Logo
>

BI Rate Turun, Emiten Properti Punya Kans Cuan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
BI Rate Turun, Emiten Properti Punya Kans Cuan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emiten properti dinilai terkena dampak positif setelah Bank Indonesia resmi memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta, mengakui pasar mengapresiasi langkah BI dalam memangkas suku bunga acuan.

    Terlebih untuk sektor properti, kata Nafan, pemangkasan suku bunga acuan itu menjadi angin segar.

    "Ini meningkatkan kinerja permintaan kredit untuk sektor properti, baik itu KPR (Kredit pemilikan rumah) maupun KPA (Kredit Pemilikan Apartemen)," ujar dia kepada KabarBursa, Kamis, 19 September 2024.

    Menurut Nafan, pemangkasan suku bunga acuan akan membuat bunga kredit menurun sehingga akan memberikan dampak terhadap permintaan kredit baik itu KPR dan KPA.

    "Jadi nanti akan mempengaruhi  daripada performa kinerja marketing sales ya," ucap dia.

    Apalagi Nafan melihat saat ini emiten-emiten berbasis properti juga gencar menjalankan pembangunan, baik itu kluster hunian baru hingga gedung apartemen.

    Selain itu, lanjutnya, emiten properti juga memiliki masa depan cerah pada pemerintahan baru mendatang jika melanjutkan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

    "Ini juga akan mendorong sektor properti untuk tumbuh, supaya emiten-emiten berbasis properti ini bisa gencar menjalankan ekspansi bisnis dan membangun properti di wilayah Kalimantan," pungkasnya.

    Pangkas Suku Bunga, BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran 2,5±1 persen.

    “Penurunan BI Rate telah sesuai dengan stabilitas nilai tukar rupiah, perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.

    BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

    Selain itu, Perry menyebutkan, bahwa BI juga terus memantau peluang untuk menurunkan suku bunga kebijakan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

    Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga difokuskan pada dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Pelonggaran kebijakan makroprudensial tetap dijalankan guna mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk sektor UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran pun diarahkan untuk berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan, khususnya di sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat infrastruktur, struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas penerimaan digitalisasi sistem pembayaran.

    Strategi Ekonomi Berkelanjutan

    Sementara itu Bank Indonesia juga telah menyusun sejumlah langkah menentukan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Salah satu strategi yang akan ditempuh adalah penguatan operasi moneter pro-market untuk menjaga aliran masuk modal asing untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan menjaga struktur suku bunga di pasar uang rupiah untuk daya tarik imbal hasil bagi aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

    “BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI),” kata Perry.

    Langkah lain yang akan ditempuh adalah memperkuat strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif dan memperkuat peran Primary Dealer (PD) untuk semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.

    Strategi lain yang akan ditempuh BI adalah stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Kemudian, meningkatkan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan lebih mendalami suku bunga kredit berdasarkan sektor-sektor prioritas yang termasuk dalam cakupan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial.

    Strategi lain yang dilakukan adalah memperluas penerimaan digital melalui edukasi kepada merchant QRIS terkait penggunaan QRIS lintas negara, memberikan edukasi terkait penggunaan Kartu Kredit Indonesia (KKI) untuk segmen Pemerintah, serta memperluas digitalisasi transaksi Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2024.

    “Kemudian penguatan struktur industri dalam rangka implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 melalui peningkatan implementasi sertifikasi kompetensi di bidang sistem pembayaran,” jelasnya.

    CTRA Diuntungkan jika Suku Bunga Acuan Turun

    PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dinilai bisa diuntungkan ketika suku bunga acuan atau BI rate mengalami penurunan.

    Head of Invesment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina mengatakan penjualan marketing sales CTRA mayoritas berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR).

    “CTRA mungkin akan menjadi perusahaan yang paling dapat manfaat dengan penurunan suku bunga, karena sekitar 50-60 persen dari penjualan marketing salesnya CTRA itu kan dari KPR,” ujarnya dalam acara ‘Media Day’ yang diselenggarakan Mirae Asset Sekuritas, di Jakarta, Kamis, 12 September 2024.

    Selain itu, Martha menyebut target pasar dari CTRA ialah kelas menengah ke bawah. Hal ini berbeda dengan emiten-emiten besar lainnya seperti PANI, BSDE, PWON, dan SMRA yang memiliki target pasar kelas menengah ke bawah.

    “Jadi CTRA yang menengah ke bawah akan sangat relate dengan penurunan suku bunga,” kata dia.

    Di sisi lain, Martha memandang lima emiten properti terbesar seperti CTRA, PANI, BSDE, PWON, dan SMRA memiliki daya tarik masing-masing.

    Menurut dia, untuk investor yang cenderung menginginkan growth atau keuntungan, bisa memilih PANI.

    “Sementara untuk yang lebih konservatif dan valuasinya lebih murah, kita sarankan ke BSDE,” ucapnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.