KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2025 yang hasilnya diumumkan hari ini.
Prediksi ini mencuat di tengah potensi tekanan inflasi akibat tambahan likuiditas pemerintah, meski kondisi perbankan masih longgar dari sisi pendanaan.
Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menuturkan jumlah uang beredar (M2) terus menanjak. Pada Juli 2025, M2 tumbuh 6,5 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp9.569,7 triliun—laju tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
“Dengan penempatan dana pemerintah Rp200 triliun di perbankan, pertumbuhan M2 pada September diproyeksi menyentuh 8,5 persen YoY, tertinggi sejak Desember 2022,” jelasnya dalam riset yang dirilis Rabu 17 September 2025.
Tambahan dana tersebut mengalihkan kewajiban pemerintah pusat ke kuasi uang, mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), sekaligus menekan loan to deposit ratio (LDR). Rully memperkirakan DPK tumbuh 11 persen–12 persen YoY, sementara LDR melandai ke kisaran 83 persen–84 persen. Sinyal ini menunjukkan pelonggaran likuiditas, memberi ruang bagi kredit tumbuh tanpa memangkas kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) bank.
Meski begitu, injeksi dana berpotensi memicu inflasi tambahan sekitar 0,4 persen–0,5 persen dalam empat bulan ke depan. Dengan inflasi Agustus tercatat 2,3 persen YoY, levelnya bisa naik ke 2,7 persen–2,8 persen pada Desember 2025.
Di sisi lain, imbal hasil SBN tenor 10 tahun masih bertahan stabil di 6,34 persen per 15 September, meski kepemilikan asing turun ke Rp925,4 triliun.(*)