KABARBURSA.COM - Pasar saham China mengalami penurunan signifikan setelah Beijing mengumumkan penundaan stimulus tambahan, Selasa, 8 Oktober 2024. Kabar ini juga mengakhiri reli yang telah berlangsung selama beberapa pekan.
Setelah pembukaan kembali bursa setelah libur Golden Week, investor terkejut ketika pejabat Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) menyatakan bahwa tidak ada langkah besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pada sesi pagi, indeks CSI 300 mengalami lonjakan hampir 11 persen sebelum akhirnya ditutup dengan kenaikan 6,1 persen. Meskipun masih positif, penguatan ini tidak mampu mempertahankan momentum, terutama ketika saham-saham di Hong Kong anjlok 11 persen. Reli sebelumnya didorong oleh ekspektasi terhadap langkah-langkah stimulus, termasuk penurunan suku bunga dan aliran dana untuk mendukung sektor perbankan dan saham.
Skeptisisme di kalangan investor mulai meningkat, dengan banyak yang mempertanyakan komitmen Beijing untuk memberikan dukungan lebih lanjut.
"Daya tahan reli ini akan bergantung pada seberapa konkret tindakan yang diambil pemerintah," kata Aleksey Mironenko dari Leo Wealth.
Ketidakpastian ini mendorong investor untuk berhati-hati, menunggu kejelasan dari pemerintah mengenai kebijakan fiskal yang akan datang.
Perputaran omzet di bursa Shanghai dan Shenzhen melonjak hingga 2,46 triliun yuan (sekitar USD348 miliar) pada sesi perdagangan terakhir, mendekati rekor sebelumnya. Namun, lonjakan ini tidak cukup untuk mengimbangi kekhawatiran mengenai kelebihan bobot yang mungkin dialami pasar setelah reli yang signifikan.
Sejumlah analis, termasuk dari Morgan Stanley, memperingatkan bahwa pasar A China yang panas dan keputusan kebijakan yang baru saja diumumkan berpotensi menjadi risiko bagi investor. Mereka menekankan perlunya tindakan nyata yang mendukung pernyataan stimulus sebelumnya, dan beberapa mengkhawatirkan bahwa banyak saham kini telah mencapai level yang terlalu tinggi.
Meskipun pejabat NDRC menyatakan akan mempercepat pengeluaran dan menerbitkan obligasi pemerintah jangka panjang untuk mendukung proyek besar, pasar tetap tidak stabil. Yuan offshore sempat melemah, mencerminkan ketidakpastian di pasar. Menurut Eva Lee dari UBS, tanpa langkah besar yang jelas pada akhir tahun, pasar mungkin akan terjebak di level saat ini.
Dengan target pertumbuhan sekitar 5 persen untuk tahun ini, Beijing menghadapi tantangan berat, terutama dengan data ekonomi yang menunjukkan lesunya belanja konsumen dan dampak terus-menerus dari penurunan sektor properti.
Sejarah menunjukkan bahwa ketika Beijing beralih ke mode stimulus, pasar seringkali mengalami siklus naik-turun yang dramatis, dan investor kini tampaknya ragu-ragu menunggu kepastian dari pemerintah.
Taktik Stimulus Beijing
Dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin mendalam, pemerintah China telah mengumumkan berbagai langkah stimulus yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas di pasar. Langkah-langkah ini mencakup pengurangan suku bunga, penyuntikan likuiditas ke dalam sistem perbankan, dan program dukungan untuk sektor-sektor yang paling terdampak, seperti real estat dan konsumsi.
Salah satu langkah kunci yang diambil oleh pemerintah adalah penurunan suku bunga acuan. Bank Rakyat China (PBOC) telah memangkas suku bunga untuk meningkatkan pinjaman bagi bisnis dan konsumen. Langkah ini bertujuan untuk merangsang konsumsi dan investasi yang belakangan ini lesu. Sebagai tambahan, PBOC juga memberikan aliran dana kepada bank-bank untuk memastikan mereka memiliki cukup likuiditas guna mendukung pinjaman ke sektor-sektor yang membutuhkan.
Sektor real estat, yang sebelumnya menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, telah mengalami kesulitan yang signifikan. Dalam upaya untuk memulihkan kepercayaan investor dan mendorong pembelian rumah, pemerintah telah meluncurkan program dukungan, termasuk penawaran pinjaman dengan bunga rendah dan keringanan pajak bagi pembeli pertama. Para analis memperkirakan bahwa langkah-langkah ini akan membantu mengurangi beban utang yang dihadapi oleh banyak pengembang.
Selain stimulus jangka pendek, pemerintah juga berfokus pada reformasi kebijakan dan investasi jangka panjang. Dalam pernyataan resmi, pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengungkapkan rencana untuk mempercepat pengeluaran infrastruktur, yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan permintaan domestik. Rencana ini mencakup proyek-proyek strategis yang telah dianggarkan untuk tahun-tahun mendatang tetapi dipercepat untuk dimulai lebih awal.
Meskipun langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Beijing untuk mendukung perekonomian, terdapat skeptisisme di kalangan investor mengenai efektivitasnya. Banyak yang menilai bahwa langkah-langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi masalah struktural yang mendalam, seperti lesunya belanja konsumen dan penurunan dalam sektor properti. Analis dari Morgan Stanley dan UBS menekankan pentingnya tindakan konkret yang harus diambil untuk mendukung janji stimulus ini, agar tidak menjadi sekadar slogan tanpa implementasi nyata .
Stimulus yang diperkenalkan oleh China mencerminkan upaya pemerintah untuk menavigasi tantangan ekonomi yang kompleks. Dengan menggabungkan kebijakan moneter yang longgar dan dukungan sektor-sektor strategis, Beijing berharap dapat mengembalikan pertumbuhan dan stabilitas di pasar. Namun, waktu dan efektivitas dari langkah-langkah ini masih harus dilihat, dan investor tetap waspada terhadap perubahan yang mungkin terjadi dalam lanskap ekonomi.(*)