Logo
>

BOJ Sulit Putuskan Suku Bunga: Lemahnya Belanja Konsumen

Ditulis oleh Pramirvan Datu
BOJ Sulit Putuskan Suku Bunga: Lemahnya Belanja Konsumen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pejabat Bank of Japan (BOJ) menghadapi tantangan dalam mengambil keputusan mengenai kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan minggu depan, di tengah lemahnya belanja konsumen, menurut sumber yang memahami situasi tersebut.

    Beberapa pejabat berpandangan bahwa menunda kenaikan suku bunga pada Juli merupakan opsi yang bijak untuk memberikan waktu lebih banyak dalam memeriksa data yang masuk, guna memastikan apakah belanja konsumen akan meningkat sesuai harapan.

    "Beberapa di antara mereka berpendapat BOJ harus menghindari kesan terlalu hawkish," kata sumber tersebut, dikutip di Jakarta, Jumat, 26 Juli 2024.

    Namun, ada juga pejabat yang terbuka untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan Juli, mengingat inflasi masih sejalan dengan perkiraan. Mereka menilai kisaran suku bunga kebijakan BOJ sebesar 0-0,1 persen terlalu rendah dan melihat adanya risiko kehilangan peluang untuk menaikkan suku bunga di masa depan yang penuh ketidakpastian.

    Pejabat BOJ kemungkinan akan menunggu hingga menit terakhir untuk menyelesaikan keputusan mereka, setelah memeriksa data terbaru mengenai pasar dan kondisi ekonomi pada pertemuan yang berakhir 31 Juli mendatang.

    Selain itu, bank sentral juga akan mengumumkan rencananya untuk mengurangi pembelian obligasi. Bank sentral tidak berniat membuat kejutan besar, ujar sumber tersebut.

    Jumlah Obligasi Pemerintah Jepang

    Bank of Japan (BOJ) memberikan sinyal hawkish yang mengguncang pasar dengan melakukan pemangkasan mendadak dalam jumlah obligasi pemerintah Jepang (JGB) yang ditawarkan untuk pembelian reguler.

    Bank sentral mengurangi jumlah penawaran obligasi dengan sisa jatuh tempo 5 tahun-10 tahun menjadi 425 miliar yen (USD 2,73 miliar) dari 475 miliar yen pada operasi sebelumnya pada 24 April.

    BOJ menjalankan operasi semacam ini hampir setiap minggu, namun kali ini adalah pertama kalinya mereka memotong tawaran pembelian sejak Desember.

    Pemangkasan tawaran pembelian obligasi sejalan dengan sikap yang jelas-jelas hawkish dari BOJ dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah rilis risalah pertemuan kebijakan terakhir pada bulan April.

    Beberapa anggota dewan melihat potensi kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan pasar, khususnya jika pelemahan historis yen memicu inflasi.

    Gubernur BOJ Kazuo Ueda memberikan isyarat tentang potensi kenaikan suku bunga beberapa kali ke depan, dengan menyatakan kepada parlemen bahwa BOJ harus merespons volatilitas mata uang atau risiko yang mempengaruhi inflasi dengan kebijakan moneter.

    Imbal hasil JGB bertenor 10 tahun meningkat 3 basis poin menjadi 0,935 persen, mencapai level tertinggi sejak 1 November. Sementara itu, imbal hasil JGB bertenor dua tahun naik 0,5 basis poin menjadi 0,32 persen, mencapai level tertinggi sejak Juli 2009.

    Yen awalnya menguat sebesar 0,26 persen menjadi 155,50 per dolar, namun kemudian mundur ke 155,80, hanya sedikit lebih kuat daripada sebelum pengumuman.

    BOJ menaikkan suku bunga pada bulan Maret untuk pertama kalinya sejak 2007 dan awalnya menyarankan pendekatan yang hati-hati untuk pengetatan lebih lanjut.

    Meskipun pemotongan tawaran pembelian obligasi ini mengejutkan, dampaknya pada pasar teredam oleh perubahan sikap Ueda baru-baru ini, karena masyarakat sudah berhati-hati terhadap risiko pengurangan pembelian.

    Pengurangan ini bertujuan untuk mendorong pasar untuk melakukan pengurangan tambahan, mungkin bahkan pada bulan ini, menurut Shoki Omori, kepala strategi Jepang di Mizuho Securities.

    Tawaran pembelian sebesar 425 miliar yen masih berada dalam kisaran yang telah diumumkan BOJ sebelumnya, sementara jumlah penawaran untuk JGB dengan jangka waktu 1-3 dan 10-25 tahun tetap tidak berubah.

    Operasi pembelian obligasi reguler berikutnya dijadwalkan pada hari Jumat. ($1 = 155,6200 yen).

    Capaian Target Inflasi

    Gubernur bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), Kazua Ueda, menyatakan bahwa ia melihat potensi peningkatan pencapaian target inflasi di antara musim panas dan musim gugur, berdasarkan laporan dari surat kabar Asahi.

    Dalam wawancara media pertamanya setelah BoJ menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2007 pada bulan Maret lalu, Ueda menyatakan bahwa kemungkinan tercapainya target tersebut akan meningkat. “Karena hasil pembicaraan tentang kenaikan upah musim semi secara bertahap tercermin dalam angka inflasi,” kata Ueda dikutip Jumat 5 April 2024.

    Komentar tersebut menunjukkan bahwa BoJ ingin memastikan penyebaran kenaikan upah dan dampaknya terhadap harga jasa sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga lagi. Ueda juga menegaskan pandangannya bahwa bank akan menanggapi pergerakan nilai tukar mata uang asing jika hal tersebut memengaruhi siklus baik upah dan pertumbuhan harga yang menjadi target bank dengan cara yang signifikan.

    Setelah BoJ mengakhiri suku bunga negatif terakhir di dunia pada tanggal 19 Maret, nilai yen terus melemah. Sejak itu, para pejabat meningkatkan peringatan mereka mengenai kemungkinan intervensi mata uang. Yen turun ke level terendah sejak tahun 1990 pada minggu lalu.

    Ueda mengatakan dalam wawancara yang sama bahwa ia mengakhiri program pelonggaran moneter skala besar BoJ karena kepastian untuk mencapai siklus yang baik telah meningkat menjadi 75 persen dan jika mencapai 80 persen atau 85 persen. “Hal itu akan menjadi faktor untuk menaikkan suku bunga lagi. BOJ menetapkan suku bunga acuannya dalam kisaran antara 0 persen dan 0,1 persen,” katanya.

    Rengo, federasi serikat pekerja terbesar di Jepang, telah melaporkan kenaikan upah terbesar sejak tahun 1991 dalam negosiasi gaji tahunan. Kenaikan tersebut diperkirakan akan tercermin dalam upah dari awal tahun fiskal bulan ini hingga musim panas. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.