Logo
>

Batu Bara Menguat Terdorong Permintaan Tinggi dan Kenaikan Gas

Ditulis oleh Yunila Wati
Batu Bara Menguat Terdorong Permintaan Tinggi dan Kenaikan Gas

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga batu bara global menunjukkan tren penguatan pada Rabu, 11 September 2024, dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dari negara-negara Asia Tenggara serta penguatan harga gas. Harga batu bara Newcastle, salah satu acuan utama dalam perdagangan batu bara, mengalami kenaikan signifikan.

    Untuk kontrak September 2024, harga batu bara Newcastle naik sebesar USD0,25 menjadi USD139 per ton. Harga batu bara untuk Oktober 2024 juga mengalami kenaikan senilai USD0,4 menjadi USD136 per ton. Namun, untuk November 2024, harga sedikit menurun sebesar USD0,1 menjadi USD137,5 per ton.

    Sementara itu, di pasar batu bara Rotterdam, harga menunjukkan pergerakan campur aduk. Harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 melemah sebesar USD0,2 menjadi USD113,45 per ton. Namun, untuk Oktober 2024, harga meningkat USD1 menjadi USD114,15 per ton, dan November 2024 mengalami kenaikan yang lebih moderat, naik USD0,95 menjadi USD114,35 per ton.

    Menurut laporan terbaru dari Energynews, Asia Tenggara, termasuk negara-negara seperti Vietnam dan Filipina, diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan dalam impor batu bara. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan energi di wilayah tersebut. Permintaan dari negara-negara Asia Tenggara, yang menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kebutuhan listrik yang meningkat, menjadi faktor utama yang mendorong permintaan batu bara global.

    Vietnam, dalam hal ini, menonjol sebagai pasar utama dengan kebutuhannya yang terus meningkat untuk pembangkit listrik. Negara ini, di bawah pengelolaan Vinacomin milik negara, merencanakan impor batu bara sebanyak 66 juta ton pada akhir tahun 2024, meningkat dari 47,8 juta ton pada tahun 2023. Di masa depan, Vietnam diperkirakan akan mencapai puncak impor sebesar 86 juta ton per tahun pada tahun 2035.

    Filipina juga menunjukkan tren serupa, dengan peningkatan impor batu bara sebesar 7,6 persen dalam delapan bulan pertama tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan energi yang semakin meningkat di negara tersebut.

    Prospek Global dan Pengaruh Gas

    Menurut Asosiasi Penambang Batu Bara Indonesia (APBI), impor batu bara dari China dan India diharapkan akan mencapai puncaknya pada tahun 2025, menandai titik balik bagi pasar batu bara global. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara Asia, khususnya, menjadi pasar yang semakin menarik bagi para eksportir batu bara.

    Di sisi lain, harga gas juga mengalami penguatan yang turut mempengaruhi pasar batu bara. Harga gas untuk Oktober 2024 meningkat sebesar 2,4 persen menjadi 36,15 Euro per MWh. Kenaikan ini didorong oleh potensi gangguan pasokan LNG akibat Badai Francine serta pemeliharaan infrastruktur gas Norwegia yang membatasi aliran gas.

    Meskipun risiko gangguan massal pada terminal ekspor LNG di AS telah mereda, badai tersebut masih dapat mempengaruhi pasokan di beberapa terminal utama seperti Calcasieu Pass dan Cameron. Selain itu, pemeliharaan infrastruktur gas Norwegia diperkirakan akan kembali normal pada akhir bulan ini, memberikan tekanan bullish pada harga gas.

    Dengan meningkatnya permintaan batu bara dari negara-negara Asia Tenggara dan penguatan harga gas, pasar batu bara global mengalami pergeseran yang signifikan. Kenaikan harga batu bara Newcastle dan Rotterdam mencerminkan optimisme terhadap permintaan yang terus meningkat di pasar utama seperti Vietnam dan Filipina. Sementara itu, dinamika harga gas menunjukkan kompleksitas pasar energi global yang saling terkait.

    Perkembangan ini menunjukkan pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar energi global untuk memahami tren dan potensi perubahan harga di masa depan.

    Sementara itu, kenaikan harga batu bara global dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia sebagai salah satu produsen utama batu bara di dunia. Peningkatan harga batu bara akan berdampak pada peningkatan penerimaan negara dari sektor ekspor batu bara. Dengan pertumbuhan permintaan dari negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina, Indonesia berpotensi mengalami lonjakan dalam ekspor batu bara, yang dapat meningkatkan pendapatan negara.

    Kenaikan ini juga dapat menarik investasi lebih lanjut dalam sektor pertambangan di Indonesia. Emiten-emiten yang bergerak di bidang pertambangan batu bara mungkin akan mendapatkan lebih banyak investasi dan memperluas kapasitas produksi mereka untuk memenuhi permintaan global yang meningkat.

    Sedangkan naiknya harga gas juga dapat mempengaruhi sektor energi Indonesia, terutama dalam konteks transisi energi dan kebijakan energi nasional. Jika harga gas meningkat secara signifikan, hal ini dapat mempengaruhi biaya energi domestik dan dorong untuk mencari sumber energi alternatif atau investasi dalam infrastruktur energi yang lebih efisien.

    Respon Positif Sejumlah Emiten

    Sejumlah emiten di Indonesia ikut terpengaruh kenaikan harga batu bara ini. Sebut saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy dapat mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih seiring dengan kenaikan harga batu bara global. Peningkatan ekspor ke negara-negara Asia Tenggara yang meningkat permintaannya dapat mendukung pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.

    Emiten lain yang memperoleh keutungan dari kenaikan harga batu bara ini adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Dengan potensi peningkatan volume ekspor dan harga jual batu bara, perusahaan ini mungkin akan merasakan dampak positif pada laba dan arus kas mereka.

    Ada pula PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kinerja PT Bukit Asam, yang merupakan salah satu produsen batu bara terkemuka di Indonesia, dapat terdongkrak oleh harga batu bara yang lebih tinggi. Perusahaan ini mungkin akan memperlihatkan kinerja yang lebih baik dalam laporan keuangannya jika tren harga ini berlanjut.

    Sementara, dari emiten energi dan infrastruktur terlihat, kenaikan harga batu bara dapat berdampak pada biaya operasional PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), terutama jika PGAS terlibat dalam sektor distribusi dan infrastruktur gas. Kenaikan harga gas mungkin mempengaruhi margin keuntungan perusahaan dan dapat mempengaruhi biaya konsumsi gas di pasar domestik.

    Begitu pula dengan PT PLN (Persero). Sebagai penyedia utama listrik di Indonesia, PT PLN mungkin menghadapi tekanan biaya yang meningkat jika harga gas dan batu bara meningkat. Hal ini bisa mempengaruhi biaya produksi listrik dan tarif yang dikenakan kepada konsumen.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79