dari Fed Atlanta juga masih menggantung keputusan. Dia bilang, “Saya masih buka semua opsi.” Jadi, kalau kamu nunggu kepastian, sama seperti Waller, kita semua cuma bisa lihat data terbaru sambil makan popcorn.
Di 2022, inflasi sempat jadi “boss level” buat The Fed. Setelah kena puncak, inflasi mulai turun, dan Fed pun pelan-pelan nurunin suku bunga: setengah poin di September, seperempat poin di November. Tapi di Oktober, inflasi inti (tanpa makanan dan energi) malah naik lagi dari 2,7 persen jadi 2,8 persen. Tak heran, Waller bilang rasanya kayak MMA fighter. Dia merasa sudah “ngunci inflasi di choke hold,” tapi inflasi ini licin banget, selalu lolos.
Peningkatan inflasi nggak berdiri sendiri. Ada kabar kemenangan Donald Trump dengan rencana tarif impor besar-besaran dan deportasi massal. Dua faktor ini bisa bikin harga-harga melambung lagi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga tak main-main, terutama belanja konsumen yang moncer di kuartal ketiga tahun ini.
Waller meyakinkan, meskipun suku bunga tinggi, memotong seperempat poin lagi tak bakal bikin inflasi balik liar. Katanya, “Potongan ini cuma bikin kita enggak nginjek rem sekeras sebelumnya.” Tapi dia juga tak mau gegabah. Kalau data ekonomi ternyata nggak sesuai ekspektasi The Fed, Waller siap menarik rem tangan dan mempertahankan suku bunga.(*)