Logo
>

Blok Corridor bikin Produksi MEDC Anjlok

Ditulis oleh KabarBursa.com
Blok Corridor bikin Produksi MEDC Anjlok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada semester pertama tahun 2024, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penurunan produksi minyak dan gas (migas) yang signifikan. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya hak partisipasi atau participating interest (PI) perusahaan di Blok Corridor, Sumatra Selatan.

    Direktur dan Chief Operating Officer Medco, Ronald Gunawan, menjelaskan bahwa menurut panduan perseroan untuk tahun 2024, target produksi migas diperkirakan berada di kisaran 145.000 hingga 150.000 barrel of oil equivalent per day (boepd). Biaya unit untuk minyak dan gas diperkirakan di bawah USD 10 per barrel oil equivalent (BOE), dengan belanja modal mencapai USD 350 juta.

    "Pada semester pertama 2024, produksi minyak dan gas bumi tercatat sebesar 153.000 boepd. Meskipun angka ini melampaui panduan, namun angka ini masih 5 persen lebih rendah dibandingkan realisasi produksi pada periode yang sama tahun lalu," jelas Ronald dalam paparan publik pada Senin, 26 Agustus 2024.

    Penurunan tersebut disebabkan oleh pengurangan PI Medco di Blok Corridor setelah perpanjangan kontrak di wilayah kerja gas tersebut, serta dampak dari penurunan permintaan gas di Singapura dan divestasi aset Medco di Blok 12W, Vietnam.

    "Perpanjangan kontrak Blok Corridor dari 2023 hingga 2033 mengakibatkan penurunan PI Medco dari 54 persen menjadi 46 persen. Dengan penurunan ini, otomatis bagian produksi kami juga berkurang," tambah Ronald.

    Meskipun demikian, Ronald mengungkapkan bahwa penurunan produksi gas Medco diimbangi oleh kenaikan produksi minyak dari aset perusahaan di Blok 60, Oman dan Blok Natuna.

    Medco telah menginvestasikan sekitar USD 152 juta dalam belanja modal migas, untuk melanjutkan pengembangan di Natuna, Corridor, dan sumur produksi di Blok 60, Oman.

    Perlu dicatat, pada pertengahan Desember 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui amendemen production cost sharing (PSC) di Blok Corridor yang dikelola Medco. Dengan persetujuan ini, PSC Blok Corridor beralih dari skema gross split menjadi kontrak bagi hasil atau cost recovery.

    Ronald menyatakan bahwa persetujuan ini adalah langkah penting untuk memastikan keekonomian pengembangan dan mendukung eksplorasi lebih lanjut di blok tersebut. “Perjanjian ini adalah kemajuan signifikan dalam menjamin stabilitas dan keberlanjutan Blok Corridor, memberikan manfaat besar bagi bangsa, Medco Energi, mitra, dan seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya dalam keterangan resmi akhir tahun lalu.

    Selain itu, alokasi dan harga gas untuk tiga pembeli, termasuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), telah disetujui oleh otoritas energi. Hingga akhir 2023, total penyerahan harian gas dari Blok Corridor mencapai sekitar 700 billion British thermal unit per day (BBtud), dengan 83 persen untuk pembeli domestik dan 17 persen diekspor ke Singapura.

    Pada 2022, produksi gas di Blok Corridor dilaporkan mencapai sekitar 500 MMscfd. Tahun ini, target produksinya turun menjadi 400 MMscfd, seiring dengan memasuki masa tua atau mature beberapa lapangan eksplorasi.

    Di sektor ketenagalistrikan, Medco Power Indonesia telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di Bali Timur sebesar 25 MW peak pada semester pertama 2024. Proyek ini diperkirakan selesai pada akhir tahun ini.

    Di sektor pengembangan pembangkit panas bumi atau geothermal, perusahaan sedang melakukan pengembangan tahap pertama sebesar 34 MW di Ijen, yang diperkirakan akan beroperasi pada kuartal pertama 2025.

    Untuk sektor pertambangan tembaga dan emas, proyek smelter bersama Amman Mineral telah memasuki tahap komisioning pada 31 Mei 2024, dengan target produksi perdana pada kuartal IV-2024. “Amman Mineral juga telah menerima izin untuk mengekspor konsentrat tembaga hingga 31 Desember 2024,” tambah Ronald.

    Secara keuangan, Medco berencana membagikan dividen final 2023 sebesar USD 45 juta, menjadikan total dividen yang dibayarkan pada 2023 mencapai USD 70 juta atau Rp45 per lembar saham, naik 16 persen dari tahun sebelumnya.

    Perseroan juga melaporkan pendapatan sebesar USD 690 juta pada semester pertama 2024, melampaui USD 634 juta yang dilaporkan pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih Medco pada paruh pertama tahun ini mencapai USD 201 juta, didorong oleh kenaikan harga minyak dan gas bumi.

    PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) diperkirakan akan mencatatkan pendapatan yang relatif stabil pada kuartal II-2024, mencapai USD 557 juta. Ini menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,6 persen dibandingkan tahun lalu dan 0,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Stabilitas pendapatan ini didorong oleh harga minyak Brent yang juga menunjukkan kestabilan, berada pada level USD 83 per barel, dengan kenaikan hanya 1,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

    Namun, Medco diperkirakan mengalami sedikit penurunan dalam lifting minyak, terimbas oleh divestasi saham di Ophir Vietnam Block 12W yang dilakukan pada April 2024. Produksi dari Ophir Vietnam pada tahun 2023 tercatat mencapai 2,9 mboepd.

    Meski begitu, pendapatan Medco untuk semester I-2024 diperkirakan dapat mencapai 50 persen dari proyeksi BRI Danareksa Sekuritas serta konsensus analis.

    Sementara itu, laba bersih Medco pada kuartal II-2024 diperkirakan mencapai USD 89 juta, melesat 138 persen dibandingkan tahun lalu dan meningkat 13 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. “Angka ini mewakili 51 persen dari proyeksi kami dan 47 persen dari konsensus,” ungkap analis BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya dan Christian Sitorus dalam riset mereka.

    BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan laba bersih emiten berkode saham MEDC pada kuartal II-2024 didorong oleh peningkatan laba bersih dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

    Laba AMMN diperkirakan akan mengalami rebound, berkat volume penjualan yang diprediksi meningkat setelah pelambatan pada kuartal I-2024 (18 juta lbs tembaga dan 29.000 ons emas), serta harga yang lebih tinggi pada kuartal II-2024, khususnya pada April-Mei yakni USD 2.300 per ons dan USD 9.900 per ton, dibandingkan dengan harga pada kuartal I-2024 sebesar USD 2.000 per ons dan USD 8.500 per ton. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi