Logo
>

Baterai LFP jadi Sorotan, ini Kelebihannya untuk EV

Ditulis oleh Syahrianto
Baterai LFP jadi Sorotan, ini Kelebihannya untuk EV

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Baterai lithium ferro phosphate (LFP) telah menjadi sorotan dalam industri otomotif global seiring dengan peningkatan adopsi kendaraan listrik (EV), yang menghadapi tantangan tingginya biaya produksi.

    Baterai merupakan komponen paling mahal dari sebuah EV, menyumbang sepertiga dari total biaya produksi mobil listrik.

    Karena alasan ini, produsen mobil di China mulai beralih ke baterai LFP yang lebih murah dibandingkan dengan paket baterai lainnya. Kini, pabrikan di Amerika Serikat seperti Ford Motor Co dan Tesla Inc juga berupaya mengejar ketertinggalan.

    Komponen utama dalam baterai litium-ion untuk kendaraan listrik adalah katoda, yang menentukan kapasitas energi dan kecepatan pengisian baterai. Sebagian besar katoda baterai litium-ion terbuat dari nikel dan kobalt.

    Penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi LFP sebagai teknologi katoda yang potensial pada akhir 1990-an, dan perusahaan-perusahaan di China mulai mengomersialkannya pada pertengahan 2000-an untuk mendukung industri yang sedang berkembang. Pembuat kendaraan listrik di negara-negara Barat juga mulai mengadopsi teknologi ini.

    Tesla menggunakan LFP di pabriknya di Shanghai, menurut laporan Bloombergs. Ford berencana menggunakannya pada kendaraan sport Mustang Mach-E tahun ini dan pada pikap F-150 Lightning mulai 2024. Mercedes-Benz, Volkswagen, dan Rivian Automotive juga telah berkomitmen untuk menggunakan LFP.

    Bijih besi lebih melimpah dan lebih murah untuk diekstraksi dan dimurnikan dibandingkan dengan nikel dan kobalt, sehingga biaya produksi baterai LFP menjadi lebih rendah. Selain itu, bijih besi juga tidak mudah terbakar.

    Namun, bijih besi tidak dapat menyimpan energi sebanyak katoda nikel dalam ruang yang sama, sehingga diperlukan baterai yang lebih besar dan lebih berat untuk mencapai jarak dan kinerja yang sama.

    Untuk mengurangi polusi perkotaan, China mulai menggunakan LFP pada bus, karena rasio bobot terhadap daya tidak sepenting pada mobil. Seiring dengan efisiensi desain baterai yang meningkat, produsen mobil China juga mulai mengadopsi LFP.

    Adapun pakar otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menjelaskan beberapa keunggulan baterai lithium ferro phosphate (LFP) untuk kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle atau BEV).

    Pertama, baterai LFP memiliki stabilitas termal yang lebih baik dibandingkan dengan jenis baterai litium-ion lainnya, karena lebih tahan terhadap panas berlebih dan memiliki risiko terbakar serta meledak (thermal runout) yang lebih rendah. Hal ini membuat baterai LFP memiliki siklus hidup yang lebih panjang.

    "Baterai LFP dapat diisi ulang dan dikosongkan lebih banyak kali sebelum kapasitasnya menurun secara signifikan, sehingga dapat bertahan lebih lama dan mengurangi kebutuhan penggantian baterai," jelas Yannes.

    Kedua, Yannes juga menyebutkan bahwa bahan baku baterai LFP lebih mudah didapatkan, lebih murah, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan beberapa jenis baterai litium-ion lainnya yang menggunakan bahan langka dan berpotensi berbahaya.

    Ketiga, dari segi biaya produksi, baterai LFP cenderung lebih murah dibandingkan dengan jenis baterai litium-ion lainnya, sehingga dapat membantu menurunkan harga kendaraan listrik secara keseluruhan. Harga baterai bisa mencapai 30-40 persen dari total harga mobil listrik.

    Keempat, baterai LFP memiliki kemampuan pengisian cepat yang baik, memungkinkan pengisian daya dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan beberapa jenis baterai lainnya.

    "Kelima, baterai LFP cenderung memiliki performa yang lebih stabil pada suhu tinggi dan rendah, memberikan daya yang konsisten dalam berbagai kondisi cuaca," kata Yannes.

    Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) berjudul Trends in Electric Vehicle Batteries, LFP adalah kimia baterai yang paling umum di pasar mobil listrik China, sementara baterai nickel manganese cobalt (NMC) lebih umum di pasar EV Eropa dan AS.

    Pangsa baterai LFP dalam penjualan EV di Eropa dan AS masih di bawah 10 persen, dengan kimia nikel tinggi tetap yang paling umum di pasar ini. Meningkatnya permintaan baterai EV adalah kontributor terbesar terhadap peningkatan permintaan logam penting seperti litium.

    Permintaan baterai untuk litium mencapai sekitar 140 kiloton (kt) pada 2023, 85persen  dari total permintaan litium dan naik lebih dari 30 persen dibandingkan dengan 2022; untuk kobalt, permintaan baterai naik 15 persen menjadi 150 kt atau 70 persen dari total permintaan kobalt.

    Pertumbuhan permintaan baterai juga meningkatkan total permintaan nikel, mencakup lebih dari 10 persen dari total permintaan nikel. Permintaan baterai untuk nikel mencapai hampir 370 kt pada 2023, naik hampir 30 persen dibandingkan dengan 2022.

    Namun, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA), Hendra Sinadia, baterai LFP memiliki keterbatasan untuk penggunaan EV jarak jauh. Hal ini menjadi alasan beberapa pemilik EV di Barat kembali beralih ke mobil berbahan bakar fosil. Menurut Hendra, perjalanan bisa terhambat karena ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) fast charging untuk baterai LFP masih terbatas.

    "Selain itu, perawatan EV memerlukan servis rutin, terutama untuk AC dan ban, meskipun biaya perawatannya tidak tinggi. Oleh karena itu, IMA yakin permintaan nikel akan terus meningkat karena konsumen membutuhkan baterai EV dengan kapasitas penyimpanan listrik yang lebih lama," ujar Hendra. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.