Logo
>

BEI Prediksi Transaksi Saham Rp14,5 Triliun per Hari di 2026

BEI memperkirakan nilai transaksi harian di 2026 mencapai Rp14,5 triliun. Meski sedikit turun dari 2025, Bursa menilai tahun depan akan jadi fase konsolidasi yang produktif bagi pasar modal Indonesia.

Ditulis oleh Yunila Wati
BEI Prediksi Transaksi Saham Rp14,5 Triliun per Hari di 2026
Gedung Bursa Efek Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah bersiap memasuki fase baru di 2026 dengan sikap yang lebih hati-hati namun tetap optimistis. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa, Direktur BEI Iman Rachman mengungkapkan, nilai transaksi harian (RNTH) tahun depan diperkirakan akan mencapai Rp14,5 triliun dengan 555 pencatatan efek baru, mencakup saham, obligasi, ETF, DIRE, hingga efek beragun aset (EBA).

    Angka ini memang sedikit di bawah realisasi 2025 yang telah menembus Rp16,46 triliun, tetapi BEI menilai target tersebut realistis. Tahun depan diproyeksikan sebagai periode konsolidasi pasar setelah reli dan lonjakan aktivitas besar selama 2025. 

    Dalam bahasa pasar, ini bisa dibaca sebagai fase “tarik napas” sebelum melangkah lebih jauh.

    Meski terkesan konservatif, BEI tetap menaruh fokus pada dua hal penting, yaitu likuiditas dan inklusi. Likuiditas tetap menjadi nyawa pasar, sementara perluasan akses investor menjadi fondasi pertumbuhan jangka panjang. 

    Iman menekankan bahwa RKAT 2026 merupakan bagian dari fase pertama Master Plan BEI 2026–2030 yang menekankan “demokratisasi investasi” dan peningkatan kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar.

    Jika melihat capaian sepanjang 2025, fondasi menuju 2026 memang cukup solid. IHSG berhasil tumbuh 16,83 persen hingga 24 Oktober 2025 dan sempat menembus rekor tertinggi di 8.354 poin. Kapitalisasi pasar bahkan melesat 23 persen menjadi Rp15.234 triliun. Ini menjadi salah satu pencapaian tertinggi dalam sejarah pasar modal Indonesia.

    Dari sisi aktivitas, geliat perdagangan juga luar biasa. Produk non-saham seperti structured warrant, derivatif, hingga unit karbon mulai menunjukkan kontribusi nyata. Keseluruhan total nilai transaksi non-saham mencapai Rp4,48 triliun dan perdagangan surat utang via repo menembus Rp6 triliun per hari. 

    Bahkan carbon trading yang baru diluncurkan mencatat transaksi Rp27,9 miliar hingga Oktober. Sebuah sinyal bahwa investor mulai melirik kelas aset baru ini.

    Namun, di balik angka besar itu, BEI tampaknya sadar bahwa euforia pasar tidak akan bisa terus berlanjut tanpa fondasi yang kuat. Target RNTH Rp14,5 triliun menunjukkan pendekatan yang lebih realistis, menyesuaikan dengan kondisi makro global, arah suku bunga, dan stabilitas domestik. 

    Optimisme itu juga tercermin dari proyeksi internal BEI, di mana pendapatan 2026 ditargetkan naik 9,54 persen menjadi Rp1,94 triliun, dan laba bersih meningkat 18 persen ke Rp300,81 miliar. 

    Dengan posisi kas di atas Rp3,41 triliun dan rasio modal yang kuat, BEI menyiapkan diri bukan hanya sebagai penyelenggara bursa, tapi juga pusat inovasi dan konektivitas pasar kawasan.

    Dari sisi supply, jumlah emiten baru masih bertambah, dengan 23 perusahaan baru melantai di 2025 dan total 955 saham tercatat. Sementara demand-nya juga mengesankan. Jumlah investor pasar modal kini mencapai 19,1 juta, tumbuh 28 persen dalam setahun. Di antaranya, 8 juta adalah investor saham aktif, naik hampir lima kali lipat sejak 2020.

    Secara umum, arah BEI menuju 2026 tampak seperti upaya menyeimbangkan optimisme dengan kehati-hatian. Setelah fase ekspansi masif di 2025, kini fokus bergeser ke stabilitas dan penguatan infrastruktur. 

    Dengan 239 hari bursa yang direncanakan tahun depan, Bursa berupaya menjaga momentum tanpa menciptakan risiko panas berlebihan di pasar.

    Jika semua berjalan sesuai rencana, 2026 bisa menjadi tahun stabilisasi strategis bagi pasar modal Indonesia, tidak spektakuler, tapi kokoh. Sebuah fondasi yang dibutuhkan sebelum memasuki dekade baru pasar yang lebih inklusif, digital, dan kompetitif secara global.

    Singkatnya, setelah tahun penuh pesta di 2025, 2026 tampaknya akan menjadi tahun “berbenah dengan sadar”. Pasar mungkin tidak seatraktif sebelumnya, tapi justru di fase seperti inilah kualitas likuiditas dan ketahanan investor akan benar-benar diuji.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79